Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengurangi Fanatisme Berlebihan Akibat Pilpres

Tidak sedikit dari masyarakat yang menjadi pendukung fanatik salah satu pasangan calon. Bahkan, cenderung mengarah kepada tindakan fanatisme berlebihan. 

  • 8 Cara Menghilangkan Tinta Pemilu di Jari dengan Mudah 
  • Tiru Style Komeng di Surat Suara, Ini 5 Rekomendasi Kemeja Basic Cowok

Praktisi Hidup Berkesadaran (Mindful Living), Adjie Santosoputro, mengatakan, fanatisme berlebihan merupakan sebuah bentuk kemelekatan atau attachment. 

“Ada yang fanatik mendukung capres yang itu. Setiap kali ada yang meragukan, atau kritik sedikit saja ke “bapak” itu, dia langsung membelanya mati-matian. Dia merasa mendukungnya dengan penuh cinta,” ujar Adjie dikutip dari utas X pribadinya, @AdjieSanPutro, Minggu (18/2/2024). 

Menurut Adjie, sebaiknya para pendukung fanatik capres, sebaiknya mulai mengendurkan kemelekatan atau attachment tersebut. Selain Pilpres telah usai, kemelekatan atau attachment dalam bentuk fanatisme berlebihan tersebut memiliki dampak negatif. 

“Pelan-pelan kendurkan kemelekatan attachment itu, karena hanya menyebabkan ketakutan, cemas, iri, bahkan kemarahan, kebencian, konflik, dan terutama penderitaan,” imbuhnya. 

Lantas, apa saja ciri-ciri fanatisme berlebihan yang merupakan bentuk kemelekatan atau attachment tersebut? 

Adjie mengatakan, seorang dikatakan memiliki kemelekatan atau attachment jika dia selalu merasa ketakutan dan cemas, pada setiap momen yang berhubungan dengan capres tersebut. 

“Iri kalau pesaing capres itu lebih baik. Sampai dia hobi ribut, marah, benci, konflik dengan siapapun yang beda pilihan,” tutur Adjie dalam utas X. 

Tidak hanya berkaitan dengan capres, Adjie menuturkan kemelekatan atau attachment bisa terjadi pada aspek lain, seperti fans klub bola, grup idol musik, pasangan, dan sebagainya.

Adjie menegaskan bahwa kemelekatan atau attachment tersebut bukanlah bentuk cinta. 

“Mendukung yang seperti itu mendukung penuh cinta, atau itu sebenarnya kemelekatan-attachment? Itu kemelekatan-attachment. Dan kemelekatan-attachment itu bukanlah cinta,” tegasnya. 

Pertama, sadar diri bahwa diri kita bukanlah orang yang kita bela. Sebab, menurut Adjie, salah satu penyebab fanatisme berlebihan adalah seorang pendukung fanatik merasa bahwa ia menemukan dirinya pada orang yang dibela. 

“Nah, dari pemahaman itu, maka untuk mengendurkan kemelekatan attachment, kita perlu sadar diri, perlu ingat bahwa kita tidak perlu mencari  identitas diri di orang yang kita bela. Di momen kita sadar bahwa di orang yang kita bela, tidak ada diri kita, maka kemelekatan attachment akan mengendur,” jelasnya kepada Kompas.com. 

Kedua, kita perlu menyadari bahwa hidup terus berjalan, sehingga kita perlu melakukan beragam aktivitas sehingga tidak berpusat pada topik capres. 

“Kita mesti tetap harus menjalani hidup, bekerja, berkarya, dan belajar,” tuturnya.

  • Outfit 4 Selebritas Mencoblos di Luar Negeri, Tetap Stylish
  • Pemilu Berakhir, Saatnya Perbaiki Hubungan yang Retak dengan Kerabat

https://lifestyle.kompas.com/read/2024/02/18/153500520/mengurangi-fanatisme-berlebihan-akibat-pilpres

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke