Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Cara Atasi Stres akibat Terpapar Berita Konflik di Media Sosial

Kompas.com - 02/11/2023, 05:43 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Sumber SBS News

KOMPAS.com - Beberapa minggu terakhir, media sosial dibanjiri dengan berita-berita mengenai situasi kemanusiaan di Gaza, Palestina, yang kian memburuk akibat konflik antara Hamas dan Israel.

Hal ini tentu membuat banyak orang turut bersimpati.

Tak hanya itu, terpapar berita konflik di media sosial secara terus-menerus juga dapat memengaruhi kesehatan mental seperti meningkatkan stres dan kecemasan.

"Perasaan tersebut kemungkinan besar tidak terbantu oleh media sosial yang mengekspos kita pada ketakutan dan trauma orang-orang, seperti yang belum pernah kita lihat sebelumnya."

Demikian penuturan ahli kesehatan mental di Beyond Blue, Dr Grant Blashki, kepada SBS News.

"Terkadang, pengambilan berita lewat video atau rekaman dilakukan secara langsung oleh orang pertama tanpa ada filter."

"Tidak ada pertimbangan dampak terhadap keluarga (mereka yang terlibat) atau penonton di bawah umur atau orang-orang yang rentan sehingga kita terpapar pada beberapa rekaman yang sangat mengerikan," katanya.

Baca juga: Apakah Kita Perlu Rehat dari Media Sosial? Kenali Tanda-tandanya

Cara atasi stres akibat terpapar berita konflik di media sosial

Lantas, bagaimana bisa tetap waras sambil berempati dengan apa yang sedang terjadi saat ini?

Lebih lanjut, para ahli pun membagikan sejumlah cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau mengatasi stres akibat terpapar berita konflik di media sosial sebagai berikut.

1. Berhenti doomscrolling di media sosial

Peristiwa konflik cenderung mendorong kita untuk menonton dan terlibat, yang membuat kita juga ikut merasa sedih dengan situasi yang sedang terjadi.

"Kita juga mencoba untuk memahami, dan mungkin ada rasa ketidakberdayaan," ungkap Dr Blashki.

Sementara itu, menurut kepala eksekutif dan pendiri organisasi kesehatan mental Prevention United, Dr Stephen Carbone, mempelajari cara mencapai keseimbangan yang sehat antara tetap terlibat dalam peristiwa dunia dan mengetahui kapan harus berhenti adalah kuncinya.

"Meskipun manusia pada umumnya secara alamiah tangguh, kita semua memiliki titik kritis," katanya.

"Kita bisa mulai kewalahan secara emosional jika kita terlalu sering terlibat dengan konten tersebut, atau jika ada orang yang kita sayangi yang sedang mengalami pengalaman buruk tersebut."

"Maka, kita perlu memantau tingkat stres dan mulai mengetahui kapan kita harus beristirahat," sarannya.

Dr Blashki juga mengatakan, apabila kita terjebak dalam doomscrolling atau menonton video yang menyedihkan secara online, kita perlu menyadari apakah hal itu sehat bagi mental atau tidak tidak dan mengontrol diri.

"Jika kita adalah orang yang sangat visual, sebaiknya kita mendapatkan berita-berita dari radio untuk mengurangi stres," tambahnya.

2. Jangan terlibat dalam perdebatan online

Emosi tinggi terjadi di sekitar peristiwa berita besar yang sering kali meluas menjadi perdebatan di media sosial, dan kita perlu menghindarinya.

"Sangat mudah untuk terseret dan terlibat ke dalam perdebatan emosional di dunia maya," kata Dr Carbone.

"Namun kenyataannya, sangat sulit untuk mengubah pendapat orang lain, dan sayangnya, beberapa orang tidak berada di sana untuk berdebat. Mereka mencoba memprovokasi dan membuat kita tertekan.

"Jadi, kita benar-benar harus tahu kapan kita tidak perlu terlibat dalam diskusi semacam itu," jelasnya.

Baca juga: Banjir Konten Konflik Israel-Hamas, Ini Kiatnya Jaga Kesehatan Mental

3. Berfokus pada sebuah perspektif yang positif

Cara lain untuk melindungi kesehatan mental selama peristiwa-peristiwa yang menyedihkan adalah dengan menjaga segala sesuatunya dalam perspektif yang positif.

"Sangat normal untuk mulai mengkhawatirkan dan memikirkan semua hal buruk yang terjadi," terang Dr Carbone.

Tapi, penting untuk diingat bahwa ada banyak orang yang secara aktif bekerja untuk menyelesaikan masalah apa pun dalam sebuah peristiwa konflik yang besar.

"Semoga saja, dalam kehidupan kebanyakan orang, ada juga hal-hal baik yang terjadi," katanya.

4. Merawat diri

Baik Dr Blaskhi maupun Dr Carbone menyarankan kita untuk tetap merawat diri sebagai langkah yang bagus dalam menjaga kesehatan mental.

Beberapa cara merawat diri yang dapat dilakukan antara lain:

• Tetap aktif secara fisik, seperti berolahraga

• Makan dengan baik

• Tidur yang cukup

• Bersosialisasi

• Membatasi konsumsi alkohol

• Berbicara dengan teman dan keluarga tentang perasaan kita

5. Berbicara dengan terapis atau ahli kesehatan mental

Jika tidak ada satu pun dari cara tersebut yang berhasil, ini bisa menjadi pertanda bahwa kita membutuhkan bantuan profesional.

"Gangguan kesehatan mental kronis terjadi ketika kita sudah tidak mampu bekerja atau bersosialisasi, atau kita tidak bisa berhenti memikirkan sesuatu, atau bahkan tidak bisa tidur," kata Dr Blashki.

Apabila kita sudah mulai merasa seperti itu, maka kita bisa mencari dukungan dari organisasi kesehatan mental atau melalui terapis.

Pilihan lainnya adalah mengunjungi dokter umum dan meminta mereka membuat rencana perawatan kesehatan mental, sehingga kita bisa mendapatkan dukungan psikologis yang sangat baik.

Baca juga: Perlukah Kita Detoks Media Sosial demi Menjaga Kesehatan Mental?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com