Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ayo Berkumpul bersama Bunda Gaul

Kompas.com - 24/01/2012, 10:33 WIB

KOMPAS.com - Rabu (18/1/2012) malam, di sebuah kafe di mal fX, Jakarta. Kehadiran empat anggota komunitas Bundagaul, yakni Fiki Maulani (31), Betsy, Novita Arsianti (39), dan Riri Bogar (37), sudah cukup untuk meramaikan suasana. Nah, bayangkan kalau 10 persen saja dari 1.900-an anggota Bundagaul.com berkumpul bersama, kafe tersebut mungkin akan meledak oleh ”kicauan” para bunda.

”Begini deh kalau sudah bertemu, pasti ramai. Namanya juga ibu-ibu,” ujar Fiki, salah seorang pentolan komunitas Bundagaul. Ucapan Fiki diamini tiga rekannya sesama anggota Bundagaul.

Malam itu, selepas jam kerja, mereka ngobrol ngalor-ngidul, mulai soal risol, perang kata-kata di Twitter, diskriminasi terhadap orang bertubuh gemuk, bazar, sampai rencana menggelar pertemuan di akhir pekan. Obrolan tersebut diselipi setumpuk humor segar yang membuat mereka bisa tertawa bersama sambil menyeruput teh dan jus buah.

”Gue lagi stand up comedy nih,” ujar Riri yang rupanya memiliki banyak stok humor. Maklum, dia pernah menjadi komik (sebutan untuk pelaku komedi stand up) jauh sebelum genre lawak ini populer di Indonesia seperti sekarang.

Buat para bunda, ngobrol santai dengan sesama selepas jam kerja menjadi momen yang menyenangkan. Di saat itulah mereka bisa sejenak berjarak dengan urusan kantor dan rumah tangga. Maklum, di negeri yang masih kuat budaya patriarkinya ini, perempuan secara sosial-budaya dituntut mengurusi semua urusan rumah tangga meski sebagian dari mereka juga memiliki karier.

”Kami sesama para bunda hanya ingin bersosialisasi dan membuat jaringan. Jadi, bukan ingin gaul atau hura-hura enggak jelas. Kita punya misi,” tegas Fiki.

Bundagaul, lanjut Fiki, didesain sebagai ruang bersama para bunda untuk saling berbagi dan peduli. Mereka bisa curhat atau berbagi pengetahuan soal kehamilan, kesehatan, pendidikan. Pokoknya apa saja deh,” ujar Fiki.

Pada pertemuan Sabtu (21/1/2012) kemarin misalnya, para ibu ini membahas bagaimana merawat anak pengidap kanker. Pertemuan ini juga diramaikan dengan bazar yang menjual berbagai produk, mulai jilbab sampai parfum.

Menjadi jembatan
Belakangan ini, Bundagaul berusaha menarik ibu-ibu yang anaknya berkebutuhan khusus tapi tidak punya teman untuk sekadar bercerita. ”Kami ingin menjadi jembatan para bunda dari berbagai kelompok masyarakat,” ujar Fiki.

Inilah yang membuat Bundagaul menjadi komunitas yang sangat terbuka, terutama pada setiap ide dan ”misi khusus” para bunda. Riri Bogar, misalnya, masuk ke Bundagaul karena ingin mengampanyekan gerakan antidiskriminasi terhadap perempuan bertubuh gemuk seperti dirinya.

”Orang gemuk di mana-mana dianggap penyakitan. Padahal kalau kita lihat di ruang ICU, yang terkapar kebanyakan orang kurus. Yang gemuk mah beredar di mal,” kata pendiri komunitas perempuan bertubuh besar, XL.or, sambil tertawa renyah.

Dia juga ingin menyadarkan para bunda bahwa bertubuh gemuk bukan berarti kiamat. Orang gemuk atau kurus sama-sama bisa sehat asalkan gaya hidupnya juga sehat. Bunda gemuk, lanjut Riri, juga bisa tampil modis dan cantik. Untuk meyakinkan para bunda, Riri menampilkan beberapa model berbadan besar dalam pertemuan Bundagaul. ”Kebetulan saya punya RB Plus Size Management yang mengelola model bertubuh besar. Ujung-ujungnya sih tetap dagang,” katanya.

Novita Arsanti (39) bergabung dengan komunitas Bundagaul karena ingin mengembangkan usaha risolnya. ”Kalau kenal banyak bunda, saya yakin penjualan risol saya bisa terdongkrak. Asyik kan, bisa dagang sekaligus bergaul dan dapat pengetahuan,” kata Novita yang dijuluki Bunda Risol.

Betsy, karyawan sebuah perusahaan swasta, bergabung dengan Bundagaul awalnya untuk membaca cerita dan keluh kesah para Bunda. ”Tapi akhirnya saya numpang dagang juga,” kata insinyur elektronik yang punya usaha sampingan berjualan alat-alat menyusui.

Karena soal belanja dan berniaga mereka anggap naluri wanita, dalam setiap pertemuan Bundagaul pasti ada bazarnya. ”Berhubung bunda juga narsis, setiap pertemuan pasti ada panggung untuk menampilkan anak masing-masing. Pokoknya bundanya bazar, anaknya perform (tampil),” ujar Fiki.

Bagaimana dengan bapaknya?

”Bapak-bapak sih jangan disuruh gaul, bisa gawat nanti,” sahut Novita diikuti tawa.

Khusus perempuan
Komunitas Bundagaul muncul sekitar tiga tahun lalu di dunia maya. Komunitas ini awalnya dikelola Sanny Gaddafi dan istrinya. Sekitar tiga bulan yang lalu, Sanny meminta Fiki mengelola komunitas tersebut. ”Saya sanggupi karena sayang juga kalau komunitas yang anggotanya cukup banyak ini mati,” tambah Fiki.

Di tangan Fiki, komunitas Bundagaul memiliki tempat nongkrong tetap, yakni di fX Plaza. Setiap bulan mereka menggelar pertemuan yang terdiri atas bazar, aksi panggung, pengajian, dan acara bincang-bincang (talk show) yang melibatkan sejumlah ahli di bidangnya. Isu yang dibicarakan di talk show bisa sangat beragam, mulai soal kehamilan, mengurus anak, mengatur uang, penyakit-penyakit yang baru muncul, hingga manfaat sastra dan musik untuk perkembangan anak.

Karena ada penggeraknya, jumlah anggota Bundagaul pun terus meningkat, dari sekitar 1.200 orang menjadi 1.900-an. Latar belakang mereka sangat beragam, mulai ibu rumah tangga, guru, profesional muda, hingga dokter. Sosok mereka cukup terwakili logo situs Bundagaul: siluet perempuan modis yang menggendong seorang bayi. Sementara itu, sebelah kakinya digelendoti anak balita.

Meski namanya Bundagaul, lanjut Fiki, komunitas ini membuka diri pada para lajang atau perempuan yang belum memiliki anak.

”Yang jelas dia bukan laki-laki. Itu saja,” tandas Fiki.

(Budi Suwarna)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com