Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Penyebab Anak dan Remaja di Indonesia Darurat Kesehatan Jiwa

Kompas.com - 15/11/2023, 09:23 WIB
Dinno Baskoro,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kelompok usia anak dan remaja menjadi fokus yang harus diperhatikan dalam penanganan isu kesehatan jiwa.

Menurut data dari Kemenkes RI, satu dari sepuluh orang di Indonesia mengalami gangguan jiwa. Selain itu, lebih dari 19 juta penduduk berusia di atas 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, dan lebih dari 12 juta penduduk mengalami depresi.

Studi yang dilakukan Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa menyimpulkan, tingkat urgensi isu kesehatan jiwa di Indonesia sangat tinggi.

Urgensi itu antara lain menyebut bahwa kesehatan jiwa berdampak multi sektor karena merupakan bagian dari kondisi kesehatan yang komprehensif.

Sehat tidaknya jiwa seseorang akan mempengaruhi tingkat produktivitas dan menentukan kualitas hidup serta pencapaian generasi selanjutnya.

Baca juga: 6 Cara Berhenti Overthinking demi Kesehatan Mental

Para pakar dalam kaukus tersebut menyebut tiga faktor pendorong yang membuat urgensi penangangan dan pengendalian masalah kesehatan mental

1. Stigma tentang masalah kesehatan jiwa

Stigma negatif tentang masalah kesehatan jiwa yang ada di masyarakat menjadi hambatan utama bagi seseorang untuk mencari dan menerima perawatan kesehatan mental yang tepat.

Dekan Fisip Universitas Indonesia, Dr. Semiarto Aji Purwanto, mencontohkan masalah kesehatan jiwa seperti bipolar atau PTSD (Post Traumatic Stress Disorder) yang dialami remaja yang memiliki stigma negatif.

"Stigma itu menjadi penghambat, orang bipolar atau PTSD dikira gila. Hal-hal seperti ini yang membuat seseorang enggan mengemukakan kondisi hingga mencari perawatan yang tepat," katanya dalam acara deklarasi Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa di Jakarta, (14/11/2023).

Stigma negatif tentu saja dapat membentuk pemaknaan identitas yang negatif bagi individu yang mengalami masalah kesehatan jiwa.

Mereka mungkin merasa dicap sebagai "bermasalah" dan mengalami penurunan harga diri yang kemudian menghambat proses pemulihan.

Baca juga: 5 Cara Meningkatkan Kualitas Tidur agar Kesehatan Mental Lebih Baik 

Ilustrasi penyebab bipolar.Shutterstock/New Africa Ilustrasi penyebab bipolar.

2. Faktor lingkungan yang tidak ramah kesehatan jiwa

Lingkungan spesifik terutama pada tingkat keluarga, sekolah, dan tempat kerja yang sebagian besar tidak ramah kesehatan jiwa menjadi faktor pemicu selanjutnya.

Menurut penyintas dan motivator kesehatan mental, Marvin Sulistio, kelompok umur anak sekolah, remaja, dan usia produktif merasakan dampak paling berat dari perubahan cara hidup saat ini sehingga seringkali mengalami benturan dengan orang tua atau orang dewasa di sekitarnya.

Baca juga: 4 Kebiasaan yang Kerap Dianggap Normal dalam Hubungan Toksik

Marvin memang bukan psikolog, namun beberapa tahun ke belakang, ia aktif tergabung bersama sejumlah organisasi atau komunitas yang fokus pada masalah kesehatan mental.

Berdasarkan pengalamannya menjadi seorang "pendengar" bagi mereka yang membutuhkan, masalah kesehatan mental biasa datang dari lingkungan terdekat, yaitu keluarga.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com