Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Cukur Rambut Kemaluan, Ketahui 7 Alasan Berikut

Kompas.com - 13/01/2021, 21:48 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

Sumber Health,SELF

KOMPAS.com - Sebagian perempuan mungkin merasa keberadaan rambut kemaluan yang lebat membuat tidak nyaman.

Bahkan, beberapa jasa pencukuran atau penghilangan bulu kemaluan (waxing) juga sudah banyak tersedia.

Sebuah studi yang diterbikan JAMA Dermatology pada Oktober 2016 mengungkapkan bahwa motivasi para perempuan mencukur rambut kemaluan adalah alasan higienitas.

Padahal, menurut spesialis obstetri dan ginekologi dari UCSF Medical Center, Tami Rowen, MD, rambut kemaluan yang lebat adalah hal normal dan sebaiknya tidak dihilangkan.

Mengapa demikian? Berikut ulasannya:
1. Melindungi area kewanitaan

Rambut kemaluan dianugerahkan untuk kita agar dapat melindungi area kewanitaan.

Associate profesor ilmu kebidanan, ginekologi, dan reproduksi dari Fakultas Kedokteran Icahn di Gunung Sinai, Mamta Mamik, MD menjelaskan, rambut kemaluan memberikan bantalan terhadap gesekan yang dapat menyebabkan cedera kulit, mencegah kotoran serta bakteri memasuki vagina.

"Rambut kemaluan juga dapat membantu menyebarkan feromon (bahan kimia yang dikeluarkan tubuh untuk menarik pasangan) dan mengurangi kehilangan panas dari tubuh," katanya, seperti dilansir SELF.

Baca juga: Perlukah Vagina Dibersihkan Secara Khusus?

2. Rambut kemaluan adalah sesuatu yang higienis
Ini bertolak belakang dengan anggapan banyak perempuan yang menilai rambut kemaluan lebat adalah sesuatu yang tidak higienis.

Banyak perempuan khawatir rambut kemaluan yang lebat akan menimbulkan bau di sekitar area kemaluan.

Padahal, bau muncul ketika kulit mengeluarkan keringat dan menyatu bersama feromon dan bakteri kemudian rambut kemaluan menangkap bau tersebut.

Menurut dokter kandungan dari Ohio State Wexner Medical Center, Michael Cackovic, MD, mengatakan, yang kita cium adalah bakteri yang bercampur dengan keringat dan minyak.

"Selama Anda sering mandi dan menjaga kebersihan, rambut kemaluan bukanlah sesuatu yang tidak higienis," kata dia.

Baca juga: Vagina Bau? Cermati Penyebab dan Cara Mengatasinya

3. Melindungi dari IMS
Memang mungkin belum ada penelitian khusus tentang ini.

Namun, Rowen mengatakan bahwa secara teori, jika seseorang memiliki area kulit yang sedikit terekspos, potensi gesekan antar-kulit dan menyebabkan Infeksi Menular Seksual (IMS) akan lebih minimal.

Sementara area kewanitaan yang bersih dari rambut kemaluan berpotensi menjadi tempat bernaung kutu kemaluan.

Baca juga: Pentingkah Membahas Infeksi Menular Seksual dengan Pasangan?

4. Melindungi jaringan internal yang halus
Rambut kemaluan jelas dapat melindungi kulit luar area kemaluan yang cukup sensitif serta bisa mengalami gatal dan iritasi akibat gesekan dengan bahan celana.

Namun, tak hanya itu. Rambut kemaluan yang dibiarkan tak terpangkas atau di-waxing juga bisa membantu melindungi jaringan di dalamnya.

Bagi perempuan dengan labia bagian dalam sedikit lebih terbuka, rambut kemaluan menjadi garis pertahanan peertama terhadap serangan dari luar yang dapat menyebabkan gatal, iritasi dan infeksi.

Baca juga: Tips Menjaga Kebersihan Area Kewanitaan untuk Cegah Infeksi

5. Pencukuran atau waxing bisa sebabkan infeksi dan iritasi
Para dokter menemui pasien yang mengalami folikulitis (radang folikel rambut), abses, laserasi, iritasi, dan bahkan infeksi akibat perawatan untuk menghilangkan rambut kemaluan.

Cackovic, misalnya, menemukan setiap harinya ada saja pasien yang datang dengan keluhan tersebut dan khawatir benjolan atau iritasi ringan di area kemaluan mereka adalah tanda IMS.

Padahal, benjolan tersebut sebenarnya hanyalah akibat dari luka kecil yang menjadi infeksi atau radang.

"Itu adalah area yang sangat sensitif dan Anda berisiko tinggi merusak jaringan yang sangat penting di area tersebut (dengan melakukan penghilangan rambut kemaluan)," ujarnya.

Cackovic tidak merekomendasikan waxing atau laser. Selain karena rasanya mungkin menyakitkan, biayanya juga tinggi dan banyak perempuan yang mengalamin folikulitis parah akibat waxing.

Selain itu, perempuan yang melakukan perawatan tersebut juga berpotensi mengalami luka bakar dan iritasi kulit ringan lainnya.

Sementara laser dapat menyebabkan luka bakar dan biayanya juga tidak murah.

Baca juga: Wanita Wajib Pantang Waxing Saat Menstruasi

6. Menipis seiring bertambahnya usia
Menurut ahli bedah ginekologi invasif dan minimal dari Baylor University Medical Center di Dallas, Jessiac Shepherd, MD, rambut kemaluan biasanya tumbuh dengan kecepatan tetap, rata-rata 0,5 milimeter setiap harinya.

Namun, tahukah Anda bahwa seiring bertambahnya usia, sama seperti pertumbuhan rambut di area tubuh lainnya, rambut kemaluan juga akan semakin menipis setiap tahap hormonal berbeda dalam hidup kita.

"Seperti dengan bertambahnya usia dan menopause," katanya, seperti dilansir Health.

Selain itu, kondisi medis dan obat-obatan tertentu juga dapat membuat rambut kemaluan menipis.

Baca juga: Hai Wanita, Pahamilah Beragam Penyebab Infeksi Vagina

7. Tak perlu mencukur habis
Jika Anda merasa sangat tidak nyaman dengan rambut kemaluan yang lebat, Cackovic mengatakan Anda masih bisa mempertahankan jumlah rambut yang cukup dengan tetap menghindari risiko luka bakar.

Jika memang Anda ingin bercukur, ia menyarankan untuk menggunakan pisau cukur listrik, seperti yang digunakan laki-laki untuk mencukur janggut.

Itu dilakukan agar Anda tidak memotong kulit sendiri ketika hendak mencukur rambut kemaluan.

Meski begitu, Cackovic tetap menganjurkan untuk tidak mencukurnya.

Selain itu, untuk mencegah luka bakar, benjolan, jerawat, atau iritasi lainnya pada kulit dan folikel rambut akibat tindakan pencukuran, disarankan untuk selalu menggunakan pisau cukur baru setiap sesi pencukuran.

Baca juga: Menjaga Vagina agar Wangi Sepanjang Hari

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com