Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kamu Perlu Tahu, Ini Makanan yang Bisa Merusak Kesehatan Otak

Kompas.com - 14/10/2023, 08:43 WIB
Putri Aulia,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seiring dengan perubahan gaya hidup modern, terjadi peningkatan yang signifikan dalam konsumsi makanan cepat saji dan makanan ultra proses yang tinggi akan gula, lemak jenuh, dan bahan kimia tambahan.

Sayangnya, penelitian terbaru menunjukkan pola makan ini dapat berdampak serius pada kesehatan otak.

Pada Konferensi Internasional Asosiasi Alzheimer 2022 di San Diego, studi terbaru menemukan bahwa jika lebih dari 20 persen kalori harian seseorang berasal dari makanan ultra proses, kemungkinan mereka akan mengalami penurunan kemampuan berpikir.

Para peneliti geriatri mengevaluasi lebih dari 10.000 pria dan wanita di Brasil, Amerika Selatan selama 10 tahun.

Setelah peserta penelitian menjalani tes kognitif, para peneliti menyimpulkan pria dan wanita yang mengonsumsi makanan ultra proses dalam jumlah tertinggi mengalami penurunan kognitif global sebesar 28 persen lebih cepat dan penurunan fungsi eksekutif 25 persen lebih cepat.

Baca juga: Makan Ultra Proses Pengaruhi IQ dan Kesehatan Mental Pria

Lalu sebenarnya apa itu makanan ultra proses?

Dibandingkan dengan makanan olahan (makanan yang hanya ditambah sedikit gula, garam, minyak, atau bahan lain untuk diproses, seperti tuna kalengan atau sayuran), makanan ultra proses dibuat melalui proses ekstraksi bahan.

Harvard Health menjelaskan bahan ekstraksi ini meliputi lemak, pati, gula tambahan, dan lemak terhidrogenasi. Makanan tersebut seringkali mengandung pewarna buatan, perasa buatan, penstabil, atau bahan tambahan lain untuk memperpanjang daya simpannya.

Umumnya, makanan ultra-proses ini dikemas dan sering disimpan di dalam lemari es, seperti biskuit, kue, dan makanan ringan asin.

Daftar bahan kimia dalam makanan ini juga bisa ditemukan dalam makanan beku, minuman ringan, hot dog, dan daging olahan dingin.

Selain itu, makanan cepat saji juga termasuk dalam kategori makanan ultra-proses karena pembuatannya menggunakan bahan tambahan dan ekstraksi zat tertentu.

Penelitian terbaru dari The Journals of Gerontology pada awal tahun ini menunjukkan konsumsi daging, minyak, dan olesan ultra-proses dikaitkan dengan penurunan kognitif pada orang dewasa yang lebih tua dengan diabetes tipe 2.

Penelitian lain yang terbit di Nutrition juga menemukan bahwa makanan ultra-proses dapat merusak keseimbangan mikrobiota usus, yang berpotensi memicu perkembangan penyakit neurodegeneratif.

Hasil penelitian ini juga menegaskan bahwa pola makan kaya lemak dan karbohidrat sederhana dapat memicu peradangan saraf dan menurunkan fungsi kognitif.

Dampak buruk makanan ultra-proses tidak hanya berdampak pada otak, namun juga terlihat pada aspek lain kesehatan tubuh.

Baca juga: 3 Makanan Ultra Proses yang Buruk untuk Metabolisme Orang di Atas 40

Penelitian menunjukkan, konsumsi kalori yang tinggi dari makanan ultra-proses dapat menyebabkan penurunan kekuatan otot, serta meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, diabetes tipe 2, dan risiko kematian.

Oleh karena itu, penting untuk membatasi konsumsi makanan ultra-proses agar tidak melebihi 20 persen asupan kalori harian (misalnya, tidak lebih dari 400 kalori untuk diet 2.000 kalori).

Meskipun menikmati makanan favorit sesekali adalah hal yang wajar, memperhatikan konsumsi makanan ultra-proses dapat menjadi langkah awal untuk gaya hidup yang lebih sehat secara keseluruhan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com