Semakin banyak pemahaman yang kita dapatkan, maka semakin kita akan merasa tervalidasi, dan kekhawatiran tersebut dapat berkurang.
Ceritakanlah pikiran obsesif kita kepada anggota keluarga atau teman yang dapat dipercaya.
"Mengambil sudut pandang emosional dengan pemahaman dan empati akan membantu orang tersebut untuk melampiaskan dan mengekspresikan perasaan maupun ketakutan yang mendasarinya," saran Gabriel.
Apa pun yang kita lakukan, jangan mencoba meyakinkan diri sendiri untuk berhenti overthinking, terutama dengan mempermalukan atau merendahkan diri sendiri.
Selain tidak membantu, kemungkinan besar hal ini malah akan memperburuk keadaan.
"Yang penting untuk diingat, overthinking sering kali berasal dari masalah emosional, bukan masalah logis," kata Gabriel.
"Mencoba mendekati masalah emosional dengan rasional murni sering kali menjadi bumerang dan membuat orang tersebut semakin overthinking dan semakin mengisolasi diri mereka sendiri," jelasnya.
Baca juga: Tanda Overthinking yang Jarang Disadari, Sulit Fokus hingga Susah Tidur
Untuk kita yang berada dalam hubungan baru, mungkin menakutkan untuk berbicara dengan pasangan tentang ketakutan dan kekhawatiran kita.
Kita tidak ingin membuat orang ini menjauh atau terlihat tidak stabil, tetapi penting untuk diingat bahwa sebuah hubungan didasarkan pada pemahaman dan kepercayaan.
Kita membutuhkan seseorang yang menerima kita, bahkan di saat terlemah sekalipun. Jadi, cobalah berbicara dengan pasangan dan lihat apa yang terjadi.
"Bicaralah dengan pasangan [tentang pikiran kita] bahkan jika itu tidak rasional atau sedikit berlebihan," terang Gabriel.
Jika dia berempati pada kita, itu adalah pertanda baik untuk masa depan dan mungkin membuat kita merasa lebih percaya diri ke depannya.
Overthinking tidak datang tiba-tiba, ada alasan mengapa hal itu terjadi.
Cobalah untuk mencari tahu mengapa kita merasa overthinking dalam hubungan ini.
Apakah kita masih perlu sembuh dari trauma masa lalu? Atau apakah kita memiliki orangtua yang menelantarkan kita?