Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tuntutan Standar Kecantikan Pengaruhi Kesehatan Mental

Kompas.com - 03/06/2024, 07:06 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

KOMPAS.com - Paparan informasi tentang standar kecantikan yang kita peroleh dari berbagai sumber bisa memengaruhi kesehatan mental.

Media sosial, televisi, film, dan platform lain bisa menggambarkan standar kecantikan yang tidak realistis dan menciptakan tekanan bagi orang-orang untuk tampil dengan cara tertentu.

Tuntutan akan standar kecantikan datang dari berbagai sumber, seperti media sosial, orangtua atau pengasuh, dan lingkungan sekitar, seperti dilansir dari Medical News Today.

Standar kecantikan dalam masyarakat memberi tahu orang-orang bagaimana mereka "seharusnya" terlihat.

Baca juga:

Namun, dengan membanjirnya media di tengah masyarakat saat ini, ada lebih banyak tekanan bagi sejumlah orang untuk tampil dengan cara tertentu dan memiliki tipe tubuh tertentu.

Misalnya, ada standar tertentu untuk seseorang dianggap "cantik" meliputi bentuk wajah, tinggi dan berat badan, serta bentuk tubuh.

Tekanan ini dapat mempengaruhi kesehatan mental individu. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan risiko rendah diri, citra tubuh yang negatif, gangguan makan, dan depresi.

Standar kecantikan memengaruhi kesehatan mental

Citra tubuh adalah masalah yang terus berkembang secara global.

Membanjirnya gambar melalui media sosial dan televisi, kesehatan mental individu membuat masalah kesehatan mental akibat standar kecantikan terus meningkat, terutama pada perempuan dan anak muda.

Sebuah meta-analisis pada tahun 2008 menunjukkan bahwa tipe tubuh kurus -yang dianggap ideal- melalui media dapat secara langsung berkaitan dengan masalah citra tubuh di kalangan perempuan.

Masalah citra tubuh ini juga berkontribusi pada berbagai masalah kesehatan mental, termasuk gangguan makan, depresi, kecemasan, masalah harga diri, dan isolasi sosial.

Baca juga:

Jika melihat fenomena di sekitar, remaja cenderung lebih sering mendapatkan pujian atas penampilannya daripada tindakan atau pemikiran mereka.

Mereka juga terus-menerus terpapar gambaran standar kecantikan yang tidak realistis melalui media.

Padahal, banyak dari gambar-gambar tersebut sudah diubah sedemikian rupa menggunakan teknologi, sehingga menyebabkan para perempuan muda ini berusaha keras untuk mendapatkan kecantikan yang sebenarnya tidak ada itu.

Mengalaminya juga?

Kamu tidak sendirian. Menurut sebuah survei tahun 2017 yang dilakukan oleh Dove Self-Esteem Project, lima dari 10 perempuan muda merasakan tekanan tingkat sedang hingga tinggi untuk tampil "cantik".

Sementara enam dari 10 merasakan tekanan untuk selalu terlihat "dapat diterima".

Survei ini juga menemukan bahwa 70 persen perempuan muda merasa bahwa kecantikan terlalu dipentingkan dalam mendefinisikan kebahagiaan bagi perempuan.

Adapun beberapa cara untuk pulih dari efek kesehatan mental akibat standar kecantikan antara lain:

  • Menghindari atau menghapus aplikasi media sosial yang menyebabkan stres akan standar kecantikan
  • Mengelola kesadaran ketika melihat media sosial atau media, serta menyadari apa yang kita rasakan ketika melihatnya
  • Mempraktikkan self-talk positif
  • Menyadari bahasa-bahasa yang digunakan di antara kelompok sosial yang menyebabkan efek buruk terkait standar kecantikan
  • Bicara pada profesional kesehatan mental jika dampak dari standar kecantikan mulai mengganggu aktivitas harian
 
 
 
Sieh dir diesen Beitrag auf Instagram an
 
 
 

Ein Beitrag geteilt von KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com