Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cegah Kematian Dini, Bagaimana Pola Diet yang Benar?

Kompas.com - 16/01/2023, 05:36 WIB
Gading Perkasa,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Lalu, ada pola diet nabati yang berfokus pada lebih banyak produk nabati namun sangat membatasi produk hewani dan alkohol.

"Diet tersebut mengurangi pilihan makanan yang relatif sehat seperti ikan atau beberapa produk susu."

Hu mencatat, pola diet seperti itu justru tidak menyingkirkan makanan nabati yang tidak sehat seperti produk kentang.

"Kita dapat membayangkan vegetarian mungkin berada di peringkat teratas dalam skor diet ini," katanya.

"Dan orang yang makan banyak produk hewani atau karbohidrat olahan akan berada di peringkat terbawah dalam skor ini."

Healthy Eating Index melacak apakah individu mengikuti pedoman nutrisi AS yang menekankan produk nabati sehat, serta membatasi daging merah, daging olahan, tambahan gula, lemak tidak sehat, dan alkohol, kata Hu.

Sementara itu, Alternate Healthy Eating Index yang dikembangkan di Harvard diklaim Hu menggunakan bukti terbaik untuk memasukkan makanan dan nutrisi yang paling terkait dengan risiko penyakit kronis yang lebih rendah.

"Kami memasukkan kacang-kacangan, biji-bijian utuh dan konsumsi lebih rendah untuk daging merah dan olahan serta minuman manis," tambahnya.

"Konsumsi alkohol dalam jumlah sedang diperbolehkan."

Baca juga: Mengapa Minuman Manis Picu Risiko Kematian Dini?

Kesimpulannya

Setelah pola makan setiap peserta diberi skor, peserta kemudian dibagi menjadi lima kelompok berdasarkan ketaatan mereka dalam mengikuti satu pola diet atau lebih.

"Kelompok yang memiliki kualitas diet tertinggi dibandingkan yang terendah dikaitkan dengan penurunan risiko semua penyebab kematian sekitar 20 persen," tutur Katz, presiden dan pendiri organisasi nirlaba True Health Initiative.

Studi ini juga menemukan pengurangan risiko kematian akibat penyakit kronis tertentu jika seseorang mulai memperbaiki pola makannya, imbuh Hu.

Peserta yang memperbaiki diet mereka sebesar 25 persen dapat mengurangi risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular dengan kisaran 6-13 persen, dan kematian akibat kanker sebesar 7-18 persen.

Sedangkan, risiko kematian akibat penyakit neurodegeneratif --seperti demensia-- berkurang hingga 7 persen.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com