Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai, Kebiasaan Harian yang Bikin Daya Ingat "Anjlok"

Kompas.com - 18/09/2018, 17:00 WIB
Nabilla Tashandra,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Mungkin kamu merasa ingatanmu perlahan memburuk. Hal itu tak terjadi tanpa sebab. Mungkin saja kebiasaan burukmu sehari-harilah yang menjadi "biang kerok".

Berikut kebiasaan-kebiasaan harian yang seringkali menyebabkan kita mudah lupa.

1. Pola makan tidak sehat

Kue-kue dan junk food mungkin terasa enak ketika dimakan, tapi ada konsekuensi kesehatan di baliknya.

Makanan mengandung banyak gula atau yang diproses memicu peradangan pada otak, sehingga bisa menyebabkan memori melemah dalam jangka pendek.

Lemak trans adalah yang paling jahat, lalu makanan atau minuman dengan pengawet, kopi dengan krimer adalah produk yang paling merusak otak.

Jadi, hindari makanan tidak sehat sebisa mungkin dan konsumsi lemak tak jenuh. Seperti minyak zaitun, ikan dan kacang-kacangan.

Baca juga: 4 Manfaat Pola Makan Rendah Karbo

2. Tidur terlalu sedikit atau terlalu banyak

Jumlah waktu tidur di malam hari amatlah penting. Tidur terlalu singkat akan membuatmu sulit menerima informasi, tapi tidur terlalu lama juga berbahaya.

Sebuah survei yang melibatkan kelompok wanita meneliti kebiasaan tidur mereka selama enam tahun.

Partisipan yang tidur lima jam atau kurang dan sembilan jam atau lebih memiliki nilai terendah pada tes otak, ketimbang mereka yang tidur dalam jumlah cukup.

Mengapa pola tidur memengaruhi kerja otak? Sebab otak melakukan banyak sekali pekerjaan ketika kamu mendapatkan waktu tidur sebanyak yang dibutuhkan.

Ketika beberapa bagian dari otak beristirahat saat tidur, area yang lebih dalam dan melibatkan respons memori dan emosional justru lebih aktif.

Baca juga: Kurang Tidur, Penyebab Gemuk yang Tak Disadari

Demikian disebutkan Dr Allen Towfigh, Direktur Medis dari New York Nehrology and Sleep Medicini.

"Mereka yang kurang tidur atau mengalami gangguan tidur tidak hanya merasakan gangguan memori tapi juga merasakan kelelahan sepanjang hari, gangguan perhatian, dan kurangnya waktu reaksi," kata dia.

3. Kurang olahraga

Seperti dilaporkan laman TIME, para pakar meyakini, olahraga menjaga aliran darah ke otak tetap lancar, sehingga akan mengurangi gangguan tubuh.

Secara khusus, gerakan menendang pada senam aerobik mampu melepaskan hormon pertumbuhan yang akan meningkatkan fungsi otak agar lebih efektif.

Direkomendasikan untuk berolahraga sekitar 3-5 kali perminggu dengan durasi sekitar 45 menit pada setiap sesinya.

Meski terdengar sulit, namun kerja otak akan lebih baik.

"Olahraga bisa membantu memori dan berpikir melalui arti-arti yang langsung maupun tidak langsung," kata Direktur eksekutif di Harvard Health Letter.

Baca juga: Terungkap, Jenis Olahraga yang Paling Efektif Bakar Kalori

4. Merokok

Sebuah studi dari McGill University menemukan, merokok bisa menyebabkan penipisan korteks --area pada otak yang memiliki peran penting dalam penyimpanan memori.

Efeknya cukup mengagetkan.

Studi lainnya dari Northumbria University menemukan para perokok cenderung kehilangan sepertiga memori mereka setiap harinya.

Dr. Sherif Karama, Asisten Profesor Psikiatri di McGill Universitu menemukan, para perokok dan mantan perokok mengalami penipisan bagian korteks pada usia 73 tahun.

Area tersebut lebih tipis ketimbang mereka yang tidak merokok.

"Mereka yang berhenti merokok cenderung mengalami penebalan korteks setiap tahunnya," kata Karama.

Baca juga: Berbahayakah Berat Badan Naik Usai Berhenti Merokok?

5. Ngemil di malam hari

Ngemil dihindari merupakan kebiasaan yang benar-benar harus dihindari.

Setiap orang memiliki ritme siklus tubuh yang disebut ritme sikardian.

Direktur Departemen neurobiologi di Northwestern University, Ravi Allada menjelaskan kepada Smithsonian Magazine, ritme sirkadian terkait dengan siklus biologi tubuh.

Termasuk kapan harus tidur, bangun, dan makan.

Ketika kita ngemil di malam hari, maka semua proses akan berantakan dan mengacaukan hippocampus, bagian otak yang menyimpan memori.

Baca juga: Waspadai, 5 Risiko Hobi Ngemil di Malam Hari

"Salah satu hal yang konsisten didapatkan oleh mereka yang ritme sirkadiannya kacau adalah melemahnya memori."

Demikian disebutkan Christopher Colwell, profesor psikiatri dari UCLA School of Medicine.

6. Depresi

Sebuah studi yang dilakukan oleh ilmuwan Brigham Young University menemukan, depresi berkaitan dengan hilangnya memori otak.

Seperti dikutip laman Independent, para peneliti memberi partisipan kuisioner untuk mengerahui status kesehatan mental mereka.

Partisipan kemudian diberikan tes pola terpisah yang terdiri dari sejumlah objek.

Ditemukan, partisipan yang memiliki depresi tinggi pada sesi kuisioner cenderung kesulitan membedakan objek-objek tersebut.

Professor Brock Kirwan menjelaskan, ada dua area pada otak di mana sel baru otak tumbuh. Salah satunya adalah hippocampus, yang terlibat dalam penyimpanan memori.

"Ketika kita mengalami depresi, pertumbuhan sel tersebut cenderung melambat," ujar dia.

Baca juga: Hindari Depresi, Chrissy Teigen Makan Plasenta Usai Melahirkan

8. Konsumsi obat-obatan

Obat-obatan tertentu memiliki peran besar dalam hilangnya memori. Obat anti kecemasan, misalnya, bisa mengurangi aktivitas kunci pada otak, sehingga menyebabkan berkurangnya kemampuan otak untuk mengingat jangka panjang.

Obat penurun kolesterol juga bisa memberi efek pada ingatan dengan berkurangnya jumlah lipid pada otak, yang penting untuk memori dan belajar.

Obat lainnya yang bisa menyebabkan berkurangnya kemampuan otak, antara lain obat epilepsi, penghilang rasa sakit narkotika, dan antidepresan.

Baca juga: Olahraga Kardio Ternyata Juga Bermanfaat bagi Otak

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com