Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/04/2021, 15:16 WIB
Gading Perkasa,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Diet keto menjadi salah satu pola makan populer untuk menurunkan berat badan sekaligus meningkatkan kesehatan tubuh.

Pelaku diet keto diharuskan mengonsumsi makanan tinggi lemak dan rendah karbohidrat, sekitar 20-50 gram karbohidrat per hari.

Agar dapat menjaga kadar karbohidrat di angka tersebut, orang-orang yang menerapkan diet keto tidak mengonsumsi karbohidrat seperti nasi, roti, atau kentang.

Baca juga: Mengapa Diet Keto Kamu Bisa Gagal?

Selain itu, makanan yang juga dihindari pelaku diet keto adalah buah-buahan, kacang kacangan, lentil dan sayuran tertentu yang tinggi karbohidrat.

Gagasan utama dari diet keto adalah mengurangi karbohidrat agar tubuh memasuki ketosis, dan membakar lemak tubuh sebagai bahan bakar atau energi, bukan glukosa.

Namun banyak ahli kesehatan dan kebugaran mengatakan penurunan berat badan yang terjadi saat mengikuti diet keto sebenarnya berasal dari defisit kalori.

Defisit kalori adalah energi yang dikonsumsi lebih sedikit daripada yang dikeluarkan.

Diet keto tidak dianjurkan bagi orang yang banyak berolahraga, karena tubuh membutuhkan karbohidrat untuk energi.

Baca juga: Perhatikan, 6 Tanda untuk Menghindari Diet Keto

Diet keto juga menyebabkan kekurangan nutrisi jika diikuti dalam jangka panjang.

Sebagian besar orang tidak menjalani diet keto dalam waktu lama karena beberapa alasan, seperti keinginan untuk mengonsumsi karbohidrat atau merasa kekurangan energi.

Mereka yang berhenti mengikuti diet keto

Ada tak sedikit orang yang berhenti mengikuti diet keto karena alasan tertentu.

Salah satunya adalah wanita bernama Shelle Kearney. Ia mencoba diet keto selama sebulan usai temannya meraih hasil positif dari diet tersebut.

Namun, wanita asal Australia itu justru mengembangkan keto flu, sehingga dia menghentikan diet keto.

"Mengatasi gejala flu yang lamban adalah yang tersulit dan saya sangat menderita sakit kepala," kata Kearney.

"Dari apa yang saya tahu, sakit kepala karena tidak mengonsumsi gula biasa terjadi saat berdiet."

Berat badan Kearney berkurang selama melakukan diet keto selama satu bulan, tetapi penurunan berat badan itu tidak sepadan dengan apa yang dirasakannya.

Baca juga: 4 Tips Kurangi Karbohirat Tanpa Diet Keto yang Ketat

"Saya merasa jauh lebih buruk, bahkan setelah turun beberapa kilogram," tambah Kearney.

Ia juga merasa terlalu sulit untuk melakukan diet keto ketika menjalani kehidupan normal dan bersosialisasi.

"Saya benar-benar berpikir fad diet (diet jangka pendek untuk mengurangi kalori) membuat lebih banyak kecemasan dalam diri," kata dia.

"Sekarang saya memastikan bahwa saya membuat pilihan yang baik dan sehat, tidak menyalahkan diri setiap hari jika target saya sedikit bergeser."

Wanita lain bernama Sarah Laurence. Dia mencoba berbagai diet selama 15 tahun dan tidak ada diet yang bisa dijalaninya dalam waktu lama, termasuk diet keto.

Laurence menemukan, diet keto adalah diet tidak berkelanjutan karena terlalu ketat.

Hal ini terutama berlaku bagi orang yang didiagnosis dengan sindrom kelelahan kronis dan fibromyalgia (nyeri pada otot yang menyebar).

Dia tidak menemukan cara untuk sehat secara seimbang dan kesulitan keluar dari diet keto menuju kehidupan yang lebih baik.

"Saya sekarang sudah pulih dengan melacak lebih sedikit, menimbang lebih sedikit, dan mengikuti metode 'tiga camilan tiga piring'," ujar Laurence.

"Saya berfokus untuk lebih sehat dan meningkatkan aktivitas perlahan sejalan dengan pemulihan dari gejala kelelahan kronis."

Kondisi serupa juga dialami Lee Chambers. Pria itu berhenti mengikuti diet keto karena diet tersebut membuatnya lelah.

Baca juga: Diet Nabati Vs Diet Keto, Mana yang Lebih Cepat Turunkan Berat Badan?

"Saya melihat, berada dalam ketosis benar-benar tidak memberi saya energi atau kejelasan untuk tetap aktif, dan melakukan apa yang saya perlukan sebagai pengusaha dan ayah," kata Chambers kepada Insider.

Chambers memang kehilangan berat badan sekitar 2,7 kilogram selama sebulan, namun setengah dari berat tersebut kembali ketika dia memasukkan karbohidrat ke dalam menu makanannya.

"Saya menemukan bahwa menetapkan suatu sistem menjadi kontraproduktif karena saya akhirnya memikirkannya tanpa henti," sebut dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com