Perlu diingat, seiring bertambahnya usia, terutama ketika kita mulai berhenti menstruasi, tubuh akan memproduksi lebih sedikit estrogen.
Lalu saaat kadar estrogen lebih rendah, beberapa hal pun akan terjadi pada vagina, termasuk menghasilkan lebih sedikit pelumas vagina, sehingga vagina bisa menjadi kering dan meradang.
Bukan hanya itu. Tingkat estrogen yang lebih rendah juga mengurangi elastisitas vagina, membuat jaringan vagina menjadi lebih rapuh, aliran darah berkurang, serta lebih rentan robek dan iritasi.
Akibatnya, saat berhubungan seks, bisa timbul rasa ketidaknyamanan, rasa sakit, dan pendarahan.
Baca juga: Tips Menjaga Kesehatan Vagina yang Perlu Dipahami Perempuan
Polip adalah pertumbuhan sel non-kanker yang biasa ditemukan di serviks atau di lapisan endometrium rahim.
Polip sendiri memiliki bentuk menjuntai seperti liontin bundar di rantai dan gerakannya dapat mengiritasi jaringan di sekitarnya serta menyebabkan perdarahan dari pembuluh darah kecil.
Berhubungan seks, terutama seks yang kasar, dapat menyebabkan luka kecil atau goresan pada vagina.
Hal ini lebih mungkin terjadi jika kita mengalami kekeringan pada vagina karena menopause, menyusui, atau faktor lainnya.
Pendarahan vagina, terutama pendaragan setelah melakukan hubungan seksual merupakan gejala umum kanker serviks atau vagina.
Bahkan faktanya, sebuah ulasan yang diterbitkan pada tahun 2021 di The Obstetrician & Gynaecologist menemukan bahwa perempuan yang mengalami pendarahan postcoital menderita kanker serviks.
Baca juga: Risiko Ratus untuk Kesehatan Vagina, Ini Penjelasannya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.