Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Agung Setiyo Wibowo
Author

Konsultan, self-discovery coach, & trainer yang telah menulis 28 buku best seller. Cofounder & Chief Editor Kampusgw.com yang kerap kali menjadi pembicara pada beragam topik di kota-kota populer di Asia-Pasifik seperti Jakarta, Singapura, Kuala Lumpur, Manila, Bangkok, Dubai, dan New Delhi. Founder & Host The Grandsaint Show yang pernah masuk dalam Top 101 podcast kategori Self-Improvement di Apple Podcasts Indonesia versi Podstatus.com pada tahun 2021.

"Slow Living"

Kompas.com - 28/09/2022, 08:09 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Ketika kita "memperlakukan" pagi dengan berderet-deret daftar tugas yang perlu diselesaikan, kita mungkin menjadi tidak sabar, stres, dan fokus untuk memeriksa hal-hal dari daftar tersebut, alih-alih meluangkan waktu untuk menikmati momen demi momen.

Semuanya berubah ketika kita memberi diri sendiri cukup waktu pagi. Kita dapat menikmati setiap teguk kopi atau teh, menikmati sarapan, olahraga ringan untuk menerapkan slow living.

Kita bahkan mungkin mengerti bahwa kita dapat menyelesaikan lebih banyak pekerjaan sepanjang hari karena kita tidak terburu-buru terus-menerus dalam keadaan stres. Jadi jika kita hidup perlahan dan menikmati setiap momen, mulailah dengan memberi diri sendiri rutinitas pagi yang lambat.

Keempat, menghindari multitasking. Jika kita seperti kebanyakan orang, kita mungkin bangga bisa menyelesaikan banyak tugas sekaligus. Tetapi kenyataannya adalahmultitasking justru kontraproduktif.

Ketika kita mencoba melakukan terlalu banyak hal sekaligus, perhatian kita menjadi tersebar, dan kita cenderung membuat kesalahan. Multitasking membutuhkan biaya. Di rumah atau di tempat kerja, gangguan menyebabkan pilihan yang buruk, kesalahan yang menyakitkan, dan stres yang tidak perlu.

Di sisi lain, monotasking memungkinkan kita untuk memfokuskan semua perhatian pada satu tugas, membuat kita lebih produktif dan tidak rawan kesalahan. Misalnya, jika kita sedang mengerjakan proyek untuk pekerjaan, matikan notifikasi email atau Whatsapp sehingga kita tidak terus-menerus terganggu oleh pesan masuk.

Baca juga: Multitasking Ternyata Tidak Produktif, Ini Penjelasannya Menurut Sains

Jika kita menghabiskan waktu bersama anak-anak, simpanlah ponsel dan beri mereka perhatian penuh. Ini mungkin tampak seperti perubahan kecil, tetapi dapat membuat perbedaan besar dalam kualitas pekerjaan kita dan kedalaman hubungan kita. 

Jadi, jika kita merasa kewalahan dengan semua hal yang ada di daftar tugas kita, cobalah memperlambat dan mengerjakan satu tugas pada satu waktu. Kita mungkin akan terkejut betapa jauh lebih efektifnya diri kita. 

Kelima, menyempatkan diri untuk jeda. Hari-hari kita penuh dengan kewajiban dan komitmen, dan otak kita selalu bersenandung dengan ide dan gangguan. Untuk mengatasi kecepatan ini, sisihkan waktu untuk meditasi atau jeda. 

Dengan berlatih meditasi di pagi hari, kita dapat memulai hari dengan perasaan tenang dan fokus. Hal ini memungkinkan kita untuk menjalani hari dengan jelas daripada melakukan aktivitas sehari-hari dengan perasaan terburu-buru dan stres.

Demikian pula, meluangkan beberapa saat di awal atau akhir hari kerja yang sibuk dapat membantu kita mempertahankan fokus dan menangani tugas dengan tenang dan efisien.

Saat kita menarik napas dalam-dalam sebelum rapat atau presentasi penting, kemungkinan besar kita akan tetap positif, membumi, dan percaya diri; sedangkan jika kita pergi ke acara penting dengan perasaan bingung atau gelisah, itu dapat merusak kemampuan kita untuk tampil baik.

Ketika kita menemukan banyak waktu untuk meditasi jauh dari pekerjaan atau sekolah – baik itu saat duduk di taman favorit atau di teras rumah – momen berharga itu memungkinkan kita untuk berhenti sejenak di tengah jadwal yang padat, mengisi ulang "baterai mental", dan terhubung kembali dengan alam.

Baca juga: Bisa Atasi Stres, Pahami Meditasi dan Cara Mudah Melakukannya

Singkatnya, dengan menemukan waktu singkat sepanjang hari untuk menenangkan pikiran, kita dapat memperlambat, menghargai kesenangan hidup yang sederhana, dan merasa lebih siap untuk menghadapi apa pun yang menghadang. 

Bagi pemeluk Islam, meditasi tentu bisa kita gantikan dengan shalat lima waktu. Akan jauh lebih efektif jika kita menyempatkan setiap hari dengan shalat tahajud di sepertiga malam terakhir. 

Bagi pemeluk agama lain, yoga bisa dicoba. Aktivitas ini sudah terbukti membantu menurunkan stres, meningkatkan kesehatan jantung, memperbaiki postur, menurunkan berat badan dan seabrek manfaat lainnya.

Akhirnya, slow living bukanlah perbaikan cepat. Ini adalah perubahan pola pikir yang membutuhkan waktu dan akan terus berubah seiring perubahan yang paling penting bagi hidup kita.

Seperti yang ditulis Brooke McAlary dalam bukunya SLOW,  “Ini bukan balapan dengan garis star dan finis. Ini lambat, tidak sempurna, disengaja dan berkembang.”

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com