Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Bayi Bisa Alergi pada ASI? Ini Penjelasannya

Kompas.com, 11 November 2022, 16:18 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Air susu ibu (ASI) adalah sumber makanan terbaik bagi bayi di awal masa kehidupannya.

American Academy of Pediatrics (AAP) bahkan menyebut ASI sebagai makanan super (superfood) yang menyediakan semua nutrisi, kalori, dan cairan yang dibutuhkan untuk kesehatan bayi.

"Kita tahu bahwa menyusui memberikan nutrisi yang optimal bagi bayi dan sejumlah manfaat lain bagi orangtua," kata dokter anak ahli alergi imunologi, Dr Jackie Bjelac, MD.

Untuk menyediakan nutrisi ASI yang selalu baik, Bjelac pun menganjurkan para ibu menjaga pola makannya tetap sehat.

"Yang penting ketika ibu menyusui adalah memiliki pola makan yang lengkap, sehingga bisa terus memproduksi cukup ASI dan menyusui selama yang diinginkan," kata Bjelac.

Baca juga: Mikroplastik Ada dalam ASI, Apa yang Harus Dihindari Para Ibu?

"Jika kita mulai mengurangi banyak makanan, nutrisi bisa mulai terganggu dan kemudian pasokan menjadi masalah."

"Sulit untuk berhasil menyusui dengan diet terbatas, jadi jangan pernah mengurangi makanan yang tidak perlu," ujar dia.

Apakah bayi bisa alergi terhadap ASI

Meskipun ASI memiliki banyak manfaat, namun masih ada beberapa orangtua yang bertanya apakah ASI bisa berdampak buruk pada bayi mereka, terutama masalah alergi.

Secara singkat, Bjelac mengatakan bahwa bayi sama sekali tidak alergi terhadap ASI.

Menurut dia, dalam kasus yang sangat jarang terjadi, sebagian kecil bayi memang bisa alergi terhadap potongan mikroskopis protein makanan yang melewati ASI.

Demikian pula, sejumlah kecil bayi dapat memiliki intoleransi terhadap protein makanan tertentu yang ditemukan dalam ASI.

Tetapi, alergi maupun intoleransi memiliki gejala yang berbeda dan ada rekomendasi yang berbeda untuk bagaimana mengelola diet kita.

Apakah alergen makanan dapat menular melalui ASI

Ketika sedang menyusui, wajar jika terkadang kita khawatir tentang apa yang kita makan dan bagaimana hal itu dapat memengaruhi si kecil.

Baca juga: Laktosa pada ASI, Apa Pengaruhnya untuk Bayi?

Apabila kita khawatir makanan dan minuman yang kita konsumsi akan menimbulkan reaksi alergi pada bayi, Bjelac pun mengingatkan kita dua hal ini:

Alergi makanan pada bayi jarang terjadi. AAP memperkirakan bahwa hanya 2-3 persen bayi yang mendapatkan ASI eksklusif yang menunjukkan tanda-tanda reaksi alergi terhadap makanan.

• ASI mengandung sejumlah kecil protein dari makanan yang kita makan. Jadi, sangat tidak mungkin bahwa apa pun yang kita makan akan menyebabkan bayi alergi.

"Bayi tidak alergi terhadap ASI," tegas Bjelac.

"Sangat sedikit protein makanan yang disalurkan melalui ASI langsung ke bayi, sehingga kemungkinan bayi akan memiliki reaksi alergi terhadap sesuatu yang kita makan sangat kecil," ujar dia.

Menghindari alergen makanan untuk melindungi bayi

Pedoman dari AAP memperkenalkan beberapa alergen makanan umum seperti kacang tanah, telur, kedelai, dan gandum ketika bayi berusia sekitar enam bulan.

"Saat bayi mulai mencoba makanan mereka sendiri, pastikan orangtua memantaunya untuk tanda-tanda reaksi alergi seperti pembengkakan atau gatal-gatal," kata Bjelac.

AAP juga merekomendasikan untuk tidak memberikan susu sapi dan alergen umum lainnya, sampai setelah bayi berusia satu tahun.

Selain itu, asupan lainnya yang mengandung susu seperti yogurt dan keju mungkin bisa diberikan kepada bayi sekitar usia enam bulan.

Baca juga: Cegah Stunting pada Bayi dengan IMD dan ASI Eksklusif

"Jika bayi kita tidak termasuk dalam kelompok bayi yang memiliki reaksi alergi terhadap makanan dan minuman, itu bukan berarti kita harus membuat perubahan apa pun pada diet," kata dia.

"Sebab, membatasi diet sehari-hari dapat merugikan keberhasilan menyusui dan itu tidak akan membantu anak menghindari alergen," sambung dia.

Perbedaan alergi makanan dan intoleransi makanan

Dokter atau penyedia layanan kesehatan biasanya akan merekomendasikan perubahan dalam diet ibu yang sedang menyusui.

Karena menurut Bjelac, memotong makanan tertentu dapat bermanfaat bagi bayi yang memiliki intoleransi makanan maupun alergi makanan.

Tapi sebelum memutuskan untuk melakukan perubahan diet, ada baiknya jika kita mengetahui perbedaan dari alergi makanan dan intoleransi makanan.

• Intoleransi makanan (yang juga disebut sensitivitas makanan) adalah masalah pencernaan, bukan serangan sistem kekebalan tubuh.

Intoleransi makanan berarti tubuh bayi mengalami kesulitan memecah enzim dalam makanan tertentu, yang mengakibatkan gejala-gejala gastrointestinal, seperti feses berdarah, sakit perut, dan diare.

• Di sisi lain, alergi makanan adalah respons sistem kekebalan tubuh terhadap makanan tertentu.

Baca juga: 5 Tip agar ASI Cepat Keluar Pasca Melahirkan

Alergi makanan terjadi ketika tubuh salah mengira makanan tertentu sebagai penyusup yang berbahaya.

Sistem kekebalan tubuh mengumpulkan pasukan untuk menghancurkannya.

Hasilnya adalah reaksi alergi. Ini adalah tubuh yang memberikan kompensasi berlebihan untuk apa yang dianggapnya sebagai ancaman.

Gejala reaksi alergi dapat meliputi muntah yang ekstrem, gatal-gatal, pembengkakan pada wajah dan tenggorokan, kesulitan bernapas, serta mengi dan sesak napas.

Sebagian besar alergi makanan bisa berbahaya, bahkan mengancam jiwa.

Tetapi, intoleransi makanan meskipun tidak nyaman bagi bayi dan menyusahkan bagi orangtua, itu bukanlah keadaan darurat.

Jika bayi kita memiliki intoleransi makanan, itu mungkin karena kita mengurangi — atau memotong — makanan yang menyinggung sepenuhnya.

Sebab, intoleransi makanan dapat dipicu oleh jumlah paparan yang sangat kecil terhadap makanan yang menyinggung.

"Jumlah protein yang dibutuhkan untuk memicu masalah pencernaan dari intoleransi makanan sangat kecil, jauh lebih sedikit daripada yang dibutuhkan untuk memicu reaksi alergi," sebut Bjelac.

Baca juga: Tak Hanya untuk Tumbuh Kembang Bayi, ASI Juga Dapat Cegah Penyakit

"Jadi, bayi yang memiliki intoleransi bisa mendapatkan manfaat dari perubahan pola makan kita," imbuh dia.

Sumber intoleransi makanan yang paling umum pada bayi adalah kedelai dan susu sapi.

Apabila dokter menyarankan untuk membatasi atau menghilangkan susu sapi dalam diet karena intoleransi bayi, maka kita harus mengurangi susu dari mamalia lain, termasuk susu kambing dan susu domba.

Susu lainnya seperti santan dan susu almond tidak perlu dihindari dalam banyak kasus.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Relationship
Lebih Ringan dan Resposif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Lebih Ringan dan Resposif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Wellness
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Wellness
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Fashion
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Wellness
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Wellness
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Wellness
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Wellness
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Fashion
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Parenting
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
Wellness
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
Wellness
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Fashion
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Wellness
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Beauty & Grooming
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau