Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Stroke pada Usia Muda

Kompas.com - 04/11/2012, 02:56 WIB

 

 

SAMSURIDJAL DJAUZI

Teman sekantor saya, laki-laki berusia 42 tahun, dirawat di rumah sakit karena perdarahan otak. Dia sudah lama mengeluh nyeri kepala, tetapi pada hari itu dia muntah-muntah dan pingsan. Kami membawanya ke rumah sakit. Pada pemeriksaan didapatkan bahwa tekanan darahnya tinggi 190/120 dan ternyata dia juga mengidap kencing manis. Gula darahnya 245. Dokter menganjurkan agar dia segera dirawat dan perlu pemeriksaan lanjutan, seperti CT scan. Hasil CT scan menunjukkan perdarahan otak. Dia dirawat tiga hari di unit perawatan intensif sebelum pindah ke ruang perawatan biasa. Sekarang, dia sudah sadar, bicara masih pelo dan bagian kanan tangan dan kaki masih lemah. Tekanan darah mulai normal begitu juga gula darahnya.

Kami terkejut mengetahui kawan kami ini terkena stroke. Sebab, semula kami beranggapan stroke hanya terjadi pada orang berumur lanjut. Memang, ayah teman kami ini juga menderita darah tinggi, tetapi terkendali dengan obat yang dikonsumsinya secara teratur. Apa yang menyebabkan orang muda dapat terkena stroke dan bagaimana pula upaya pencegahannya? Terima kasih atas penjelasan dokter.

P di J

Jawaban

Stroke merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai di masyarakat. Angka kematian karena stroke di negeri kita masih tinggi. Penyebab perdarahan otak yang bukan karena trauma biasanya adalah hipertensi. Namun, selain hipertensi, dapat juga terjadi gangguan perdarahan otak.

Memang benar risiko stroke meningkat pada usia lanjut, tetapi orang yang berusia muda juga dapat terserang stroke. Karena itu, kita perlu memelihara kesehatan secara teratur. Dengan memelihara kesehatan dan memeriksakan diri secara teratur, berbagai faktor yang memudahkan terjadinya stroke, seperti hipertensi, diabetes melitus, gangguan irama jantung, atau kelainan darah, dapat terdeteksi. Penyakit kronis, seperti darah tinggi dan kencing manis, memerlukan pengobatan yang teratur dan berkesinambungan. Jangan sampai tidak teratur atau berhenti minum obat karena merasa gejala penyakitnya sudah hilang.

Tekanan darah dan berat badan

Pada teman Anda, hipertensi dan kencing manis merupakan faktor yang memudahkan terjadinya stroke. Kebiasaan untuk memeriksakan kesehatan diri secara berkala (check up) memang sudah mulai memasyarakat. Namun, sering kali hal-hal penting yang harus diperiksa terlewatkan. Misalnya, kita perlu memperhatikan berat badan, tekanan darah, tekanan bola mata, gula darah, lipid, serta fungsi ginjal dan hati.

Kepedulian terhadap berat badan, tekanan darah, dan tekanan bola mata biasanya kurang. Karena itu, masih sering kita jumpai di masyarakat, hipertensi yang tidak terdeteksi dan baru terdiagnosis setelah lebih dari sepuluh tahun sehingga sudah timbul kelainan jantung atau ginjal akibat hipertensi tersebut. Hipertensi dapat juga terdeteksi, diobati menjadi normal, tetapi pasien justru menghentikan obat karena menyangka hipertensi sudah sembuh. Padahal, setelah dia menghentikan obat hipertensi, tekanan darah akan meningkat kembali walaupun mungkin saja tanpa gejala.

Pemeriksaan tekanan bola mata diperlukan untuk mendeteksi kelainan mata yang disebut glaukoma. Penyakit ini cukup sering dijumpai, tetapi banyak masyarakat kita yang kurang memahami. Gejalanya biasanya adalah nyeri pada mata atau nyeri kepala. Biasanya gejala ini dianggap biasa saja dan pasien hanya minum obat penghilang nyeri.

Terapi stroke

Terapi stroke tentu bergantung pada jenis dan beratnya penyakit. Pada perdarahan yang luas mungkin diperlukan operasi. Sebaliknya perdarahan kecil, misalnya infark lakuna, mungkin hanya memerlukan pengobatan sederhana dan pemulihan akan terjadi setelah 4 sampai 6 minggu. Setelah perawatan stroke, dapat terjadi gejala sisa. Untuk itu, penting melanjutkan fisioterapi agar pemulihan dapat mencapai optimal. Gejala sisa dapat berupa gangguan kekuatan otot serta gangguan bicara atau penglihatan.

Fisioterapi memerlukan waktu dan kesabaran, tetapi mereka yang menjalaninya dengan baik dan teratur telah merasakan manfaatnya. Setelah mengalami stroke, biasanya penderita perlu mengonsumsi berbagai obat, baik untuk menekan hipertensi, kencing manis, maupun obat sebagai pengencer darah. Pasien masih harus mendapat pemantauan dokter secara berkala.

Keluarga mungkin merasa khawatir jika dokter menganjurkan tindakan operasi. Memang operasi otak pada umumnya merupakan operasi besar dengan berbagai macam risiko. Namun, dengan bantuan teknologi yang ada serta keterampilan dokter bedah saraf, banyak kasus yang dapat terselamatkan dari kematian atau kecacatan. Bila terjadi kecacatan, misalnya lumpuh sebelah badan, akan timbul masalah sosial, terutama jika pasien masih muda dan bekerja. Kita harus mendukung agar pasien dapat produktif sesuai dengan kemampuan fisik.

Selain gejala sisa secara fisik, dapat juga terjadi gangguan emosi setelah mengalami stroke. Penderita merasa dirinya kurang berguna dan hanya menjadi beban keluarga. Seorang ayah yang mengalami stroke mungkin merasa fungsinya sebagai ayah tidak dapat berjalan dengan baik karena hambatan fisik. Perasaan seperti ini akan dapat dikurangi jika keluarga memberikan dukungan dan semangat kepada penderita yang baru mengalami stroke.

Kejadian pada teman Anda dapat menyadarkan kita semua bahwa kita perlu peduli pada kesehatan kita. Kita perlu memelihara kesehatan dengan mengamalkan gaya hidup sehat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com