Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

"Daily Dose of Sunshine": Mengenal Serangan Panik dan Cara Mengatasinya

Kompas.com - 06/04/2024, 08:54 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Serangan panik dapat menjadi hal yang menakutkan. Hal ini dikarenakan pasien akan diselimuti dengan rasa panik dan dapat menyebabkan berbagai komplikasi medis.

Beberapa dampak dari serangan panik dapat berupa gangguan dalam bicara, misalnya tidak dapat berbicara dengan lancar di depan umum, dan tidak dapat menghadapi kehidupan dunia luar, misalnya bepergian keluar sendirian tanpa didampingi orang lain (APA Org, 2022).

Menurut data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2022), penyebab serangan panik tidak dapat dipastikan secara jelas.

Melihat dari masalah kesehatan mental, terdapat beberapa macam faktor yang berkontribusi dalam kemunculan serangan panik.

Faktor pertama adalah faktor biologis, contohnya genetik yang didapat dari hubungan keluarga dan garis keturunan.

Faktor kedua adalah faktor psikoedukatif, yaitu bagaimana perkembangan mental seseorang. Faktor ketiga adalah faktor sosiokultural, yaitu pengaruh dari lingkungan tempat tinggal seseorang di mana lingkungan tersebut membuatnya nyaman atau tidak nyaman.

Masih menurut Kemenkes (2022), selain faktor-faktor di atas, terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami serangan panik, yaitu:

  1. Faktor genetik, baik dari pihak keluarga ataupun pihak saudara yang memiliki riwayat serangan panik.
  2. Trauma yang didapat dari suatu kejadian tidak mengenakkan, yang kemudian dapat mengganggu aktivitas sehari-hari karena merasa trauma tersebut selalu mengikutinya.
  3. Pola hidup yang tidak sehat, seperti mengonsumsi rokok, minuman beralkohol, dan obat-obatan secara berlebihan tanpa anjuran dari tenaga kesehatan.
  4. Terjadinya perubahan drastis dalam hidup yang menyebabkan guncangan pada mental, seperti perceraian, kematian orang terdekat, masuk ke lingkungan baru (tempat tinggal, sekolah, universitas, atau tempat kerja).
  5. Sistem saraf yang mengalami gangguan fungsi, dalam bentuk hiperaktivitas saraf otonom dan biokimia dalam saraf otak yang terganggu keseimbangannya.

Mengatasi serangan panik

Hal pertama yang perlu dilakukan jika mengalami serangan panik adalah segera berkonsultasi dengan tenaga kesehatan, seperti psikiater dan psikolog.

Seperti yang dilihat dalam drama ini, Yoo Chan pergi ke psikiater untuk berkonsultasi. Ia mengikuti anjuran psikiater untuk mengonsumsi obat yang telah diberikan.

Selama pasien berada dalam perawatan psikiater atau psikolog, maka pasien perlu mengikuti arahan dari mereka.

Freier (2023) mengatakan bahwa mengidentifikasi penyebab serangan panik merupakan hal penting untuk dilakukan ketika berkonsultasi dengan tenaga kesehatan.

Selain itu, belajar merawat diri dengan mengatur stres juga perlu dilakukan. Ada banyak cara untuk mengatur stres, salah satunya adalah meditasi yang dibantu dalam pengawasan oleh tenaga kesehatan, seperti psikiater atau psikolog.

Mengubah pola hidup menjadi lebih sehat juga dapat membantu mengurangi gejala panik yang muncul, misalnya dengan makan makanan dengan gizi seimbang, berolahraga secara rutin, istirahat cukup, menghindari minuman beralkohol dan berkafein, menghindari rokok, dan bergabung dengan komunitas gangguan panik agar dapat saling berbagi informasi (Kemenkes, 2022).

Setelah melihat contoh dari drama ini, Yoo Chan akhirnya dapat beraktivitas kembali. Ia sudah bisa bekerja kembali di perusahaan dan lebih mampu mengendalikan kondisinya.

Hal ini menunjukkan bahwa gangguan ini masih dapat dikendalikan jika ditangani segera dengan cara yang tepat. Penanganan sejak dini akan membantu mencegah bertambah buruknya gangguan yang dialami.

Seperti yang dilakukan oleh Yoo Chan berkonsultasi pada psikiater, maka penanganan tepat oleh para profesional tenaga kesehatan seperti psikiater dan psikolog akan membantu penyembuhan gangguan.

Dengan kepatuhan menjalani sesi terapi secara rutin, maka akan ada harapan untuk pemulihan seperti yang terjadi pada Yoo Chan di film.

*Christiana Silvi, Mahasiswa S1 Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara
Linda Wati, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com