Chopra pun menceritakan bagaimana dia menemukan dharmanya sendiri ketika dia masih di sekolah menengah di New Delhi, dan tiba-tiba menjadi buta.
Ayahnya, seorang dokter, secara ajaib mendiagnosis satu dari sejuta reaksi merugikan terhadap suntikan tetanus yang dialami Chopra dua minggu sebelumnya.
Lebih menakjubkan lagi, sang ayah membuat diagnosis ini melalui telepon dari jarak 112 km.
Baca juga: 10 Cara agar Lebih Bahagia meski Sendiri
Dia mengatakan kepada dokter yang menangani Chopra untuk segera memberikan dosis besar kortikosteroid yang mengembalikan pengelihatan Chopra dalam waktu delapan jam.
"Saat itulah saya memutuskan dharma saya adalah menjadi dokter," kata dia.
Dalam penelitian tentang pemenang lotre, ada satu kelompok yang tampaknya memeroleh kebahagiaan abadi karena memberikan sebagian uangnya untuk amal.
Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian dan Kemanusiaan Albert Schweitzer pun membuat pengamatan yang sama.
"Saya tidak tahu apa takdir kita, tetapi satu hal yang saya yakini bahwa orang-orang yang benar-benar bahagia adalah mereka yang telah mencari dan menemukan cara untuk melayani," kata dia.
Eksperimen yang menarik tampaknya mendukung pemikiran ini.
Para mahasiswa diberi sejumlah kecil uang dan beberapa disuruh membelanjakannya untuk sesuatu yang mereka inginkan, sementara yang lain disuruh membelanjakannya untuk orang lain.
Baca juga: 5 Cara Bersyukur untuk Meningkatkan Kesehatan
Pada akhirnya, mereka yang menghabiskannya untuk orang lain merasa jauh lebih bahagia.
"Penelitian telah menunjukkan, jika kita mengungkapkan rasa syukur secara teratur, kita merasa bahagia, lebih kreatif, dan lebih puas terhadap kehidupan," ungkap Chopra.
Di samping itu, selalu bersyukur juga mungkin dapat membuat kita hidup sepuluh tahun lebih lama.
Studi mengenai anak kembar menunjukkan bahwa 50 persen kebahagiaan kita ditentukan oleh genetika kita.
Tetapi, Chopra mengungkapkan, 50 persen genetik yang disebut sebagai "titik setel" dapat ditingkatkan.