Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selingkuh, tapi Tak Merasa Bersalah

Kompas.com - 25/08/2009, 14:18 WIB

Sembilan tahun pernikahan, saya jarang bisa puas. Bahkan, sejak empat tahun terakhir tidak pernah puas sama sekali karena suami tak bisa ereksi dengan baik. Saya sering menyuruhnya berobat ke dokter tapi dia takut minum obat untuk seks. Ia membaca di koran ada orang yang meninggal akibat minum obat kuat.

Selama itu saya hanya kecewa dan jengkel karena seks tidak tersalurkan. Secara tak terduga setahun lalu saya bertemu teman di sebuah hotel. Saya mau saja waktu diajak makan di kamarnya. Saya juga mau waktu dia memeluk dan mencium saya, sampai berhubungan seks. Mungkin karena sudah lama saya tidak mengalami itu dengan suami. Saya merasa seperti kehausan saja.

Waktu itu saya merasa bersalah karena telah mengkhianati suami. Tapi, saya juga merasa ini kesalahan suami yang tidak memerhatikan istrinya. Sejak itu saya ingin mengulang lagi, tapi teman saya itu sudah pulang ke kotanya. Sampai akhirnya saya bertemu teman lain, dan kejadian itu terulang lagi.

Hubungan dengan teman ini berlangsung sampai sekarang karena dia juga tinggal di Jakarta. Saya merasa puas setiap berhubungan seks dengan dia. Rasanya kekecewaan selama bertahun-tahun dengan suami terhapus dalam sekejap.

Saya heran, mengapa kali ini tidak merasa bersalah? Saya tidak merasa ada perubahan apa-apa terhadap suami dan anak-anak. Saya juga tidak merasa ada ikatan dengan teman ini. Kami sepakat agar tidak terjadi masalah dengan keluarga masing-masing.

Anehnya lagi, saya jadi tidak jengkel dan kecewa lagi terhadap suami. Saya jadi lebih memerhatikan suami, walaupun merasa tidak butuh suami dalam urusan seks. Apakah ini wajar bagi perempuan? Bagaimana agar suami mau berobat dan sembuh?"
PT, Jakarta

Sebab Akibat Ketidakharmonisan
Apa yang Anda alami adalah proses sebab akibat. Bermula dari ketidakharmonisan kehidupan seksual dengan suami yang menyebabkan kekecewaan dan kejengkelan. Dalam keadaan seperti itu, Anda bertemu teman di hotel itu.

Saya dapat mengerti kalau Anda mau melakukan hubungan seksual dengan dia. Tampaknya pertemuan di situ memberikan suasana yang membuat Anda menemukan pria yang Anda harapkan dapat memenuhi kebutuhan seksual Anda.

Seperti pengakuan Anda, "mungkin karena sudah lama saya tidak mengalami itu dengan suami", maka Anda mau melakukan. Hubungan seksual dengan pria itu, yang merupakan pengalaman pertama selain dengan suami, wajar membuat Anda "merasa bersalah karena telah mengkhianati suami".

Tapi, tampaknya keinginan melakukan hubungan seksual lagi mampu menghilangkan perasaan bersalah itu. Bertemu dan melakukan hubungan seks dengan teman lain itu memuaskan bagi Anda. Hubungan seksual kali ini bukan sebuah pengalaman baru, walaupun dilakukan dengan pria lain.

Karena itu, dapat dimengerti kalau Anda tidak lagi merasa bersalah seperti ketika pertama kali melakukan hubungan seksual dengan pria lain, apalagi Anda merasa puas setiap kali melakukan hubungan seksual dengan pria itu.

Kepuasan yang Anda rasakan ini menyebabkan Anda melupakan kejengkelan dan kekecewaan terhadap suami. Sebaliknya, Anda lebih memerhatikan suami sebagai satu hal yang wajar dan harus dilakukan sebagai seorang istri

Apa yang Anda alami ini bukan masalah wajar atau tidak dialami oleh seorang istri, melainkan suatu sebab akibat kehidupan seksual yang tidak harmonis. Sebenarnya ketidakharmonisan tidak akan berakibat terlalu jauh andai kata gangguan seksual suami tidak diabaikan begitu saja. Dengan pengobatan yang benar, gangguan fungsi ereksi yang dialami suami dapat diatasi dengan baik.

Ketakutan suami mengenai obat untuk gangguan fungsi seksual sungguh tidak beralasan. Kalau berkonsultasi kepada tenaga ahli, ketakutan itu tidak perlu terjadi karena pengobatan yang diberikan pasti sesuai prosedur yang benar. Ini berbeda kalau suami membeli sendiri obat yang seharusnya diberikan sesuai resep dokter.

Konsultasi dengan Prof. Dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com