Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/10/2022, 06:18 WIB
Gading Perkasa,
Wisnubrata

Tim Redaksi

2. Bentuk katarsis yang bisa diterima secara sosial

Saat stres, kita merasa ingin berteriak, meringkuk, atau melarikan diri dari segala sesuatu.

Namun, ketika kita menaiki rollercoaster, menonton film horor, atau mendengarkan cerita mistis, apa yang terjadi adalah sebaiknya: kita secara sengaja memberikan reaksi yang ekstrem.

Ketakutan memberikan kita kesempatan untuk mengekspresikan emosi dengan langkah-langkah yang bisa diterima secara sosial.

Menurut Childs, merasa takut tanpa berada dalam bahaya yang sesungguhnya merupakan bentuk katarsis (pelepasan emosi yang tersimpan dalam hati).

"Ketakutan meningkatkan suasana hati kita," katanya.

"Kita menghilangkan stres, sedikit berteriak. Kita merasa sedikit lebih baik setelah menonton film yang bagus dan menakutkan atau berjalan melalui rumah berhantu."

3. Mengatasi rasa takut adalah pencapaian

Selain memberi ruang untuk melampiaskan perasaan, hal-hal menakutkan yang tidak mengancam juga menawarkan kesempatan untuk membuktikan kekuatan kita.

Dengan kata lain, berhasil menahan sesuatu yang kita anggap seram itu memberikan kepuasan.

"Kita merasakan pencapaian. Saya berhasil melewati rumah hantu ini, atau saya menonton seluruh film menakutkan, dan saya baik-baik saja," jelas Childs.

Baca juga: Nonton Film Horor Ternyata Bisa Membakar Kalori

4. Dinamika hubungan

Emosi yang dirasakan saat menonton, mendengarkan, atau terlibat dengan sesuatu yang menakutkan akan meningkat jika bersama orang lain.

"Saat berada di keramaian, euforia yang dipicu rasa takut akan mengikat orang. Itu bagian dari kesenangan. Karena kita terikat ketika kita bersama orang-orang yang merasa takut," papar Childs.

Ketakutan merupakan bentuk gairah yang mirip dengan gairah seksual.

Saat kita takut tetapi merasa aman, kita dapat menuruti keinginan untuk mendekat pada orang lain.

5. Eksplorasi yang aman

Kebanyakan cerita horor atau hantu memiliki semacam pelajaran atau moral.

Cerita-cerita seperti ini juga seringkali mencerminkan momen bersejarah yang kita alami, beserta tantangan yang ada di baliknya.

Mengapa semua buku yang menceritakan vampir atau stasiun televisi yang menayangkan film bertema zombie keluar di saat yang sama?

Hal itu dikarenakan media yang kita konsumsi mencerminkan kecemasan di zaman kita secara spesifik.

Berinteraksi dengan media-media tersebut akan membuat kita menyadari betapa berbahaya dunia yang kita tinggali, lalu memutuskan bagaimana kita akan menghadapi bahaya itu.

"Kisah-kisah ini adalah kisah peringatan," catat Childs.

"Kisah itu mengingatkan kita untuk berhati-hati ke mana kita pergi. Agar kita menyadari lingkungan sekitar. Tidak semua orang yang tampaknya baik adalah orang yang baik."

"Ini membantu kita untuk memikirkan apa yang akan kita lakukan jika berada dalam situasi seperti itu," sambung dia.

6. Memicu pikiran transgresif atau pelanggaran

Beberapa kisah menyeramkan dan menakutkan seolah mengajak penonton untuk berpikir atau membayangkan sebuah kejahatan yang sempurna. Hal ini sedikit meresahkan, namun merupakan respons yang normal.

Ada perbedaan antara berpikir transgresif dan melakukan tindakan transgresif.

Berpikir transgresif memungkinkan kita merasakan "sisi jahat" kita tanpa merugikan siapa pun.

Selain itu, pemikiran transgresif juga membantu memperkuat sistem kepercayaan kita. Ini menunjukkan siapa diri kita sebenarnya.

"Saya tidak ingin menjadi pembunuh berantai, tetapi saya ingin tahu bagaimana cara berpikir seorang pembunuh berantai. Apakah pembunuh itu pria normal?" terang Childs.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com