Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keindahan Tenun Indonesia Tak Sebatas pada Koleksi Busana

Kompas.com - 09/11/2023, 05:04 WIB
Dinno Baskoro,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tenun bisa dikatakan sebagai seni tradisional yang melibatkan banyak proses dalam pembuatannya, mulai dari memintal benang, mengikat, memadukan, membuat motif, hingga pewarnaan.

Wastra yang satu ini menjadi salah satu kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia karena memiliki keberagaman motif, warna, hingga cerita di balik penggunaan tenun itu sendiri dalam kehidupan masyarakat.

Jika sebelumnya kita banyak melihat keindahan kain tenun yang hanya terbatas pada koleksi busana. Seiring waktu, keindahan tenun kini mengalami perkembangan yang sangat pesat.

Intan Fauzi, selaku sekretaris jenderal Cita Tenun Indonesia (CTI) mengatakan, kini banyak perajin yang berupaya mengembangkan keterampilan untuk mengelola tenun memperlihatkan variasi yang sangat beragam dan tak cuma sebatas dalam koleksi busana.

"Kami pernah mengikuti sejumlah pameran di dalam dan luar negeri. Peminatnya mungkin bagus kalau dijadikan busana, tapi rupanya banyak aspek lain yang juga berpotensi meningkatkan eksistensi tenun."

Demikian kata Intan Fauzi saat ditemui Kompas.com di Jakarta, baru-baru ini.

Baca juga: Langgam 15, Perjalanan Cita Tenun Indonesia Mengembangkan Wastra

Koleksi kain tenun di galeri Cita Tenun IndonesiaKOMPAS.COM / DINNO BASKORO Koleksi kain tenun di galeri Cita Tenun Indonesia

Kain tenun memang lekat dengan aspek keagamaan, upacara adat, hingga sejumlah agenda di banyak budaya termasuk ritual kelahiran, perkawinan hingga kematian.

Dalam perjalanan dan perkembangannya, banyak perajin tenun yang kini tidak hanya merancangnya sebagai busana atau kain saja, melainkan dikemas untuk menjadi pelengkap interior.

"Sudah banyak yang eksplorasi tenun dijadikan tempat tisu, tempat lipstik, bed runner, table runner sampai carton atau wallpaper."

"Kami menyadari peminat dan kebutuhan akan dekorasi interior bernuansa tenun memang berkembang sekali dan melihat tren ini tuh dimulau sejak tahun 2010-an" terangnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com