Ilona & Usman, Cinta Long Distance

KOMPAS.com - Tahun ini benar-benar menjadi tahun yang istimewa bagi pasangan Ilona Juwita dan Usman Amirudin. Hari ketiga di tahun ini, 3 Januari 2010, mereka awali dengan mengikat janji sehidup-semati. Perkawinan ini juga menjadi semacam pembuktian bahwa long distance relationship dapat diatasi berkat komunikasi dan komitmen.

Mantan teman SMA ini menjadi dekat setelah keduanya sama-sama sudah bekerja. Usman yang saat itu sudah bekerja di Schlumberger, Muara Badak, 5 jam perjalanan dari Balikpapan, mengajak teman-teman SMA-nya untuk buka puasa bersama. Sayang, Ilona tengah pulang ke kampung halaman ayahnya di Padang. Namun gara-gara tak bisa bertemu itulah, keduanya jadi sering berkomunikasi melalui SMS. November 2006, mereka memutuskan untuk jadian.

Jauhnya jarak juga tak membuat hubungan mereka tanpa tujuan. Buktinya, belum setahun berpacaran, mereka sudah memutuskan untuk menabung biaya pernikahan. "Kami enggak tahu sih, kawinnya bakal kapan. Tapi yang kami tahu, bagaimana pun juga kami mesti menabung dari jauh-jauh hari soalnya kami enggak mau ngerepotin orangtua aja," papar Ilona, yang sampai sekarang hanya bertemu sebulan sekali dengan sang suami.

Karena keinginan menikah ini murni datang dari Ilona dan Usman, mereka bebas mengatur konsep pernikahan yang diinginkan. Tentu dengan sedikit masukan di sana-sini dari orangtua mereka. Misalnya saja, meskipun mengambil konsep minimalis, mereka tetap berusaha memasukkan unsur budaya Betawi (latar belakang keluarga Usman).

"Sebenarnya karena saya Padangnya dari ayah, enggak ada tuntutan harus memasukkan budaya Padang yang kental. Tetapi untuk menghormati kedua belah pihak, akhirnya pas akad nikah kami memakai upacara Palang Pintu Betawi, tapi kami pakai sarung songket. Saya juga pakai sunting," ujar Ilona yang juga mewarisi darah Jawa Timur dari ibunya.

Atribut dalam adat Betawi muncul dalam upacara Palang Pintu, pohon uang, dan roti buaya. Dalam adat Betawi, bila ada pria yang ingin meminang gadis Betawi, jagoan kampung si pemuda harus mengalahkan jagoan kampung sang gadis. Sebelum mereka bertarung, dilakukan aksi berbalas pantun. Ketika jagoan kampung (atau pihak keluarga) si gadis kalah, mereka harus membukakan pintu rumahnya agar si pemuda bisa meminang.

Sedangkan roti buaya yang dijadikan hantaran dalam perkawinan (diserahkan oleh keluarga pengantin pria kepada keluarga pengantin wanita) konon mengandung makna agar kedua pengantin menjadi pasangan yang setia seumur hidup. Sebab, buaya dikenal sebagai binatang yang setia kepada pasangannya.

Ilona mengaku sangat puas dengan gelaran pernikahannya, karena meskipun diurus sendiri bersama keluarganya, segala hal bisa berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Ia bisa tetap memenuhi harapan orangtuanya untuk menggelar pernikahan dengan adat (meskipun tidak lengkap), namun tetap dapat dinikmati oleh teman-temannya.

Ilona & Usman
Menikah: 3 Januari 2010

Venue: Gedung Graha Jala Puspita (Rp 15 juta)
Katering: Puspa Catering (Rp 85 juta)
Dekorasi: Safira Maharani (Rp 16 juta)
Fotografi: Aldi & Co (Rp 16 juta)
Undangan: Atma Grafika Tebet (Rp 7.000/pcs)
Suvenir: Herlina Gren Vill (Rp 5.800/pcs)
Gaun pengantin: Diamond (Akad & resepsi Rp 4,5 juta)
Make-up: Diamond (Rp 5 juta)
Entertainment: Intan & Friends (Rp 3,5 juta)
MC: Tita (Rp 1,5 juta)
Palang Pintu: Marawis Rawabelong (Rp 3 juta)
Honeymoon: Qunci Villa Lombok (Paket 3 hari 2 malam, Rp 3,6 juta)