Oleh: Rangga Septio Wardana dan Ikko Anata
KOMPAS.com - Setiap orang tentu ingin melakukan segala sesuatu dengan sebaik mungkin. Pasalnya, aktivitas yang dilakukan dengan maksimal akan membawa dampak yang baik untuk masa depan.
Namun, sebagian orang sulit mengeluarkan potensi terbaiknya karena tak percaya pada kemampuan diri sendiri. Padahal, percaya pada kemampuan diri merupakan sikap yang harus dimiliki setiap orang.
Informasi ini pun menjadi pembahasan dalam siniar Anyaman Jiwa bertajuk “Kamu Termasuk Impostor Syndrome?”, yang dapat diakses melalui tautan dik.si/AnyJiwImpostor.
Impostor syndrome adalah fenomena psikologis ketika seseorang merasa ragu terhadap kemampuan dan pencapaiannya. Melansir dari Medical News Today, pada umumnya impostor syndrome dapat dialami siapa saja, namun lebih sering dialami oleh orang yang berprestasi.
Baca juga: Minimnya Tren Sustainable Living di Indonesia
Seseorang yang mengalami hal ini biasanya akan menganggap prestasi atau pencapaian yang didapatnya hanya karena keberuntungan semata. Akibatnya mereka akan memaksa diri untuk bekerja lebih keras dan menuntut kesempurnaan atas setiap pekerjaan.
Menurut Psychology Today, orang yang mengalami impostor syndrome akan terus membohongi diri sendiri meski sebenarnya banyak bukti bahwa mereka memiliki pencapaian yang cemerlang.
Lantas, apa saja ciri orang yang mengalami impostor syndrome?
Seseorang yang mengalami impostor syndrome sering tak percaya diri dengan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan yang dimilikinya.
Kerja keras merupakan hal yang perlu dilakukan untuk mencapai target atau tujuan tertentu. Namun, orang yang mengalami impostor syndrome akan bekerja terlalu keras.
Mereka melakukan hal tersebut bukan untuk mencapai target atau tujuan, melainkan untuk menutupi ketakutan yang dimiliknya. Akibatnya, mereka tak bisa mengatur waktu kerja secara efektif.
Orang dengan impostor syndrime kerap tak percaya diri ketika berbicara atau berkontribusi dalam sebuah tim. Hal tersebut terjadi karena takut melakukan kesalahan.
Selain itu, mereka juga sering membandingkan diri sendiri dengan orang lain memiliki kualifikasi diri lebih baik.
Impostor syndrome biasanya ditandai dengan kecenderungan people pleaser atau berusaha menyenangkan orang lain.
Hal tersebut terjadi karena mereka lebih fokus melakukan hal yang diinginkan orang lain dengan harapan mendapat validasi.