Ia mengatakan, ereksinya penis dipengaruhi oleh lima faktor, yakni pembuluh darah, hormonal, persarafan, otot dasar pinggul, dan psikologis.
Dari kelima faktor yang disebutkan, dr. Widi menuturkan, jika salah satu mengalami gangguan dapat berkontribusi pada disfungsi ereksi.
Baca juga: Penis Bengkok Saat Ereksi, Apakah Normal?
Lebih lanjut, dr. Widi membeberkan dua penyebab disfungsi ereksi, yakni faktor organik dan psikogenik.
Lantas, pada perbedaan keduanya?
dr. Widi menjelaskan bahwa disfungsi ereksi organik dipengaruhi oleh masalah yang jelas, seperti gangguan saraf, pembuluh darah, atau hormon.
Disfungsi ereksi yang demikian dapat diketahui apabila terjadi kelemahan penis, tidak ereksi, atau saat tidur.
"Karena pada saat tidur itu kalau (penis) normal akan mengalami ereksi secara spontan. Dan ini akan terjadi secara perlahan dan memberat," terang dr. Widi.
Sementara itu, kata dr. Widi, disfungsi ereksi psikogenik bisa disebabkan oleh masalah psikososial.
Pria yang mengalami disfungsi ereksi psikogenik masih dapat ereksi namun disfungsi ereksinya bersifat mendadak atau situasional.
Pada kasus tersebut, dr. Widi menyebut, 1/3 kasus disfungsi ereksi merupakan disfungsi ereksi psikogenik.
"Ini seperti lingkaran setan. Ketika pria mengalami disfungsi ereksi organik, ia akan mengalami stres dan depresi. Maka, akan memicu disfungsi ereksi yang sifatnya psikogenik," tuturnya.
Baca juga: Mitos Salah yang Perlu Kamu Ketahui tentang Disfungsi Ereksi
Di balik dua faktor yang sudah disebutkan, ternyata masih ada faktor risiko disfungsi ereksi yang wajib diwaspadai pria.
Supaya lebih jelas, simak daftarnya berikut ini:
Dari lima faktor risiko yang dapat menyebabkan disfungsi ereksi, dr. Widi menyebut banyak faktor risiko impotensi yang terkait dengan pola hidup sedenter.
Baca juga: Gejala Disfungsi Ereksi Bukan Cuma Mr.P Sulit Tegang
dr. Widi menerangkan, 31 persen populasi di seluruh dunia hidup dengan gaya hidup sedenter. Baginya, persentase ini terbilang tinggi.