Namun, beberapa orang dengan tekanan darah tersebut tidak mengalami gejala apa pun hingga penyakitnya sudah parah.
"Dalam praktik saya, saya menjelaskan kepada pasien bahwa perubahan penglihatan, sakit kepala, dan mimisan yang sering bisa menjadi tanda tersembunyi dari tekanan darah tinggi," ujar Curry-Winchell.
Dr Evelyn Huang, spesialis kegawatdaruratan di Northwestern Memorial Hospital, menambahkan, sering kali seseorang tidak mengalami gejala tekanan darah tinggi, tetapi ada beberapa yang merasakan nyeri dada, kesulitan bernapas, dan pusing.
"Jika mengalami gejala tersebut, segera hubungi penyedia layanan kesehatan," tutur Huang.
Baca juga: Pengidap Hipertensi Tak Perlu Hindari Kopi, Ini Penjelasannya
"Saya selalu merekomendasikan untuk mengikuti petunjuk dokter dan memeriksa tekanan darah secara teratur."
"Tekanan darah tinggi biasanya terjadi karena pilihan gaya hidup yang tidak sehat seperti pola makan buruk dan kurangnya olahraga," lanjut Curry-Winchell.
Huang menambahkan, hipertensi bisa disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat atau faktor genetik.
"Orang dengan kondisi medis seperti diabetes dan kolesterol tinggi juga berisiko tinggi terkena hipertensi. Selain itu, tekanan darah tinggi juga bisa terjadi selama kehamilan," katanya.
Sementara itu, menurut CDC, tekanan darah tinggi berkembang seiring waktu dan bisa terjadi akibat gaya hidup yang tidak sehat, seperti kurangnya aktivitas fisik.
Baca juga: Tidur Siang Terlalu Sering, Risiko Hipertensi dan Stroke Menghantui
Curry-Winchell mengatakan, hipertensi bisa meningkatkan risiko terkena penyakit jantung, yang menyebabkan komplikasi serius seperti serangan jantung, gagal jantung, atau stroke.
Hal ini disebabkan oleh kerusakan pada arteri yang membawa oksigen dan darah ke jantung akibat tekanan darah tinggi.
Jika tidak diobati, arteri dapat menjadi kaku dan mengurangi aliran darah dan oksigen ke jantung dan bagian tubuh lainnya.
Seperti dilaporkan Mayo Clinic, tekanan darah tinggi memaksa jantung bekerja lebih keras dan menyebabkan bilik jantung bawah kiri (ventrikel kiri) menebal.
Baca juga: Rutin Minum Parasetamol Berbahaya bagi Pengidap Hipertensi, Benarkah?
Kondisi ini akan meningkatkan risiko serangan jantung, gagal jantung, dan kematian mendadak.
Risiko stroke juga bisa menjadi hasil dari tekanan darah tinggi, menurut CDC.
Stroke terjadi ketika arteri yang memasok darah dan oksigen ke otak pecah atau tersumbat sehingga sel-sel otak mati karena kekurangan oksigen.
Stroke bisa menyebabkan cacat dalam berbicara, bergerak, dan aktivitas dasar lainnya, hingga kematian.
Menurut CDC, banyak penderita hipertensi dapat menurunkan tekanan darah menjadi normal atau mempertahankan angka tekanan darah dalam rentang yang sehat dengan melakukan perubahan gaya hidup seperti: