Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Jenis Attachment Style dan Pengaruhnya dalam Berpasangan

Kompas.com - 02/11/2022, 13:28 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

Sumber Brides

KOMPAS.com - Gaya keterikatan alias attachment style belakangan sering dibicarakan, khususnya berkaitan dengan cara kita menjalin hubungan percintaan.

Metode ini sering dipakai untuk membantu memahami perilaku kita terhadap pasangan.

“Gaya keterikatan disiapkan untuk kita sejak dini sebelum kita benar-benar sadar bahwa apa pun mungkin terjadi, dan kemudian kita membawa harapan itu bersama kita sepanjang hidup kita,” kata Lindsey Hoskins, Ph.D., terapis pasangan dan keluarga berlisensi dari University of Maryland.

“Kami melihat banyak kesamaan antara cara hubungan orangtua-anak berjalan dan cara hubungan intim berlaku."

Baca juga: 5 Cara Bahagiakan Pasangan yang Insecure

Jenis attachment style dan pengaruhnya dalam berpasangan

Teori soal attachment style berawal pada pertengahan 1900-an oleh psikoanalis Inggris John Bowlby.

Awalnya, ia mencari tahu penyebab bayi menangis ketika dipisahkan dari pengasuhnya.

Ia lalu berteori jika ada figur keterikatan utama yang menyediakan semua hal yang dibutuhkan bayi yang tidak mampu bertahan hidup sendiri untuk bertahan hidup dan merasa aman (perlindungan, dukungan, perawatan, nutrisi, dll).

Seiring berjalannya waktu, penelitian tersebut berkembang mencari cara bagaimana gaya dan praktik pengasuhan memengaruhi perkembangan keterikatan manusia termasuk dalam romansa.

Baca juga: 4 Pola Pengasuhan yang Dapat Memengaruhi Psikologi Anak

Dari hasil berbagai riset, kemudian tercipta empat jenis attachment style seperti yang dikenal selama ini.

Secure Attachment Style

"Ini adalah attachment style yang sehat," kata Hoskins.

Dalam kategori ini, seorang anak menganggap orang tua atau pengasuhnya sebagai orang yang penuh perhatian, responsif, penuh kasih, dan dapat diandalkan.

“Anak dapat menerima kepastian dan validasi dari orang tua tanpa pesan yang bertentangan, dan ini membuat anak merasa aman, nyaman, dan dihargai,” lanjut Hoskins.

Orang dengan attachment style ini memiliki sejumlah perilaku yang berimbas pada hubungan percintaannya, seperti:

  • Pandai dalam mengidentifikasi, mengartikulasikan, dan mengatur emosi
  • Menyampaikan cinta dan komitmen secara teratur
  • Mengutamakan agar pasangannya merasa dihargai
  • Mampu meminta dukungan dan mencari dukungan dari sumber yang sesuai
  • Kadar harga diri yang sehat
  • Tidak sering cemburu
  • Tingkat kepercayaan yang tinggi
  • Cenderung mencari pasangan yang juga menunjukkan gaya keterikatan yang aman

Avoidant Attachment Style

Gaya keterikatan ini merupakan buah dari pengasuhan orangtua yang sering membiarkan anaknya berjuang sendiri.

“Mereka diharapkan lebih mandiri daripada yang sesuai dengan perkembangan usia mereka, dan mereka terkadang ditegur karena perilaku yang dianggap orang tua sebagai kebutuhan atau ketergantungan,” kata Hoskins.

Baca juga: Kelebihan dan Kekurangan Tiger Parenting bagi Anak, Orangtua Wajib Tahu

Orangtua lebih memprioritaskan capaian nilai material anak seperti prestasi sekolah, kecantikan fisik daripada perasaan anak sehingga menghasilkan attachment style ini.

Rasa bosan dalam membina hubungan memang merupakan hal yang wajar. Tapi, jika hal ini terus belanjut perlu adanya penyegaran rutinitas atau caara berkencan agar hubungan kembali menggairahkan.Trinity Kubassek Rasa bosan dalam membina hubungan memang merupakan hal yang wajar. Tapi, jika hal ini terus belanjut perlu adanya penyegaran rutinitas atau caara berkencan agar hubungan kembali menggairahkan.
Akibatnya, anak tersebut tumbuh dengan kecenderungan perilaku berikut ini:

  • Secara konsisten menghindari keintiman (baik fisik maupun emosional)
  • Fokus pada kemandirian
  • Mengekspresikan perasaan tidak nyaman
  • Mengabaikan orang lain dan perasaan atau kebutuhan mereka
  • Sulit mempercayai orang lain
  • Kebutuhan yang tinggi untuk waktu sendiri, mungkin menggambarkan diri mereka sebagai introvert
  • Tantangan komitmen
  • Sering menciptakan dan menjaga jarak dalam hubungan
  • Tidak membentuk hubungan yang langgeng
  • Mungkin melakukan penolakan ketika hubungan mulai terasa terlalu serius

Anxious Attachment Style

Gaya keterikatan ini terjadi dari hubungan masa kecil ketika respon orangtua tidak konsisten.

Terkadang kebutuhan anak terpenuhi, dan di lain waktu diabaikan, tanpa logika yang jelas mengapa.

“Ini menciptakan ketidakmampuan untuk memprediksi apa yang akan terjadi ketika ada kebutuhan,” kata Hoskins.

Baca juga: Tanda-tanda Trauma Masa Kecil yang Terpendam pada Orang Dewasa

“Karena anak-anak berkembang dengan stabilitas dan prediktabilitas, respons yang tidak konsisten ini sangat membingungkan dan tidak stabil.”

Attachment style ini menghasilkan sejumlah perilaku dalam percintaan seperti:

  • Sering manja dan tak mau berjauhan
  • Sangat sensitif terhadap kritik, baik yang nyata maupun yang dirasakan
  • Sering merasa sulit untuk menyendiri
  • Tingkat percaya diri yang rendah
  • Membutuhkan umpan balik, validasi, dan kepastian yang konstan
  • Takut ditolak dan ditinggalkan
  • Merasa tidak layak untuk cinta atau hubungan yang sehat
  • Kebutuhan yang tinggi akan persetujuan orang lain
  • Masalah dengan kecemburuan dan ketidakpercayaan
  • Umumnya mengembangkan hubungan saling ketergantungan
  • Sering mencari pasangan dengan avoidant attachment style dan sebaliknya

Disorganized Attachment Style

Ilustrasi pasangan yang sedag berselisih.Timur Weber/ Freepik Ilustrasi pasangan yang sedag berselisih.
Attachment style ini tergolong jarang dijumpai namun bukannya tidak mungkin dialami.

Tipe ini terjadi pengalaman negatif yang sangat intens (trauma, pelecehan, pengabaian) terjadi di masa kanak-kanak.

“Anak-anak mungkin mengalami ketakutan terhadap orangtua mereka, yang membingungkan karena bertentangan dengan naluri bahwa orangtua harus hadir dengan aman dan terpercaya,” kata Hoskins.

Baca juga: 4 Dampak Trauma Masa Kecil yang Terbawa hingga Dewasa

Dualitas ketakutan dan kenyamanan dalam pengasuh dapat menyebabkan perilaku yang sangat kacau, atau tidak teratur.

Dampaknya untuk perilaku kita dalam hubungan pribadi yakni:

  • Campuran avoidant dan anxious attachment styles
  • Ketakutan yang intens akan penolakan
  • Ketidakmampuan untuk mengatur emosi
  • Akan sering menunjukkan perilaku yang kontradiktif atau mengirim pesan campuran dalam hubungan
  • Kecemasan tingkat tinggi
  • Sulit mempercayai orang lain
  • Mungkin menderita gangguan mood, gangguan kepribadian, atau tantangan kesehatan mental lainnya
  • Cenderung memicu masalah yang merugikan diri sendiri

Baca juga: Trauma Masa Kecil Pengaruhi Cara Kita Mengatasi Konflik dalam Hubungan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com