Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jadi Donor Darah, Apa Syaratnya?

Kompas.com - 03/08/2008, 17:15 WIB

Saya mahasiswa sebuah universitas swasta di Jakarta. Belakangan saya sering memerhatikan imbauan untuk menyumbangkan darah. Slogan ”setetes darah Anda dapat menyelamatkan nyawa” sungguh menyentuh hati saya.

Umur saya 21 tahun dan merasa sehat saja. Saya berenang tiga kali seminggu dan sanggup lari sejauh 5 kilometer. Saya ingin menyumbangkan darah saya bagi pasien yang memerlukan. Namun, saya ingin mendapat penjelasan mengenai syarat menjadi donor darah.

Apakah ada penyakit yang menyebabkan orang tidak boleh menjadi donor darah? Saya tahu orang dengan HIV tak boleh menjadi donor darah. Apakah penderita kencing manis atau darah tinggi juga dilarang menyumbangkan darahnya?

Saya sewaktu SMA pernah tergoda teman mencoba mengisap ganja. Apakah saya ada kemungkinan tertular HIV karena menggunakan narkoba? Bagaimana mengetahui apakah saya tertular HIV atau tidak? Apakah sebelum menyumbangkan darah saya perlu dites HIV? Apakah kalau saya HIV positif akan diketahui oleh orang lain yang tak berkepentingan, misalnya dosen-dosen di universitas saya? Bagaimana pendapat dokter, apakah saya melakukan tes HIV dulu sebelum mendaftarkan diri menjadi donor darah? Terima kasih atas penjelasan dokter.

M di J

Niat Anda mendonorkan darah Anda suatu niat yang mulia. Alangkah gembiranya para pasien yang memerlukan jika teman-teman Anda juga bersikap seperti Anda.

Menyumbangkan darah tidak merugikan orang yang menyumbang karena darah kita dibentuk oleh sumsum tulang. Sel-sel darah kita mempunyai umur tertentu dan selalu diperbarui.

Meski begitu, dalam menyumbangkan darah perlu diperhatikan kesehatan donor, kemungkinan penularan penyakit, dan reaksi transfusi lain yang tak diinginkan.

Umumnya, orang dewasa sehat dapat menjadi donor darah. Biasanya, donor darah diharapkan usianya di atas 17 tahun dan dalam kondisi sehat. Artinya, hemoglobinnya juga harus normal. Kalau dia sendiri sudah dalam keadaan anemia (kurang darah), tentu dia tidak diperbolehkan menyumbangkan darahnya.

Berat badan juga harus mencukupi, begitu pula tekanan darah. Riwayat penyakit masa lalu yang berisiko untuk menularkan kepada orang lain memang juga penting dipertimbangkan.

Pada transfusi darah dapat terjadi penularan virus hepatitis B, hepatitis C, dan HIV. Umumnya, darah yang akan ditransfusikan diperiksa apakah mengandung virus HIV dan hepatitis B. Jika darah tersebut mengandung virus tersebut, maka tidak boleh ditransfusikan. Jadi, sebenarnya yang diperiksa adalah darahnya, bukan donornya.

Selain itu, sebenarnya beberapa penyakit lain juga dapat menular melalui transfusi darah, seperti sifilis dan malaria.

Sudah sejak lama (sekitar tahun 1992) pemerintah membiayai skrining darah untuk HIV. Dengan demikian, penularan HIV melalui transfusi darah di negeri kita sudah tidak menjadi masalah lagi.

Kita amat berharap dukungan biaya itu terus berkelanjutan. Kalau tidak, biaya transfusi darah akan semakin mahal karena pemeriksaan skrining ini akan dibebankan kepada penerima transfusi.

Risiko penularan HIV melalui penggunaan narkoba suntikan memang tinggi. Namun, pada penggunaan narkoba bukan suntikan tidak ada risiko penularan HIV.

Hendaknya pengalaman masa remaja tidak perlu terulang lagi. Anda telah tumbuh menjadi orang yang peduli pada masalah kesehatan. Saya amat berharap Anda juga memelihara kesehatan dengan baik dan menjauhi perilaku yang berisiko mengganggu kesehatan.

Niat Anda memeriksakan tes HIV baik saja meski jika tak pernah melakukan perilaku berisiko, seperti hubungan seksual yang tak aman atau penggunaan jarum suntik bersama, kemungkinan Anda positif HIV amat kecil.

Untuk mengetahui apakah seseorang tertular HIV, cara yang paling baik adalah dengan melakukan tes HIV. Sebelum melakukan tes, sebaiknya Anda melakukan konseling sehingga Anda memahami cara penularan HIV serta cara terapinya. Jadi, akan lebih baik jika Anda menjalani konseling dan tes daripada hanya tes HIV pada darah yang akan Anda sumbangkan.

Pada tes HIV diberlakukan asas kerahasiaan, dokter akan merahasiakan hasil tes sehingga orang lain tidak akan diizinkan mengetahui hasil tes tanpa izin orang yang dites.

Di negeri kita diperkirakan sekitar 200.000 orang tertular HIV, tetapi yang terdeteksi baru sekitar 20.000. Jadi, sekitar 90 persen belum terdeteksi karena kemungkinan besar belum melakukan tes HIV.

Jika seseorang diketahui positif HIV, terbuka kesempatan memelihara kesehatan orang tersebut dengan baik dan mengurangi risiko pada orang lain.

Penyakit kencing manis atau darah tinggi tidak ditularkan melalui transfusi darah. Mereka baru diperbolehkan jadi donor darah jika kesehatannya cukup baik.

Pada bulan Ramadhan biasanya persediaan darah Palang Merah Indonesia (PMI) berkurang tajam, padahal jumlah darah yang diperlukan cukup tinggi. Jadi, saya berharap Anda dan teman-teman dapat membantu persediaan darah PMI dengan menjadi donor darah. Selamat menjadi donor.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com