Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ayah Lebih Banyak Luangkan Waktu Bersama Anak Selama Pandemi

KOMPAS.com - Kesibukan bekerja membuat ayah jarang menghabiskan waktu bersama anak di rumah, kecuali di akhir pekan.

Berdasarkan studi yang dilakukan Pew Research pada 2017, ditemukan mayoritas ayah di AS (sekitar 63 persen) tidak memiliki waktu yang memadai untuk menemani anak-anak mereka.

Tetapi selama pandemi dan penerapan WFH, ayah memiliki kesempatan lebih untuk terlibat dalam suatu aktivitas bersama anak.

Keterlibatan ayah dalam keluarga beri manfaat positif

Kyle Pruett, psikiater anak dan profesor klinis psikiatri anak di Yale School of Medicine telah memelajari efek menjadi ayah baik pada anak maupun orangtua selama beberapa dekade.

"Ketika ayah lebih terlibat, maka itu hal yang baik," kata dia.

Ayah yang terlibat dalam keluarga membuat anak cenderung mampu memecahkan masalah secara lebih baik, dan menghindari penggunaan zat atau obat-obatan terlarang.

Pruett merujuk pada studi yang dilakukan rekannya di Yale School of Medicine, Dr James Leckman.

Studi tersebut menemukan, ayah yang terlibat dalam keluarga cenderung lebih berempati dan kurang rentan terhadap kekerasan.

Banyak ayah hidup lebih lama, dan risiko kecelakaan berkendara juga berkurang.

Dampak negatif pandemi bagi keluarga

Kendati keterlibatan orangtua --termasuk ayah-- meningkat selama pandemi, Pruett juga menekankan pandemi membawa dampak buruk bagi keluarga.

"Covid-19 memberikan tekanan besar pada keluarga. Kekhawatiran yang dimiliki oleh para tenaga kesehatan mental hampir tidak pernah terjadi sebelumnya," jelas dia.

Pruett menunjukkan, sulit bagi setiap orangtua untuk mengelola kecemasan mereka.

Ditambah lagi, anak juga merasa cemas dan sedih karena merindukan sekolah tatap muka dan teman-temannya di sekolah.

Pandemi menyatukan seluruh keluarga

Jonathan Morel adalah ayah dari tiga anak yang tinggal di Palm Beach Gardens, Florida, AS.

Pria itu sangat mencintai pekerjaannya, yakni melatih pilot Marinir untuk menerbangkan helikopter pengangkut beban CH-53K King Stallion.

Namun dalam kehidupan keluarga, selalu ada kompromi antara pekerjaan dan rumah.

Sebelum pandemi, sekitar 50 persen pekerjaan dilakukan Morel dari rumah, 50 persen dikerjakan di lapangan.

Morel berusaha hadir ketika dia berada di rumah, dengan membantu istrinya Alissa.

Dia menyiapkan anak untuk berangkat sekolah dan menyempatkan diri untuk ikut makan malam bersama keluarga.

Ketika dipanggil bertugas, ia akan meninggalkan keluarganya dalam waktu lama.

"Saya berada di unit operasional dan dinas selama berminggu-minggu," ucap dia.

"Ketika anak-anak berusia tiga, empat, dan lima tahun, saya ditugaskan ke Afghanistan selama tujuh bulan."

Kemudian pandemi melanda. Ia bekerja dari rumah, mengedit laporan pengujian dan materi pelatihan.

"Kondisi itu sulit dengan tiga anak di rumah denah lantai terbuka. Saya menggunakan headphone peredam bising," katanya sambil tertawa.

Di sisi lain, dia dapat membantu pekerjaan di rumah lebih banyak. "Saya menjadi sangat ahli dalam multitasking."

"Ada lebih banyak keterlibatan langsung. Kami makan siang bersama, ditambah sedikit waktu," papar Morel.

"Ada waktu sekitar lima atau 10 menit untuk melakukan berbagai hal, dan di penghujung hari saya merasa seperti telah terhubung dan terikat lebih banyak. Itu adalah hal yang paling berharga."

Pengalaman serupa dirasakan Carlos Castaneda, pria dari tiga anak. Ia tinggal bersama istrinya Yesenia di Fredericksburg, Virginia.

Ketika pandemi melanda, Castaneda sudah bekerja dari rumah, membantu influencer memonetisasi pengikut mereka.

Sementara itu, istrinya bekerja penuh waktu di sebuah klinik.

"Saya yang membuatkan mereka sarapan, menjemput mereka, membantu tugas-tugas," jelas Castaneda.

Masalah yang dihadapi keluarga mereka terbilang rumit.

Anak pertama menderita attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) atau gangguan hiperaktivitas dan kecemasan, sedangkan dua anak termuda memiliki gangguan kejang.

Castaneda berusaha meluangkan waktu untuk kegiatan belajar mengajar anak-anaknya, sehingga tahun pertama sekolah virtual bisa diatasi.

Kemudian, anak-anaknya yang lebih muda mendapatkan model pembelajaran dengan keterlibatan guru yang jauh lebih sedikit.

Hal itu membuat Castaneda harus lebih terlibat dengan pembelajaran anak. "Tiba-tiba saya menjadi guru dan ayah," kenangnya.

Kendati demikian, ia tetap bersyukur atas kemewahan karena dapat menghabiskan satu setengah tahun terakhir untuk mengajari anak-anaknya.

"Bagian terbaiknya adalah melihat mereka tumbuh dan belajar, melihat perbedaan kepribadian mereka seiring bertambahnya usia," tuturnya.

"Saya ingin terus menghabiskan banyak waktu dengan anak-anak saya."

Castaneda menilai, pandemi juga memperkuat hubungannya dengan sang istri.

Dia memiliki pemahaman yang lebih baik tentang pekerjaan rumah dan perawatan anak, yang tidak diketahuinya saat dia bekerja dari kantor full time.

Mereka dapat membuat anggaran secara lebih baik dan memastikan keluarga makan dengan benar. "Itu menyatukan kita," katanya.

Ayah dapat membentuk hubungan lebih dalam dengan anak

Cerita yang sama datang dari ayah dua anak asal Kanada yang namanya dirahasiakan.

"Saya ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan anak-anak, dan pandemi memberi saya itu."

Pria itu menambahkan, dia belajar bagaimana membuat batasan yang lebih baik antara waktu bekerja dan waktu bersama keluarga.

Alhasil, dia dapat sepenuhnya hadir untuk keluarganya.

"Anak-anak membutuhkan perhatian penuh kita," jelasnya.

"Karena tiba-tiba kita semua berada di rumah sepanjang waktu, saya harus mengembangkan keahlian baru."

Adapun kisah pria berusia 37 tahun asal Philadelphia, Eric Horvath. Ia tinggal bersama istrinya Lyssa yang berprofesi sebagai guru TK, dan anak yang berusia dua tahun.

Pekerjaan Horvath adalah direktur komunikasi di College of Engineering di Temple University.

"Sebelum pandemi, tidak banyak waktu bersama di rumah," katanya.

"Saya bersyukur untuk itu. Pada saat itu, banyak yang membuat stres. Tapi saya memandang sebagian besar hal dengan positif."

"Kami satu tim. Lyssa menjaga putra kami, sementara saya sebagian besar memasak."

Tips agar ayah tetap terlibat dalam keluarga

Jika situasi kembali normal, bagaimana ayah dapat memertahankan keterlibatan mereka dalam keluarga, termasuk melakukan aktivitas bersama anak?

Justin Lioi pekerja sosial klinis berlisensi yang berfokus pada ayah membagikan beberapa tips agar ayah bisa tetap terhubung dengan anak.

1. Membuat kompromi dengan atasan

"Ayah memiliki pengaruh yang lebih besar di tempat kerja daripada sebelumnya," terang Lioi.

"Pria mungkin pernah merasakan keengganan, atau bahkan rasa malu saat meminta fleksibilitas kepada atasan."

"Tetapi sekarang bukan hal yang mustahil untuk mengatakan 'saya ingin bekerja dari rumah' atau 'saya perlu menjemput anak saya'," imbuhnya.

2. Memperkuat batasan antara kehidupan di rumah dan pekerjaan

Lioi menyarankan cara lain untuk memprioritaskan peran sebagai ayah.

Jika kita menuliskan catatan rapat Zoom atau kewajiban kerja lain di kalender, jangan lupa cantumkan juga acara rutin bersama keluarga seperti makan malam di kalender tersebut.

3. Memertahankan komunikasi

Pasangan suami dan istri perlu berbicara tentang perasaan mereka sebagai orangtua, apakah ada cara yang lebih baik, dan bagaimana mereka dapat saling mendukung.

Memperjelas kebutuhan suami dan istri, serta anak-anak akan membantu mengurangi stres untuk setiap anggota keluarga.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/03/17/160738520/ayah-lebih-banyak-luangkan-waktu-bersama-anak-selama-pandemi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke