Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 18 Januari 2024, 08:51 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

KOMPAS.com - Munculnya uban adalah bagian dari proses penuaan yang alami. 

Namun, sebagian orang mengalami pertumbuhan uban dini. Apa sebabnya?

Dokter naturopati, Janine Bowring, ND menjelaskan, proses pewarnaan rambut bisa mempercepat proses pemutihan rambut dan secara bersamaan memudarkan warna rambut.

Baca juga: 7 Efek Samping Kebiasaan Mencabut Uban

Namun, uban juga tumbuh karena perubahan alami yang terjadi pada rambut dan kulit kepala seiring berjalannya waktu.

Bowring menjelaskan, uban tumbuh akibat kurangnya melanin karena penumpukan hidrogen peroksida di folikel-folikel rambut.

"Biasanya ini disebabkan oleh stres dan stres oksidatif yang mematikan sel-sel melanosit, yang memproduksi pigmen pada kulit dan rambut," ujarnya, seperti dikutip dari Best Life.

Untuk memperlambat prosesnya, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan.

Mencegah tumbuh uban dini

1. Mengonsumsi vitamin D

Sel melanosit memerlukan vitamin D untuk melanjutkan produksi pigmen.

Jadi, perbanyaklah paparan sinar magahari alami.

Selain itu, kamu juga bisa mengonsumsi makanan kaya vitamin D, seperti salmon, jamur, telur, dan susu, serta melengkapi kebutuhan asupannya dengan suplemen.

Baca juga: 5 Makanan Nabati Tinggi Vitamin D, Cocok untuk Vegan

Namun untuk suplemen, berkonsultasilah terlebih dahulu dengan dokter apalagi jika memiliki kondisi kesehatan tertentu.

2. Mengelola stres

Dilansir dari Byrdie, kemunculan uban dini juga bisa disebabkan oleh stres.

Jenis sel punca tertentu yang disebut sel punca melanosit tonjolan memiliki peran besar terhadap kemampuan rambut untuk menghasilkan pigmen.

Seiring bertambahnya usia, sel-sel ini secara bertahap mulai menghilang. Hal ini juga dipengaruhi genetika seseorang.

Baca juga: 5 Teknik Relaksasi yang Patut Dicoba untuk Redakan Stres

Namun, banyak penelitian membuktikan bahwa stres dapat melumpuhkan kemampuan sel untuk memproduksi dan mempertahankan pigmen, menyebabkan pelepasan hormon norepinefrin secara langsung ke dalam folikel rambut, sehingga menyebabkan uban.

3. Mengonsumsi Vitamin B

Ilustrasi kedelai, kaya vitamin B6.PIXABAY/1737576 Ilustrasi kedelai, kaya vitamin B6.

Konsumsi makanan tinggi vitamin B. Misalnya kacang polong yang kaya thiamin (vitamin B1), unggas, gandum, dan kedelai yang kaya piridoksin (vitamin B6), dan lainnya.

Berkonsultasilah dengan dokter atau ahli gizi untuk mempelajari lebih lanjut tentang cara mendapatkan vitamin B melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari.

Baca juga: 6 Manfaat Susu Kedelai, Tak Hanya Pengganti Susu Sapi

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau