Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Donna Latief, Makin Intens dengan Batik

Kompas.com - 11/10/2010, 09:21 WIB

”Ini kerja sama mutual. Kami saling membantu. Kami dapat keuntungan, dan partner kami juga sama-sama untung. Saya bahagia sekali bisa melihat mereka berhasil,” kata Donna.

Hidup itu pendakian
Donna dulu pernah menjadi model foto. Ia antara lain pernah menjadi model untuk produk Pasaraya. Tahun 2000, ia menjadi reporter di stasiun televisi Lativi. Ia pernah meliput kasus kriminal, dari perampokan taksi sampai kasus mutilasi. Setelah menikah dengan Abdul Latief tahun 2003, Donna masih bekerja di Lativi dan mulai belajar seluk-beluk ritel.

”Pagi saya di Pasaraya, dan malamnya saya siaran di Lativi,” kata Donna mengenang stasiun televisi yang kini telah tutup itu.

”Televisi dan ritel itu dunia yang sangat berbeda. Saya perlu setahun untuk beradaptasi,” kata Donna.

Namun, Donna melihat adanya kesamaan filosofi dari dua dunia yang tampak berbeda itu. ”Di televisi, saya menyenangkan pemirsa dengan program. Kalau di ritel, kami harus menyenangkan customer. Seninya saja yang berbeda. Di televisi ada rating, di ritel ada omzet. Hahaha....”

Belakangan, Donna terlibat penuh dalam pengelolaan usaha ritel yang berpangkalan di Blok M dan Manggarai, Jakarta, itu. Dia mengaku benar-benar memulai dari nol. Namun, ia mau belajar. Mula-mula ia belajar masalah operasional, seperti cek stok barang, sampai berhubungan dengan pemasok. Ia lalu belajar tetek-bengek soal nomor lipstik dan warna-warnanya, sampai soal sepatu. Ia pelajari soal ukuran sepatu, desain, hingga kenyamanan pakainnya. Dan ia baru tahu betapa rumitnya urusan sepatu itu jika sudah berhadapan dengan pelanggan.

”Ada customer yang suka pada satu model sepatu, tetapi size-nya tidak ada. Saya harus menerima komplain mereka dan tetap harus kami layani.”

Donna belajar dari karyawan, anak buah suaminya, dan tentu saja dari sang suami. ”Suami saya bilang, ’Kamu kalau sudah pandai, baru tanya sama saya'. He is the best teacher,” kata Donna memuji suami.

Ia mengakui bisnis ritel ada naik dan turunnya, tetapi ia telah belajar untuk menekuni dan mencintai pekerjaan.

”Hidup, kan seperti sebuah pendakian. Jalan mendaki, tetapi pemandangan terlalu indah untuk dilewatkan. Nikmatilah keindahan itu,” kata Donna beribarat sambil menyeruput wedang jahe.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com