Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketahui Ciri Lingkungan Kerja yang Toxic, Apa yang Harus Dilakukan?

Kompas.com, 2 Desember 2020, 15:15 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Wisnubrata

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Lingkungan kerja ternyata dapat berdampak besar pada kesehatan fisik, mental, dan tentunya produktivitas kita dalam bekerja.

Oleh karena itu, sangat penting untuk memastikan bahwa kita tidak hanya senang dengan pekerjaan kita, tetapi juga nyaman dengan orang-orang di dalamnya.

Nah, tapi ada beberapa tempat kerja yang cenderung toxic dan berdampak buruk jika kita terus-menerus berada di sana.

Untuk mengetahui lebih lanjut, berikut ini ciri-ciri bahwa tempat kerja kita tidak ideal dan justru menjadi toxic.

1. Beban kerja tidak realistis

Jika kita selalu kesulitan menyelesaikan pekerjaan, meski sudah melakukan berbagai upaya, kita mungkin sedang menghadapi beban kerja yang tidak realistis dalam lingkungan kerja yang toxic.

Hal ini dapat menyebabkan kecemasan tingkat tinggi dan perasaan depresi.

"Efek jangka panjangnya termasuk semangat kerja yang rendah, tingkat turnover yang tinggi, dan karyawan yang mengalami kelelahan," kata psikoterapis Mayra Mendez, PhD, LMFT.

Jika menghadapi beban kerja yang tak kunjung bisa dirampungkan, ia merekomendasikan kita agar memprioritaskan pekerjaan dalam satu hari atau minggu, menjadwalkan waktu istirahat, dan mengambil waktu liburan yang sudah dialokasikan.

Cobalah juga beristirahat dan lakukan latihan yang menenangkan. Apabila keluar dari kantor tersebut adalah pilihan terbaik, pastikan kita sudah mendapatkan pekerjaan pengganti.

Baca juga: Tertekan dengan Beban Kerja? Coba Lakukan Micro Break

Ilustrasi bekerjaCreativaImages Ilustrasi bekerja
2. Bekerja lebih dari delapan jam sehari

Normalnya orang bekerja delapan jam sehari, kecuali sebelumnya sudah tercantum dalam persyaratan pekerjaan yang disetujui, atau untuk pekerjaan tertentu.

Tetapi menurut Mendez, banyak penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang bekerja selama berjam-jam lebih berisiko mengalami depresi.

"Cara untuk mengelola ekspektasi kerja 24/7 yang toxic adalah melakukan perawatan diri dengan istirahat dari pekerjaan," ujarnya.

"Kita perlu membuka peluang untuk pemikiran baru, berkreasi, dan pemecahan masalah yang efektif," sambung dia.

Mendez menyarankan, agar kita mengizinkan diri untuk beristirahat, mematikan telepon sejenak, dan pulang pada jam yang sehat di malam hari.

Baca juga: 4 Pertanda Kamu Sudah Kelelahan Bekerja

3. Merasa cemas sepanjang hari kerja

Kecemasan dapat berasal dari banyak hal di luar pekerjaan, tetapi lingkungan kerja yang toxic pasti dapat memicu tingkat stres dan kekhawatiran yang tidak sehat.

"Apakah kita sakit perut atau merasa tegang setiap hari kerja? Bagaimana selera makan? Apakah kita merasakan sakit dan nyeri yang semakin memburuk? " tanya Lindsay A. Henderson, PsyD.

Dia merupakan seorang psikolog yang merawat pasien melalui aplikasi telehealth yakni LiveHealth Online.

Henderson menjelaskan, tubuh dan pikiran kita akan memberikan tanda sepanjang waktu apabila kita tidak nyaman dengan pekerjaan atau suasana yang toxic.

"Perhatikan dan lawan efek ini dengan kebiasaan sehat antara lain melakukan rutinitas tidur yang baik, menjaga kesehatan, istirahat makan siang yang sehat setiap hari, dan olahraga teratur," terangnya.

4. Ada penindasan atau pelecehan

Ini bukan hanya masalah anak-anak di taman bermain atau sekolah. Penindasan dan pelecehan juga dapat terjadi di lingkungan kerja yang toxic.

"Ada perilaku yang tidak pantas, seperti atasan yang meledak-ledak amarahnya, rekan yang tidak peka budaya, dan standar perilaku yang menindas," jelas Mendez.

Mempromosikan sistem 'kita versus mereka', dan mencaci seseorang karena perbedaan atau preferensi individu, adalah perilaku yang kasar dan menurunkan moral.

Jika kita berada dalam situasi seperti ini, dia merekomendasikan untuk menangani masalah ini secara langsung dan mencari bantuan dari HRD.

Kalau memungkinkan dan diinginkan, minta untuk dipindahkan dari orang atau situasi tersebut.

Namun, apabila karena alasan tertentu, konselor tidak responsif, cari dukungan hukum atau jalan diskusi yang sesuai untuk keluar dari masalah tersebut.

Baca juga: Simak, 5 Cara Mengatasi Bullying di Kantor

ilustrasi bergosipDragonImages ilustrasi bergosip
5. Rekan kerja bergosip

Gosip itu toxic di mana saja, dan tidak boleh ada toleransi untuk itu di tempat kerja.

Tanya Otterstein-Liehs, seorang pelatih gerakan dan kesadaran menjelaskan, bahwa mendengarkan dan berkontribusi pada gosip di tempat kerja berpotensi membuat seseorang merasa dimanipulasi.

Hal ini mungkin terjadi karena seseorang dipaksa untuk mengatakan hal-hal yang sebenarnya tidak mereka setujui.

"Jauhi gosip di tempat kerja, jangan menambahkan komentar negatif, dan pertahankan pola pikir positif," katanya.

"Lebih baik lagi, melangkah lebih jauh dan mulai memuji rekan kerja atas etika kerja mereka, sikap baik mereka, dan keterampilan yang mereka bawa ke tempat kerja," lanjut dia.

6. Dipaksa untuk makan siang bersama

Diundang untuk makan bersama rekan kerja adalah hal yang menyenangkan, kecuali undangan mereka disertai dengan umpatan dan hinaan jika kita memiliki rencana lain.

Selain itu, menurut Otterstein-Liehs, terus-menerus makan di luar dan memesan makan siang yang dibawa pulang menciptakan kebiasaan makan yang tidak sehat.

"Pernahkah kita bertanya-tanya mengapa perut merasa kembung dan lelah setelah makan siang? Mungkin kita makan terlalu cepat, belum lagi apa yang kita makan mungkin penuh dengan bahan-bahan yang tidak sehat, seperti kadar natrium yang tinggi," ungkapnya.

Untuk menghindari terciptanya lingkungan kerja yang toxic bagi pikiran dan perut, dia merekomendasikan kita membawa bekal makan siang sendiri.

Kemudian makanlah di ruang untuk makan, bukan di meja kerja.

Baca juga: Ini Ciri-ciri Toxic Friend, Teman yang Merusak Hidup Kita

7. Atasan atau rekan kerja suka mengeluh

Mengeluh dan mengomel tentang hal-hal yang harus dilakukan bukan hal yang aneh di tempat kerja.

Ini bahkan dapat berfungsi sebagai cara bagi rekan kerja untuk saling terhubung. Tetapi, ketika interaksi negatif lebih sering terjadi daripada interaksi positif, hal itu mulai merusak dengan sangat cepat.

"Membuat alasan, menyalahkan orang lain, dan memiliki ketidakpercayaan pada pemimpin dapat menciptakan lingkungan yang sangat toxic," terang Henderson.

Cobalah untuk tetap berada di luar keributan, tidak terlibat dalam keluhan atau gosip, dan menghindari sumber stres lainnya.

8. Selalu menjadi sasaran kritik

Jika kita merasa tidak bisa menjadi diri sendiri dan gugup untuk berpartisipasi dalam percakapan normal, terutama selama rapat, tempat kerja kita kemungkinan besar beracun.

Henderson menjelaskan, bahwa ketakutan ini adalah hasil dari kritik sebelumnya. Kalau kita tahu seseorang akan menutup setiap pernyataan dan ide kita, mengapa kita harus menempatkan diri dalam situasi itu lagi?

"Saat membuat saran atau kesalahan mengarah pada hukuman atau kritik, hal itu dapat melumpuhkan kreativitas, inovasi, dan motivasi," ujarnya.

"Melakukan percakapan langsung dengan supervisor tentang bagaimana mengkomunikasikan pemikiran kita akan menjadi cara yang baik untuk mendapatkan kejelasan, jika memungkinkan," imbuh dia.

Baca juga: Mindfulness, Kiat Tetap Asyik di Tengah Lingkungan Kerja yang Toxic

Ilustrasi stres dan gangguan kecemasantuaindeed Ilustrasi stres dan gangguan kecemasan
9. Kita jadi berubah

Jika teman dan keluarga berkomentar tentang adanya perubahan suasana hati atau sikap kita sejak bekerja, pasti pekerjaan ini toxic.

Faktanya, mereka tentu akan memerhatikan perubahan negatif dalam suasana hati atau perilaku yang kita tunjukkan.

"Kadang-kadang efek dari tempat kerja yang beracun bisa lebih nyata bagi orang lain daripada bagi diri sendiri," katanya lagi.

Memang mudah untuk bersikap defensif, tetapi cobalah untuk mendengarkan apa yang mereka amati.

Mintalah umpan balik yang berkelanjutan, dan gunakan dukungan mereka untuk mengelola stres di tempat kerja.

10. Tidak dapat mengutarakan masalah

Jika pendapat kita tidak pernah diterima atau kita sangat sulit menyampaikan ide, maka kemungkinan kamu berada dalam situasi kantor yang toxic.

Lingkungan seperti ini membuat kita tidak bisa berkembang, dan justru berpotensi memunculkan kelompok perlawanan atau pembangkang.

Seorang psikiatri, Stephen P. Hinshaw, PhD merekomendasikan kita untuk berbicara dengan konselor supaya dapat menghindari lingkungan kerja yang toxic.

"Ketahui hak-hak kita dan berlatih untuk mengutarakannya sampai kita merasa nyaman untuk mengungkapkannya," tuturnya.

Baca juga: 10 Tanda Atasan yang Toksik dan Cara Menghadapinya

11. Merasakan ketidakpastian

Beberapa tempat kerja dicirikan oleh tingkat ketidakpastian yang tinggi, pergantian pegawai yang tinggi, dan perubahan yang konstan, yang sering kali membuat karyawan merasa takut dan cemas. 

Namun, ini belum tentu normal atau sehat. Kekhawatiran terus-menerus tentang situasi di luar kendali kita dapat menyebabkan tekanan fisik dan emosional jangka panjang.

"Menjadi tangguh adalah cara terbaik untuk menghadapi masa-masa sulit dalam hidup kita karena hal itu memfokuskan energi pada segala yang dapat kita kendalikan."

Demikian dijelaskan oleh Jerry O'Keefe, direktur nasional untuk Program Bantuan Karyawan di Kaiser Permanente.

Selain itu, kita perlu membuat diri tetap sehat, seperti makan dengan benar, berolahraga, tidur nyenyak, dan menjaga emosi.

12. Tidak pernah keluar dari kantor

O'Keefe mengatakan, di dalam tempat kerja yang toxic pasti ada karyawan yang benar-benar tidak dapat keluar kantor, bahkan di jam istirahat.

Di samping itu, mereka tidak pernah berhenti bekerja usai jam pulang kantor.

"Hal ini terbukti mengurangi mood dan tingkat energi secara keseluruhan yang menyebabkan lonjakan hormon stres yang tidak sehat," ungkapnya.

Dia merekomendasikan kita agar bekerja dengan menetapkan batasan terkait beban kerja, sehingga kita tidak harus membawanya pulang pada malam hari atau bekerja saat liburan di akhir pekan.

Menetapkan batasan akan memberi kita waktu luang santai yang diperlukan untuk mengisi ulang, dan membuat kita menjadi karyawan yang lebih produktif.

Baca juga: Kenali, Tanda-tanda Kamu Gila Kerja

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Relationship
Lebih Ringan dan Resposif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Lebih Ringan dan Resposif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Wellness
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Wellness
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Fashion
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Wellness
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Wellness
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Wellness
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Wellness
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Fashion
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Parenting
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
Wellness
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
Wellness
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Fashion
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Wellness
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Beauty & Grooming
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau