Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanda-tanda Hubungan Toxic Saudara Kandung dan Cara Mengatasinya

Kompas.com, 23 November 2022, 14:03 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber Newsweek

KOMPAS.com - Jangan kira hubungan toxic hanya menjerat orang yang sudah berpacaran atau pasangan suami-istri semata.

Lebih dari itu, saudara kandung yang tinggal serumah dan menghabiskan banyak waktu bersama juga bisa mengalami hal serupa yang berlanjut hingga dewasa.

Siapa pun yang memiliki saudara kandung tentunya tidak ingin hubungan mereka menjadi toxic karena satu dan lain hal.

Pasalnya, beracunnya hubungan antarsaudara kandung dapat merugikan salah satu atau kedua belah pihak -bahkan membuat orangtua kerepotan.

Baca juga: Simak, 14 Tanda Hubungan Toxic yang Jarang Disadari

Tanda-tanda saudara kandung toxic

Seyogyanya apabila hubungan antarsaudara kandung baik-baik saja, entah kakak atau adik, keduanya dapat saling bertukar nilai-nilai kebaikan.

Namun, lain halnya apabila hubungan mereka telanjur tidak baik-baik saja karena bisa berujung pada perundungan.

Jika hal seperti itu dibiarkan akibatnya salah satu saudara kandung berisiko mengalami kecemasan, depresi, bahkan melukai diri sendiri.

Untuk mengetahui apakah hubungan dengan saudara kandung toxic atau tidak, ada beberapa tanda yang dapat diketahui:

1. Timbul persaingan

Munculnya persaingan antarsaudara kandung sebenarnya merupakan hal yang positif asalkan keduanya sama-sama berkompetisi secara sehat.

Tapi, hubungan yang kadung beracun menyebabkan persaingan tidak sehat yang membuat salah satu saudara kandung menjadi lebih sombong.

Hal tersebut dikatakan oleh psikolog klinis yang juga penulis Nervous Energy: Harness the Power of Your Anxiety, Chloe Carmichael.

Dalam hal ini, persaingan membuat salah satu saudara kandung merasa sombong karena menghasilkan uang lebih banyak atau mendapatkan pekerjaan yang lebih baik -jika keduanya sudah beranjak dewasa.

Hal serupa juga dirasakan oleh saudara kandung yang usianya masih belia karena mereka membanding-bandingkan satu sama lain.

Baca juga: 4 Perbedaan Hubungan Toxic dan Abusive, Sudah Tahu Belum?

Tidak menutup kemungkinan persaingan antarsaudara kandung berakhir dengan hinaan atau tindakan meremehkan.

2. Memanfaatkan saudara kandung

Tanda lain yang menunjukkan hubungan saudara kandung sudah toxic adalah mereka yang memanfaatkan keinginan keluarga untuk peduli dan selalu ada untuk satu sama lain.

Bisa jadi, salah satu berusaha memengaruhi saudara kandung lainnya supaya keinginan dirinya sendiri terpenuhi namun menggunakan dalih yang tidak masuk akal.

Misalnya dengan meminjam uang dengan membawa-bawa nama keluarga, tapi pinjaman yang diberikan tidak digunakan sebagaimana mestinya.

Perilaku seperti ini termasuk mengeksploitasi saudara kandung yang dimanfaatkan dengan dalih membantu satu sama lain.

3. Memengaruhi orangtua

Adalah hal yang wajar apabila orangtua lebih dekat dengan salah satu anak, tapi hal ini tidak baik apabila dibiarkan berlama-lama.

Pasalnya, salah satu saudara kandung dapat memanfaatkan kedekatan mereka dengan orangtua supaya mereka diistimewakan.

Tidak menutup kemungkinan mereka juga memengaruhi orangtuanya supaya mengucilkan saudara kandungnya.

Saudara kandung yang sifatnya licik seperti ini biasanya juga bergosip kepada orangtua dan mengungkit-ungkit kesalahan.

Cara menghadapi saudara kandung toxic

Menurut Saad, salah satu cara untuk menghentikan hubungan toxic seperti ini adalah berfokus pada teknik komunikasi untuk menghadapi saudara kandung.

Namun, langkah pertama yang perlu diketahui adalah memahami perilaku dan pengaruh dari saudara kandung yang toxic.

Menghadapi saudara kandung yang toxic bukanlah hal yang mudah.

Pasalnya, dalam banyak kasus orang mencoba berbagai macam cara supaya akur kembali dengan saudara kandungnya.

Baca juga: Apa Hubungan Toxic Bisa Diperbaiki? Ini yang Harus Dipertimbangkan

Jika tidak, lakukan cara-cara di bawah ini untuk menghadapi saudara kandung yang toxic.

1. Tidak memberi bantuan yang memanjakan

Sering kali saudara kandung yang toxic ingin mereka dibantu secara finansial dan membuat kita merasa bersalah jika tidak memberi pertolongan.

Untuk kasus yang seperti ini, tak ada salahnya untuk terakhir kali memberikan bantuan namun dengan catatan saudara kandung yang menjadi korban hubungan toxic menawarkan bantuan yang masuk akal.

Maksudnya adalah menolong saudara kandung yang toxic supaya mereka bisa memperbaiki masalah yang sebenarnya sehingga tidak perlu dibantu kembali.

Kalau pun si toxic tidak dapat menerimanya, sikap mereka menunjukkan bahwa saudara kandung yang membantu mereka berada di jalan yang benar dan membuktikan keinginan untuk memanfaatkan.

2. Pertahankan posisi

Berurusan dengan saudara kandung yang beracun memang tidak mudah karena mereka biasanya menjatuhkan dan memanipulasi.

Sering kali saudara kandung yang toxic berdalih mereka melakukan segalanya untuk adik atau kakaknya.

Namun, ucapan mereka hanyalah akal-akalan dan saudara kandung yang menjadi korban muslihatnya sebaiknya mengatakan rasa keberatan atau tidak terima.

Jangan pernah biarkan saudara kandung yang toxic melanggar batasan apalagi berusaha menguasai hidup kakak atau adiknya.

Baca juga: 7 Jenis Teman Toxic di Sekitar Kita, Ketahui Sebelum Terlambat

3. Ubah pola pikir

Saad mengatakan, melabeli saudara kandung beracun dan menjaga jarak tanpa mencoba menyelesaikan masalah terlebih dahulu hanya mengarahkan diri sendiri pada respons fight or flight.

Respons tersebut biasanya ditunjukkan oleh tubuh ketika menghadapi situasi yang menyebabkan stres dengan lari atau melawan.

Dalam hal ini, Saad menyarankan saudara kandung yang menjadi korban hubungan toxic untuk bertanya pada diri sendiri.

Tanyakan bagaimana cara melindungi diri dari keburukan orang lain supaya tidak dimanfaatkan dan terus berkembang.

4. Cari tahu sumber hubungan beracun

Sebagian dari kita yang telanjur muak dengan saudara kandung yang toxic terkadang tega untuk memutuskan hubungan dengan mereka.

Tapi, ada baiknya telusuri dulu dari mana sumber toksisitas mereka, seperti rasa iri karena kehidupan saudara kandung lainnya lebih baik.

Pemahaman ini, kata Saad, dapat membantu penemuan solusi supaya saudara kandung yang toxic mendapat bantuan yang tepat sesuai dengan masalah mereka.

Baca juga: 6 Cara Meninggalkan Toxic Relationship, Jangan Mau Disakiti Terus

Mungkin saja mereka kesulitan untuk meningkatkan harga diri, kemampuannya tidak berkembang sehingga merasa iri, moody, atau tidak gampang bersosialisasi.

Terkadang pula saudara kandung menjadi toxic karena tidak menyadari bahwa diri mereka terlalu fokus pada sifat buruknya.

Menurut Saad, tak ada salahnya untuk sesekali membantu atau sama sekali enggan mengulurkan tangan bagi saudara kandung yang toxic.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Relationship
Lebih Ringan dan Resposif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Lebih Ringan dan Resposif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Wellness
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Wellness
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Fashion
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Wellness
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Wellness
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Wellness
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Wellness
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Fashion
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Parenting
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
Wellness
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
Wellness
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Fashion
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Wellness
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Beauty & Grooming
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau