Selain pernikahan bukan lagi menjadi prioritas, ada sejumlah alasan lain yang membuat generasi muda menunda menikah. Berikut alasan tersebut seperti dirangkum Kompas.com.
Pingkan menuturkan, pemuda yang menunda menikah bisa jadi karena takut akan gagal saat membina rumah tangga. Kekhawatiran ini muncul karena terpapar dari kondisi di sekelilingnya.
Misalnya, hubungannya yang buruk dengan orangtua, korban perpisahan orangtua (broken home), melihat kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), dan sebagainya.
“Takut gagal karena terpapar contoh relasi yang kurang sehat, misalnya kekerasan, perselingkuhan dari lingkungan terdekat,” ujarnya.
Sementara itu, Deny Hen menilai alasan utama pemuda menunda menikah adalah faktor ekonomi. Kehidupan yang makin sulit, mencegah seseorang memutuskan berkeluarga, atau setidaknya menundanya.
Apalagi jika ada tuntutan dari keluarga, misalnya melangsungkan pernikahan secara besar-besaran dan memiliki rumah sebelum menikah. Tuntutan tersebut, membuat pemuda berpikir dua kali untuk menikah.
“Banyak yang berjuang untuk berhasil dulu baru menikah. Termasuk jika ada tuntutan orangtua untuk wajib memiliki rumah sebelum menikah,” jelasnya.
Trauma masa kecil juga dapat membuat seseorang berpikir untuk tidak menikah ketika dewasa. Misalnya, melihat orantua bertengkar apalagi hingga KDRT.
“Ketakutan bahwa ia dapat menikahi seseorang yang sama abusifnya bisa berkembang. Perselingkuhan, pengabaian orang tua oleh pasangannya juga berdampak serupa,” ujar Deny Hen.
Saat ini, lanjut Deny Hen, banyak perempuan yang independen, mandiri, dan sukses. Jadi, sebagian dari perempuan tersebut merasa tidak membutuhkan seorang laki-laki untuk memenuhi kebutuhan mereka, baik fisik (seks) maupun finansial.
“Terlebih karena bagi banyak wanita, seks bahkan bukanlah suatu kebutuhan,” ucapnya.
Alasan terakhir, menurut Deny Hen sebagian generasi muda memiliki pandangan yang berbeda mengenai pasangan. Sejumlah pemuda menilai bahwa pasangan bisa menjadi sumber stres, bukan sumber kebahagiaan.
“Merasa jika memiliki pasangan berarti harus berbagi dan lebih sedikit kesempatan untuk bersenang-senang,” ujarnya.
Baca juga: