Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/03/2024, 15:15 WIB
Wisnubrata

Editor

Sumber Best Life

“Terkadang, sekeras apa pun kita berusaha, dua orang tidak bisa bekerja sama,” kata Tucker. Kepribadian, nilai-nilai, atau aspirasi mereka yang berbeda mungkin menyulitkan mereka untuk memiliki hubungan yang memuaskan dan bahagia.

15. Kritik

Setelah mempelajari 40.000 pasangan, psikolog Dr. John Gottman mengidentifikasi empat kebiasaan yang paling mungkin memprediksi kegagalan hubungan. Nomor satu: Kritik. “Mengkritik pasangan secara berlebihan akan membuatnya merasa disalahkan terus menerus,” katanya. 

"Apalagi jika yang dikritik adalah karakternya. Hal ini akan memunculkan perlawanan yang bisa berujung pada perpisahan."

16. Penghinaan

Nomor dua, kata Gottman, adalah mengungkapkan rasa jijik terhadap pasangan. "Penghinaan lebih dari sekedar kritik. Meskipun kritik menyerang karakter pasangan, penghinaan mengambil posisi superioritas moral atas mereka," katanya. Mengekspresikan rasa jijik menyebabkan pasangan menjadi lawan, bukan menjadi mitra.

17. Mendiamkan

Sikap diam biasanya merupakan respons terhadap penghinaan. Menurut Gottman, hal ini terjadi "ketika pasangan menarik diri dari interaksi, menutup diri, dan berhenti merespons pasangannya. Daripada menghadapi masalah dengan pasangannya, orang-orang yang diam dapat melakukan manuver mengelak seperti mengabaikan, berpaling, berlagak sibuk, atau terlibat dalam perilaku obsesif atau mengganggu."

Baca juga: 4 Kebiasaan dalam Pernikahan yang Jadi Pemicu Perceraian

18. Sikap defensif

Kebanyakan orang tidak mau mengakui kesalahan dan cenderung bersikap defensif. Jika hal ini menjadi pola dalam komunikasi dengan pasangan, pada akhirnya sikap defensif bisa memicu keretakan hubungan.

“Sikap defensif hanya akan meningkatkan konflik. Ini karena sikap defensif sebenarnya merupakan cara untuk menyalahkan pasangan, dan tidak mau berkomunikasi secara sehat," kata Gottman.

19. Mengabaikan waktu berkualitas

“Salah satu alasan umum mengapa pernikahan berakhir adalah kurangnya waktu berkualitas yang dihabiskan bersama,” kata Connor Moss, LMFT, terapis pernikahan dan keluarga berlisensi dan pendiri Pacific Psychotherapy. 

"Banyak orang beranggapan bahwa hubungan mereka akan selalu ada dan tetap kuat. Namun, kenyataannya jika kita tidak secara aktif membina hubungan dengan menghabiskan waktu berkualitas bersama, lambat laun hubungan itu bisa terkikis."

20. Fondasi yang lemah

“Beberapa pernikahan dibangun di atas fondasi yang goyah, seperti pernikahan yang terburu-buru, kurangnya komitmen yang tulus, atau menikah karena alasan yang salah,” kata Lindsey Tong, LCSW, direktur klinis Perawatan Mendalam di Woodland Hills, California. 

“Jika pasangan menikah tanpa sepenuhnya memahami dan mengenal satu sama lain, wajar jika di kemudian hari mereka akan menemukan ketidakcocokan atau perbedaan yang tidak dapat didamaikan. Penting bagi pasangan untuk meluangkan waktu untuk mengenal satu sama lain, memahami nilai-nilai dan keyakinan satu sama lain, dan membangun fondasi yang kuat sebelum menikah."

Baca juga: Usia, Pekerjaan, dan Pendidikan Berpengaruh pada Perceraian, Mengapa?

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com