“Kita harus memberikan waktu,” lanjut Dr. Albers. “Mengubahnya mungkin memerlukan waktu karena ini adalah perilaku yang sudah mendarah daging sehingga sering kali kita tidak menyadarinya.”
Jika kamu mengidap Good Girl Syndrome, salah satu hal penting yang perlu kamu lakukan dalam terapi adalah mengidentifikasi - dan memvalidasi - perasaanmu.
“Orang-orang yang mengidap Good Girl Syndrome sering kali terlihat bahagia setiap saat, padahal jauh di lubuk hati, mereka mungkin merasa marah, benci, dan dendam, semua perasaan negatif yang tidak boleh dimiliki perempuan baik,” Dr. Albers menjelaskan.
“Tapi perasaan itu ada. Dan itu sangat nyata. Mengakui perasaan itu dan menerima bahwa hal itu normal adalah sesuatu yang penting.”
Dari sana, seorang konselor bisa membantu bertindak berdasarkan perasaan tersebut dan berlatih menetapkan batasan. Misalnya, mereka mungkin membantumu belajar mengatakan "tidak" kepada orang lain tanpa merasa kamu melakukan kesalahan.
"Memang diperlukan kekuatan dan keberanian untuk tidak mundur, ketika orang lain menganggapmu melenceng dari norma karena keberanian ini,” ujar Dr. Albers. Tetapi memiliki terapis untuk membantumu melewati masa transisi dapat membuat segalanya lebih mudah.
Jika kamu adalah orangtua, ingatlah untuk tidak membesarkan anak dengan cara yang dahulu membuatmu mengalami sindrom ini.
Kamu bisa mengingat apa saja yang membuatmu selalu ketakutan, atau berusaha menuruti permintaan orang lain. Hindari melakukan hal yang sama pada anak.
Albers menyarankan untuk menghindari istilah-istilah seperti “gadis baik”, “anak baik”, dan “anak hebat”.
“Berhati-hatilah dengan bahasa saat berinteraksi dengan anak-anak,” anjurnya. “Sebaliknya, komentari perilaku tertentu, dengan mengatakan hal-hal seperti, 'Kamu sudah berusaha keras.'”
Dinamika ini tidak hanya berlaku pada perempuan. Melabeli anak mana pun, apa pun jenis kelaminnya, bahwa mereka “baik” ketika mereka patuh, pendiam, dan selalu memenuhi kebutuhan orang lain dapat menimbulkan konsekuensi jangka panjang.
Hal lain yang Dr. Albers sarankan agar dilakukan orangtua adalah mengajari anak-anak untuk mendengarkan isi hati mereka.
“Jika kamu tidak mendengarkan suara hatimu, hal ini akan membuatmu rentan untuk dimanfaatkan, atau ditempatkan pada posisi yang tidak nyaman,” Dr. Albers memperingatkan.
“Pada anak-anak, ketika kita mengajari mereka menjadi 'gadis baik' atau 'anak baik', mereka bisa menjadi rentan terhadap predator,” lanjutnya.
Para predator mencari anak-anak yang mereka yakini tidak akan bersuara dan patuh. Anak-anak yang takut dinilai “buruk” oleh orang tuanya cenderung menyimpan rahasia.
Mengajari anak-anak untuk bersikap tegas akan memberi mereka kepercayaan diri yang mereka butuhkan untuk memercayai naluri mereka, dan meminta bantuan ketika mereka membutuhkannya.
Good Girl Syndrome terjadi ketika para perempuan menerima begitu saja pesan-pesan budaya tentang bagaimana mereka “seharusnya” berperilaku baik menurut pandangan orang lain.
Secara ekstrem, perilaku tersebut dapat membahayakan tubuh, kesehatan mental, dan hubungan pribadi dengan orang lain.
“Adalah fakta bahwa kita tidak bisa menyenangkan semua orang,” ujar Dr. Albers, “dan itu sangat sulit bagi penderita good girl syndrome. Mereka merasa kalau ada yang tidak suka, nilai dirinya akan menurun."
"Namun tidak ada yang bisa menyenangkan semua orang. Dan begitu kamu benar-benar memahami hal itu, kamu dapat membuat beberapa langkah maju yang besar.”
Meskipun ini bukan kondisi medis yang dapat didiagnosis, Good Girl Syndrome juga bisa berbahaya – dan sering kali memerlukan bantuan terapis atau konselor untuk mengatasinya.
Menghentikan perilaku "gadis baik” yang sudah tertanam sejak lama tidaklah mudah. Namun bila kamu bisa melepaskan dari penjara ini, hidupmu tentu akan lebih bahagia.
Baca juga: 8 Kebiasaan Sederhana yang Bikin Kita Lebih Bahagia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.