Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
DR. dr. Tan Shot Yen, M.hum
Dokter

Dokter, ahli nutrisi, magister filsafat, dan penulis buku.

Mengapa Diet Gagal dan Usaha Jaga Makan Berantakan?

Kompas.com - 28/10/2020, 08:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

Rupanya ada perancang ‘diet maksa’ yang barangkali sudah memerhitungkan soal perut meronta: karenanya kaidah membubuhkan 1 sendok makan minyak zaitun dijadikan hukum wajib.

Bukan karena minyak zaitun sehat, melainkan minyak ini dijadikan manipulasi agar rasa kenyang bertahan lama!

Betapa mengerikannya diet-diet sembarangan begini, yang berakhir pada amburadulnya imbangan kebutuhan karbohidrat-protein dan lemak manusia normal.

Saya pernah mengamati beberapa orang melalui instagram mereka. Ada yang merasa ‘bersalah’ setelah beberapa hari mengonsumsi ‘makanan liar’ berkat perjalanan wisata atau memang ‘sedang kepingin’.

Mulai dari martabak manis, sop konro, mi bakso kesayangan dengan isi gajih lengkap nan gurih.

Baca juga: 6 Alasan Usaha Diet Tak Kunjung Berhasil

Beberapa hari kemudian, orang ini mengunggah menu ‘penebus dosa’nya: sup bening berisi brokoli (yang warnanya sudah kusam), potongan putih telur kukus, dan seabreg daun kol. Jujur, rasanya mau tepok jidat.

Barangkali ini yang terjadi dengan sebagian besar publik kita. Alih-alih mau belajar memahami diri sendiri dan kebutuhan tubuhnya, malah meniru kebiasaan makan orang lain yang sama sekali beda kultur dan beda cita rasa.

Itulah sebabnya bukan hanya istilah diet gagal, tapi juga siksaan ‘jaga makan’ – seperti anak yang biasa main layang-layang dan mencari ikan di kolam tiba-tiba harus ‘jaga sikap jaga kelakuan’ karena harus pakai kemeja licin berjas, dasi plus sepatu kaku saat diundang ke istana negara.

Satu-dua jam bolehlah, tapi bila diteruskan satu-dua hari, bukan hanya kaki lecet – stres pun muncul.

Dan bisa dibayangkan betapa lega dan bahagianya jika dandanan aneh itu dilepas semua, kembali mengenakan kaos lusuh, celana pendek dan sendal jepit!

Analogi yang sama dengan 5 hari disiksa oleh diet kejam ekstrem dan aneh, lalu di akhir minggu ‘cheating day’ dimulai.

Dan apabila tiba-tiba ada perubahan hidup, entah ada keluarga yang masuk rumah sakit dan perlu dijenguk setiap hari, rentetan ritual perkawinan, harus keluar kota karena tuntutan pekerjaan, maka diet kejam ekstrem nan aneh itu akan bubar sama sekali. Dan berat badan melambung naik.

Lalu, bagaimana jika ingin memperbaiki kekacauan pola makan dan obesitas sudah terlanjur merusak tubuh? Yang pasti, jangan pernah ‘ingin menjadi orang lain’.

Ada baiknya sebagai tahap pertama, mulailah dengan membuat catatan: dari jenis makanan yang paling disukai, buah yang disukai, jenis lauk sayur yang disukai.

Kerap kali catatan itu belum tentu ‘kelihatan sehat’. Tak apalah, untuk catatan awal. Sebagian orang Indonesia menulis jenis makanan yang paling disukai: ayam goreng, berbagai jenis soto, ikan goreng, aneka lauk masakan minang, tahu tempe goreng, bakwan, telor dadar dan ceplok, oseng-oseng kikil, sate, bakmi ayam, bakso.

Sebetulnya tidak ada yang salah dengan semua jenis lauk itu. Faktanya memang sudah dimakan orang sejak jaman dahulu, bahkan menjadi ciri makanan sehari-hari.

Baca juga: 12 Jus Sayur yang Bisa Membantu Diet, Sudahkah Kamu Mencobanya?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com