Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Asupan Diuretik Alami Terbaik, Salah Satunya Seledri

Kompas.com - 27/10/2023, 09:13 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Beberapa bagian tubuh, seperti lengan, kaki, atau pergelangan kaki yang membengkak dapat menjadi tanda tubuh membawa lebih banyak air dan garam daripada biasanya, sehingga membuat kita merasa tidak nyaman saat bergerak.

Menurut BMC Public Health, sekitar 60 persen tubuh terdiri dari air, dan menjaga keseimbangan cairan sangat penting untuk kesehatan yang optimal dan fungsi normal.

Namun, hipertensi, gagal jantung, dan disfungsi ginjal sering kali dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh, maka kita mungkin memerlukan diuretik untuk mengatasinya.

Diuretik, atau yang juga dikenal sebagai pil air, adalah obat yang mampu membantu membuang kelebihan garam dan air dalam tubuh dengan membuat kita buang air kecil lebih sering.

Baca juga: Sering Pipis Tengah Malam? Bisa Jadi Ini Sebabnya

Dan kabar baiknya, beberapa makanan serta minuman bisa menjadi diuretik alami terbaik untuk melancarkan buang air kecil.

Daftar asupan diuretik alami terbaik

Dikutip dari laman Eating Well, berikut adalah beberapa daftar asupan diuretik alami terbaik yang bisa dikonsumsi sehari-hari.

1. Kopi

Banyak orang mengklaim secangkir kopi di pagi hari sering membuat mereka sering buang air kecil dan kafein adalah penyebabnya.

Menurut sebuah studi tahun 2017 di Frontiers, kafein meniru obat diuretik dengan mengurangi reabsorpsi natrium dalam ginjal.

Ada kemungkinan kafein juga merangsang kontraksi pada otot polos di saluran kemih dan memicu sistem saraf pusat, yang dapat menyebabkan diuresis.

Lebih lanjut, sebuah tinjauan tahun 2020 yang diterbitkan dalam World Journal of Urology menganalisis 13 studi tentang minuman berkafein dan menemukan bahwa minuman dengan 300 hingga 360 miligram kafein (3 hingga 4 cangkir kopi), menunjukkan sifat diuretik.

Selain itu, kafein juga menunjukkan kemampuan diuretik lainnya dengan meningkatkan ekskresi elektrolit, kalsium, magnesium, dan natrium melalui urin.

Namun, ingatlah bahwa kemampuannya menghilangkan cairan bukan alasan untuk mengonsumsi minuman berkafein secara berlebihan.

Food and Drug Administration (FDA) menyarankan agar kita membatasi asupan kafein harian tidak lebih dari 400 miligram demi kesehatan yang baik.

Baca juga: Sering Buang Air Kecil Setelah Minum Kopi, Apa Penyebabnya?

2. Teh

Teh adalah minuman berkafein populer lainnya yang penuh dengan antioksidan dan banyak dikonsumsi orang.

Rata-rata, teh memiliki kandungan kafein yang lebih rendah daripada kopi.

Menurut USDA, teh hijau mengandung sekitar 29 miligram kafein per cangkir, sedangkan teh hitam mengandung 47 miligram kafein per cangkir, meskipun ada juga yang mengandung lebih banyak kafein, tergantung jenis dan konsentrasinya.

Teh juga bisa menjadi diuretik alami. Meski begitu, dibutuhkan banyak minum teh untuk mendapatkan efek diuretiknya.

Anehnya, teh tanpa kafein juga dapat membantu membuang cairan tubuh. Teh kembang sepatu (hibiscus), khususnya, dapat membantu mengeluarkan cairan dan menurunkan tekanan darah.

Sebuah studi tahun 2019 terhadap 46 orang dewasa dengan hipertensi yang diterbitkan dalam Journal of Advanced Pharmaceutical Technology & Research meminta para peserta meminum dua cangkir teh kembang sepatu setiap hari selama 30 hari, sebagian menerima teh dan obat-obatan, dan sisanya hanya menerima teh.

Hasil penelitian menunjukkan penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik yang signifikan pada mereka yang meminum teh kembang sepatu.

Ulasan tersebut sekaligus memperlihatkan teh kembang sepatu dapat membantu menurunkan tekanan darah dengan merelaksasi tekanan dalam pembuluh darah, berperan dalam keseimbangan natrium, dan membantu diuresis.

Baca juga: 8 Manfaat Minum Teh Setiap Hari, Termasuk Jaga Berat Badan yang Sehat

3. Semangka

Buah semangka adalah diuretik yang terkenal dan kaya akan vitamin, mineral, maupun antioksidan.

Menurut USDA, warna merah yang dimilikinya disebabkan oleh adanya antioksidan likopen. Setiap gigitan semangka juga mengandung air, yang membuatnya menjadi diuretik yang efektif.

Sebuah penelitian pada hewan tahun 2018 yang diterbitkan dalam Biomedis dan Farmakoterapi menunjukkan semangka dapat mendorong natrium dan klorida keluar melalui urin, membawa air bersamanya.

Buah yang populer ini juga dapat membantu menjaga keseimbangan cairan yang tepat dengan menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik pada orang dengan tekanan darah tinggi.

Terlebih, semangka memiliki asam amino, seperti L-arginin, yang dapat meningkatkan oksida nitrat, sebuah molekul penting dalam vasodilatasi (menjaga pembuluh darah tetap terbuka) untuk aliran darah yang sehat.

Baca juga: 5 Buah untuk Turunkan Kolesterol Tinggi, dari Jeruk hingga Semangka

4. Seledri

Seledri, sayuran berserat yang renyah, mengandung mineral penting seperti magnesium, kalium, dan kalsium, serta terbuat dari 95 persen air.

Menurut sebuah artikel tahun 2021 di International Journal of Preventive Medicine, secara tradisional, biji seledri digunakan dalam pengobatan sebagai diuretik.

N-butyl phthalide (NBP), komponen aktif dari ekstrak biji seledri, juga dapat membantu menurunkan tekanan darah.

Menurut sebuah tinjauan tahun 2018 yang diterbitkan dalam Phytotherapy Research, NBP bertanggung jawab atas aroma seledri yang khas dan dapat memberikan seledri kemampuan untuk membersihkan air seni.

Ulasan tersebut menyebutkan sebuah penelitian yang lebih lama terhadap 30 orang dewasa dengan tekanan darah tinggi, dan menemukan NPB menyebabkan penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik yang signifikan karena efek diuretiknya.

Namun, penelitian lebih lanjut tentang seledri dan potensi diuretiknya tetap diperlukan untuk memastikan bahwa seledri merupakan diuretik alami yang efektif.

Baca juga: Kaya Serat dan Folat, Ini 5 Manfaat Seledri untuk Kesehatan

5. Air kelapa

Air kelapa memiliki nutrisi dan polifenol yang dapat meningkatkan hidrasi dan kesehatan secara keseluruhan.

Air kelapa memiliki banyak manfaat kesehatan, mulai dari mengisi tubuh dengan energi hingga menyediakan elektrolit untuk membantu mencegah dehidrasi.

Manfaat air kelapa baru-baru ini diteliti untuk mengetahui efek diuretiknya dalam sebuah penelitian pada hewan tahun 2022 yang diterbitkan di Frontiers in Nutrition.

Sebanyak 40 tikus dibagi menjadi empat kelompok, masing-masing menerima obat diuretik, garam, air kelapa atau air kelapa pekat. Kelompok yang minum air kelapa meningkatkan ekskresi natrium dan klorida.

Lebih lanjut, pengeluaran urin dari air kelapa, terutama pada kelompok air kelapa, lebih signifikan daripada kelompok yang diberi obat diuretik.

Studi ini pun melaporkan, air kelapa menekan hormon yang dikendalikan oleh sistem renin-angiotensin, yang sangat berpengaruh dalam menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, sehingga berpotensi meningkatkan pengeluaran urin.

Air kelapa juga meningkatkan kadar atriopeptin, hormon yang mengeluarkan natrium dan meningkatkan diuresis.

Baca juga: 7 Manfaat Minum Air Kelapa, Menurut Ahli Gizi

6. Peterseli

Baik sebagai bahan utama atau hiasan yang menarik, peterseli memiliki tempat di banyak hidangan, terutama dalam masakan Mediterania.

Menurut penelitian pada hewan, herba yang memiliki rasa unik ini juga dapat bertindak sebagai diuretik.

Dalam penelitian pada hewan tahun 2017 yang diterbitkan dalam American Journal of Clinical and Experimental Urology, konsumsi ekstrak peterseli selama 15 hari menyebabkan peningkatan yang signifikan dalam produksi urin pada tikus percobaan.

Lebih lanjut, penelitian pada hewan tahun 2016 yang diterbitkan dalam Journal of Functional Foods menemukan hasil positif soal potensi diuretik peterseli.

Terlepas dari penelitian ini, tidak ada penelitian pada manusia yang mengkonfirmasi manfaat diuretik peterseli. Tapi, kita tetap bisa menikmati jus hijau yang lezat ini untuk meningkatkan asupan peterseli sehari-hari.

Apakah diuretik alami berbahaya?

Diuretik alami dalam daftar ini yang dapat menyebabkan bahaya adalah minuman berkafein seperti kopi dan teh. Terlalu banyak kafein dapat membahayakan kesehatan.

Tetapi kita harus minum kafein dalam jumlah banyak untuk mencapai tingkat ini. Menelan sekitar 1.200 miligram kafein diamati memiliki efek toksik seperti kejang.

Umumnya, membatasi konsumsi kafein hingga 400 miligram per hari (sekitar 4 cangkir kopi yang diseduh) aman untuk orang dewasa yang sehat.

Jika kita sedang hamil, berencana untuk hamil atau menyusui, mungkin ada baiknya membatasi asupan kafein.

Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists, membatasi konsumsi kafein tidak lebih dari 200 miligram per hari pada masa kehamilan tampaknya aman. Sebaiknya diskusikan asupan kafein harian kita dengan dokter atau ahli kesehatan lainnya.

Baca juga: Terlalu Jarang dan Terlalu Sering Kencing, Apa Bahayanya?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com