Toxic positivity dapat menyebabkan perasaan bersalah.
Seolah-olah, ketika orang tidak menemukan cara untuk merasa positif -termasuk saat menghadapi tragedi- mereka melakukan kesalahan.
Toxic positivity bisa dibilang sebagai mekanisme penghindaran dari situasi emosional yang membuat orang merasa tidak nyaman.
Ketika orang melakukan toxic positivity, pada akhirnya mereka mengabaikan dan menyangkal perasaan yang sebenarnya.
Karena orang yang toxic positivity berusaha tidak menerima perasaan yang buruk, mereka menjadi kurang menerima tantangan.
Padahal, tantangan dibutuhkan supaya diri mereka terus berkembang dan wawasannya dapat bertambah.
Mengingat toxic positivity tidak baik apabila diteruskan, hindari kebiasaan yang satu ini dengan beberapa cara berikut ini.
Baca juga: Membedakan antara Toxic Positivity dan Berpikiran Positif
Diperlukan kebiasaan untuk mengembangkan perasaan tidak apa-apa ketika situasi tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.
Daripada menyangkal perasaan yang tidak baik, sadarilah bahwa berusaha mengingingkan situasi selalu baik tidak realistis.
Emosi negatif dapat menyebabkan stres jikalau tidak dikendalikan -tapi dapat memberikan informasi yang penting supaya hidup orang mengalami perubahan.
Ketika ada orang lain, seperti teman, sahabat, atau keluarga sedang terpuruk, jangan menutupi perasaan mereka dengan toxic positivity.
Sebaliknya, bantu dan berikan dukungan emosional lalu beri tahu kalau yang mereka rasakan adalah hal yang normal terjadi.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi toxic positivity. Supaya lebih paham, simak yang di bawah ini.
Saat menghadapi situasi yang sulit, sangat lumrah untuk merasa stres, ketakutan, atau khawatir.
Tapi, belajarlah mengontrol diri sendiri dan mencari cara untuk menyelesaikan situasi yang menyebabkan hal-hal tersebut.