Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Dampak Serius pada Korban Bullying, Bisa Memicu Perilaku Agresif

Kompas.com, Diperbarui 01/07/2023, 08:50 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tidak semua orang, baik yang masih anak-anak, remaja, maupun dewasa, dapat berdamai dengan masa lalunya setelah di-bully.

Mereka kemungkinan kesulitan untuk membangkitkan keprcayaan diri dan merasakan berbagai hal karena pengalaman hidupnya yang tak enak.

Ada kecenderungan korban bullying malah melukai diri sendiri atau balik merundung orang lain karena mereka dulunya pernah mengalami bullying.

Baca juga: Siswa SMP di Temanggung Bakar Sekolah karena Sering Di-bully, Mengapa Anak Bisa Menjadi Pelaku Bullying?

Oleh sebab itu, penting bagi korban bullying untuk mendapat pendampingan dari orangtua, guru, teman, maupun konselor untuk mengatasi masalahnya.

Tujuannya supaya mereka menjadi pribadi yang lebih baik, luka batinnya tersembuhkan, dan tidak memperpanjang siklus bullying.

Baca juga: 7 Ciri-ciri Anak Menjadi Korban Bullying, Orangtua Wajib Tahu

Mengenali korban bullying

Jangan kira korban bullying menjadi sosok yang lebih berempati ketika melihat orang lain, entah teman atau saudara, yang mengalami bullying.

Pasalnya, tidak menutup kemungkinan mereka malah menjadi pelaku berikutnya dari bullying untuk membalaskan dendam masa lalunya.

Dilansir dari Very Well Mind, korban bullying didefinisikan sebagai target pelaku perundungan yang juga menindas orang lain.

Perilaku intimidasi dari mereka muncul setelah berulang kali dirundung supaya mendapatkan kembali kekuatan dalam hidup setelah di-bully.

Nah, orang yang disasar korban bullying yang mau merundung adalah mereka yang lebih lemah atau rentan.

Menurut pekerja sosial klinis, Erica Laub, MSW, LICSW, perilaku berulang yang dibalaskan dari korban bullying kepada orang lain adalah hal yang lumrah -tapi tidak bisa dibenarkan.

Sementara itu, psikiater Anisha Patel Dunn, DO, menyampaikan kalau korban bullying sengaja merundung orang lain karena mereka tidak mau mengalami hal serupa.

Baca juga: Ketahui Tanda Anak Jadi Korban Bullying dan Cara Mengatasinya

Di mata korban bullying, mengintimidasi orang lain adalah cara untuk menghindari perundungan sehingga mereka melakukan perilaku yang dulunya menyakitinya.

Secara keseluruhan, bullying adalah perilaku yang dipelajari dan pelaku bullying dapat bersembunyi di balik perilaku ini daripada mengatasi pengalaman traumatis mereka.

Dampak yang dialami korban bullying

Dari penjelasan Laub maupun Patel Dunn bisa disimpulkan, bullying menciptakan rantai yang terus berkelanjutan.

Dalam hal ini, bullying menimbulkan berbagai dampak yang tidak main-main bagi korbannya seperti yang berikut ini.

1. Stres psikologis

Secara umum, orang yang pernah di-bully lebih mungkin mengalami masalah kesehatan mental, misalnya menderita kecemasanm depresi, bahkan kesepian.

Tak menutup kemungkinan mereka juga merasakan masalah emosional, termasuk psikosis, penyalahgunaan pbat-obatan, hingga gangguan kepribadian antisosial.

Patel Dunn menjelaskan, korban bullying memiliki tingkat rasa bersalah atau kecemasan yang lebih tinggi daripada orang lain.

Baca juga: Redam Bullying, Kemendikbud Fokus Cegah 3 Dosa Besar Pendidikan

Pasalnya, mereka benar-benar mengetahui bagaimana rasanya menerima perilaku yang tidak mengenakan.

Trauma di masa lalu, kata Patel Dunn, yang belum terselesaikan mungkin juga memengaruhi perilaku korban bullying.

2. Sulit bersosialisasi

Jangan anggap bullying adalah masalah enteng karena mereka yang menjadi korban perilaku buruk ini dapat mengalami kesulitan bersosialisasi.

Baca juga: Jadi Korban Bullying di Tempat Kerja? Lakukan 7 Hal Ini

Mereka lebih mungkin tidak koopoeratif dan menarik diri dari lingkungan sosial daripada orang-orang di sekitarnya.

Sering kali, korban bullying tampak menyendiri karena teman yang mereka miliki jumlahnya sangat sedikit.

Kalau pun mereka mempunyai teman bisa dipastikan temannya memiliki status sosial yang rendah.

Walau bullying tidak bisa dibenarkan, fakta yang mengejutkan adalah orang yang pernah menerima perilaku ini justru kurang diterima dan lebih ditolak daripada orang yang merundung.

Ilustrasi wanita.Freepik Ilustrasi wanita.

3. Masalah emosi

Sering kali korban bullying secara tidak sengaja mendorong anak "melawan" karena mereka reaktif terhadap gertakan, perilaku mengancam, dan serangan.

Karena korban bullying sulit untuk mengelola emosi, mengendalikan amarah, dan menghadapi frustrasi, mereka sering kali cenderung diintimidasi berulang kali.

Mereka kemudian berbalik dan menimbulkan rasa sakit pada orang lain dan siklus bullying terus berulang.

Baca juga: Pelajaran soal Bullying yang Bisa Dipetik dari Kisah The Glory

4. Perilaku menjadi agresif

Karena korban bullying dulunya sering diintimidasi, mereka bereaksi agresif terhadap situasi stres.

Faktanya, mereka mungkin memiliki respons stres yang besar yang mirip dengan gejala gangguan stres pascatrauma (PTSD).

Secara keseluruhan, korban bullying kurang percaya pada kebaikan orang lain dan menjadi lebih kaku apabila menjalin hubungan.

Baca juga: Kenali Tanda Remaja Putri Jadi Korban Bullying Emosional

Sama seperti penderita PTSD, korban bullying menjalani hidup dalam kesadaran yang tinggi, menunggu orang lain untuk menyerang atau menindas, dan berperilaku agresif.

Hal ini jelas merugikan karena korban bullying tampak tertutup, bermusuhan, dan tidak bersahabat serta semakin mengisolasi mereka dari orang lain di sekitarnya.

5. Harga diri turun

Dampak terakhir yang dialami banyak korban bullying adalah harga diri mereka turun -bahkan menderita PTSD dan berpikir untuk mengakhiri hidup.

Laub menyampaikan, bunuh diri sebenarnya adalah masalah yang kompleks dan melibatkan faktor risiko di samping bullying.

Namun, ada kecenderungan korban bullying mengalami masalah yang lebih parah dari turunnya harga diri.

Dalam hal ini, bullying mempunyai implikasi serius bagi kesehatan mental korbannya dan berisiko meningkatkan depresi, keinginan untuk menyendiri, harga diri turun, termasuk kecemasan.

Jika perasaan-perasaan tersebut tidak tertangani, Patel Dunn mengingatkan bahwa hal ini bisa berkembang menjadi masalah yang lebih serius.

Baca juga: Memulihkan Diri Setelah Jadi Korban Bullying

Penanganan secara dini selalu disarankan karena pelaju bullying dapat mengalami rasa bersalah, depresi, dan kecemasan berlebih setelah mengintimidasi orang lain.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Tak Ambisi Kurus, Rosa Sukses Turun Berat Badan dengan Gaya Hidup Sehat
Tak Ambisi Kurus, Rosa Sukses Turun Berat Badan dengan Gaya Hidup Sehat
Wellness
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Relationship
Lebih Ringan dan Responsif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Lebih Ringan dan Responsif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Wellness
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Wellness
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Fashion
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Wellness
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Wellness
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Wellness
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Wellness
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Fashion
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Parenting
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
Wellness
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
Wellness
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Fashion
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Wellness
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau