Merasa bahwa kamu hanya berharga jika berguna bagi orang lain bukanlah hal yang baik, tetapi hal ini terutama berdampak negatif bagi penderita Good Girl Syndrome.
Mereka terpaku untuk memenuhi tuntutan yang tidak mungkin tercapai, seperti menjadi pasangan ideal, orangtua sempurna, dan sahabat terbaik — dan tidak pernah menyusahkan orang lain dengan kebutuhan mereka sendiri.
Baca juga: 6 Hal yang Sebaiknya Tidak Ditanyakan pada Perempuan
Pernahkah kamu mendengar istilah “penyangkalan diri”? Itu berarti mengorbankan atau menyangkal siapa dirimu demi orang lain.
Mungkin kamu terpaksa melepaskan pekerjaan yang kamu sukai untuk membesarkan anak-anak karena pasangan tidak mau berkompromi.
Mungkin kamu selalu setuju untuk pergi ke tempat makan siang favorit rekan kerjamu (yang biasa-biasa saja), meskipun kamu ingin mencoba tempat lain di sebelahnya. Mungkin kamu membiarkan temanmu mengatur caramu tampil meski kamu tidak suka.
Mungkin kamu harus jauh-jauh menemui mertua setiap akhir pekan, meskipun banyak kesibukan lain yang sebenarnya kamu pandang lebih mengasyikkan.
Dalam kata lain, orang-orang dengan Good Girl Syndrome menempatkan kebutuhan orang lain di atas kebutuhan mereka sendiri demi pengakuan dianggap perempuan baik, walau kadang mereka tidak menyukainya.
“Perempuan sering kali merasa bahwa mereka perlu tampil cantik untuk menyenangkan orang lain,” Dr. Albers menjelaskan lebih lanjut. Itu sebabnya gangguan makan dan Good Girl Syndrome sering kali berhubungan.
Orang dengan Good Girl Syndrome mungkin juga melakukan hal-hal yang merusak diri sendiri atas nama kecantikan. Mereka mungkin diet secara tidak sehat, melakukan operasi plastik agar terlihat lebih cantik, menghabiskan banyak uang yang tidak dimiliki untuk membeli pakaian bergaya, atau menyalahgunakan zat atau obat-obatan untuk mengubah penampilan.
Masalah seksual atau kesulitan menikmati seks adalah ciri lain dari Good Girl Syndrome. Menurut Albers, “’Gadis-gadis baik’ ini sering kali dianggap lugu dan murni, sehingga menimbulkan dilema ketika mereka terlalu bergairah.”
Jika kamu menderita Good Girl Syndrome, kamu mungkin mengalami salah satu (atau kombinasi) hal berikut:
Perjuangan tersebut dapat meluas ke situasi yang melibatkan pelecehan seksual atau, lebih luas lagi, kekerasan oleh pasangan.
Baca juga: Cara Membantu Anak Menghadapi Citra Tubuh Negatif karena Medsos
Dr. Albers mengatakan bahwa orang yang berjuang dengan Good Girl Syndrome sering kali mengalami trauma di masa kanak-kanak. Terkadang, perilaku yang terkait dengan Good Girl Syndrome – seperti menyenangkan orang lain dan perfeksionisme – bisa menjadi bentuk kewaspadaan yang berlebihan.
Sistem saraf mereka menjadi sangat waspada karena ingin merasa aman dari bahaya yang pernah dialami. Ini adalah cara yang masuk akal bagi otak untuk merespons trauma, tetapi waspada terus menerus akan memberikan tekanan yang luar biasa pada tubuh dan otak kita.
Jadi, mengapa kewaspadaan berlebihan sering terjadi pada penderita Good Girl Syndrome? Mari kita gunakan contoh seseorang yang dibesarkan dalam rumah tangga yang melakukan kekerasan fisik.
Mereka mungkin pendiam, patuh, dan tidak mementingkan diri sendiri karena ingin tetap aman saat bertumbuh. Mereka mungkin berusaha membuat segalanya (termasuk diri mereka sendiri) terlihat “sempurna” untuk menghindari konflik.
Mereka mungkin belajar menyembunyikan emosi mereka agar tidak menjadi korban kekerasan lebih lanjut.
Dengan kata lain, perilaku yang membantu mereka bertahan dalam situasi kekerasan ini akhirnya terbawa terus dan dapat mempersulit pembentukan identitas dan hubungan antarpribadi.
Jika kamu melihat dirimu — atau seseorang yang kamu sayangi — memiliki perilaku dalam daftar ini, apa yang harus kamu lakukan?
Menurut Dr. Albers mendapatkan konseling adalah langkah awal yang bagus.
“Dalam terapi atau konseling, kami mengerjakan terapi pemaparan,” katanya. “Kami memulai dari hal-hal kecil, belajar menyuarakan perasaanmu dan juga menghadapi orang lain.”
Kedengarannya menakutkan? Bisa saja, tapi itu sebuah proses.
“Kami tidak memaksa terlalu dalam,” Dr. Albers meyakinkan. “Kami hanya membantu seseorang agar lebih berani menyuarakan keinginannya.”
Misalnya, kamu mungkin berlatih memberi tahu teman bahwa perilakunya menyakiti perasaanmu dan mencari tahu bagaimana rasanya jujur ??terhadap perasaanmu. Namun harus diakui, latihan ini dilakukan secara bertahap.