Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Riset Ungkap Kunci Utama untuk Hidup Lebih Bahagia dan Lebih Lama

Kompas.com - 09/10/2023, 11:45 WIB
Glori K. Wadrianto

Editor

Sumber CNBC

KOMPAS.com -  Ada sejumlah penelitian yang menunjukkan bahwa orang-orang berusia 70-an, 80-an, dan seterusnya merasa jauh lebih bahagia daripada orang-orang yang lebih muda.

Demikian kata Karl Pillemer, sosiolog Cornell dan penulis "30 Lessons for Living: Tired and True Advice from the Wisest Americans”, dalam sebuah kesempatan.

"Saya kerap bertemu dengan orang-orang yang lebih tua yang banyak di antaranya telah kehilangan orang-orang yang dicintai dan mengalami kesulitan yang luar biasa."

"Namun toh mereka tetap terlihat bahagia dan menikmati hidup. Saya bertanya-tanya, ada apa dengan semua itu?" sebut Pillemer.

Pillemer menduga, mereka telah melihat dan memahami hal-hal yang tidak dipahami oleh orang-orang yang lebih muda.

Baca juga: 3 Cara Memakai Uang untuk Membeli Kebahagiaan

Namun yang mengejutkan Pillemer, belum ada yang melakukan penelitian tentang "resep rahasia" yang dimiliki oleh para lansia untuk generasi berikutnya, agar bisa hidup seperti itu.

Hal itulah yang mendorong Pillemer mulai melakukan penelitian selama tujuh tahun.

Ingat, waktu itu singkat

Pelajaran pertama, demi hidup yang lebih lama dan lebih bahagia, penting untuk menyadari bahwa waktu sangat terbatas, sehingga jangan dipakai untuk menyesali hidup.

"Semakin tua usia responden, semakin besar kemungkinan mereka mengatakan bahwa hidup berlalu dalam sekejap," sebut Pillemer.

Ketika para lansia mengatakan hidup ini singkat, mereka tidak sedang bersikap pesimistis.

Mereka mencoba menawarkan perspektif yang diharapkan akan menginspirasi keputusan yang lebih baik - keputusan yang memprioritaskan hal-hal yang benar-benar penting, pada banyak orang.

Lantas, adakah penyesalan terbesar yang mereka pikirkan? Mereka umumnya menjawab: mengkhawatirkan hal-hal yang tidak pernah terjadi sungguh tak berguna.

"Kekhawatiran cuma menjadi kesia-siaan dalam hidup kita," sebut salah satu responden.

"Seandainya saja saya mengetahui hal ini di usia 30-an, bukan di usia 60-an. Saya akan memiliki lebih banyak waktu untuk menikmati hidup," kata seorang pria kepada Pillemer.

Baca juga: 7 Pilihan Sederhana, Jalan Menuju Kebahagiaan Seumur Hidup

Hal-hal paling berharga dalam hidup

Menurut para lansia yang diwawancarai Pillemer, ada hal-hal paling berharga yang bisa kita lakukan dalam hidup.

  • Katakanlah sesuatu sekarang juga kepada orang yang kita sayangi - entah itu mengungkapkan rasa terima kasih, meminta maaf, atau mendapatkan informasi.
  • Luangkan waktu semaksimal mungkin dengan orangtua dan anak-anak kita.
  • Nikmati kesenangan sehari-hari alih-alih menunggu "hal-hal besar" untuk membuat kita bahagia.
  • Bekerjalah pada pekerjaan yang kita sukai.
  • Pilihlah pasangan dengan hati-hati; jangan terburu-buru.

Hal-hal yang tak sepadan 

  • Tidak ada yang mengatakan, untuk menjadi bahagia, kita harus bekerja sekeras mungkin untuk mendapatkan uang.
  • Tidak ada yang mengatakan, penting untuk menjadi sekaya orang-orang di sekitar kita.
  • Tidak ada yang mengatakan, kita harus memilih karier berdasarkan potensi penghasilannya.
  • Tidak ada yang mengaku menyesal tidak membalas dendam kepada orang yang meremehkan.

Kebahagiaan adalah sebuah pilihan, bukan kondisi

.PEXELS/Tristan Le from .

Pillemer menggambarkan orang-orang dalam penelitiannya sebagai ahli yang paling kredibel yang memiliki pengetahuan tentang bagaimana menjalani hidup bahagia, bahkan di masa-masa sulit.

Pada satu ketika,  dia pernah meminta seorang peserta untuk menjelaskan mengapa ia merasa sangat puas.

"Dia memikirkannya dan menjawab, selama 89 tahun, saya telah belajar bahwa kebahagiaan adalah sebuah pilihan, bukan kondisi," kutip Pillemer.

Baca juga: 5 Kebiasaan di Pagi Hari yang Meningkatkan Kebahagiaan

Pillemer mencatat, para lansia yang ia ajak bicara membuat perbedaan penting antara kekuatan luar, peristiwa yang terjadi pada mereka, dan sikap internal mereka tentang kebahagiaan.

"Kebahagiaan bukanlah kondisi pasif yang bergantung pada peristiwa eksternal, juga bukan hasil dari kepribadian kita - misalnya terlahir sebagai orang yang bahagia," kata dia.

Sebaliknya, kebahagiaan membutuhkan perubahan pandangan secara sadar, di mana seseorang memilih - setiap hari - optimisme daripada pesimisme, harapan daripada keputusasaan.

Semakin kita menua, semakin kita melihat segala sesuatu seperti yang dilakukan oleh Kaisar Romawi Marcus Aurelius.

"Ketika kita merasa tertekan oleh suatu hal eksternal, yang membuat kita tertekan bukanlah hal itu sendiri, melainkan penilaian kita terhadap hal tersebut. Dan kita -sesungguhnya- dapat menghapusnya dalam sekejap."

Baca juga: 3 Macam Persahabatan Menurut Aristoteles, Penting untuk Kebahagiaan

Bayangkanlah semua pilihan yang membentuk karier dan kehidupan pribadi kita, pada akhirnya bermuara pada keputusan untuk menjadi bahagia.

Kita memutuskan apa yang harus dikejar dalam hidup dan apa yang menjadi prioritas.

Kita memutuskan bagaimana cara terbaik untuk menyalurkan waktu, energi, dan sumber daya yang ada. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com