KOMPAS.com - Anak balita yang suka memukul orang lain di sekitarnya bisa jadi sumber masalah.
Orangtua perlu memberikan perhatian penuh untuk memahami apakah itu hanya fase sementara atau tanda-tanda masalah perilaku.
Kita juga perlu melakukan langkah konkret untuk mencegah anak memukul, mengendalikan atau memperbaiki sikapnya itu.
Baca juga: Anak Suka Memukul Tak Berarti Nakal, Ini 7 Kemungkinan Penyebabnya
Jangan sampai anak dijauhi sekitarnya karena orangtua abai pada perilaku agresif ini.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan orangtua untuk merespon anaknya yang kerap memukul orang lain.
Berbagai opsi berikut mungkin tidak berhasil untuk setiap anak sehingga kita perlu mengeksplorasi untuk melihat mana yang paling bermanfaat bagi anak.
Secara naluri, para orangtua pasti akan menahan anaknya dari melakukan kekerasan seperti memukul.
Berikan pelukan yang tenang dan tegas untuk mencegah anak memukul orang lain atau dirinya sendiri.
Baca juga: Bukti Keajaiban Pelukan Ibu Tenangkan Bayi yang Menangis
Jika energinya kuat, jangan ragu untuk agak mengekang anak tanpa menyakiti mereka.
Cobalah berbicara dengan tenang kepada anak, memberi tahu bahwa kita memegangnya karena tidak dapat membiarkan mereka menyakiti siapa pun.
Setelah momen berlalu, orangtua dapat mengarahkan mereka ke perilaku lain.
Jika pembatasan fisik tidak mempan, cobalah mengajak anak pergi dari lokasi dan situasi tersebut.
Misalnya masuk ke mobil atau ke kamar tidur sehingga anak bisa kembali fokus.
Kadang kala, kita harus melakukannya berulang kali sampai akhirnya buah hati menyadari jika itu adalah konsekuensi dari perilakunya.
Misalnya, waktu bermain dengan temannya menjadi lebih pendek karena sering memukul yang lain.
Baca juga: 4 Tips Membantu Balita agar Mudah Berteman
Proses pemahaman untuk masing-masing hal ini bergantung pada banyak faktor, termasuk usia dan kemampuan balita untuk memahami serta kesabaran orangtua.
Anak kita mungkin tidak paham cara lain menyalurkan emosinya selain dengan memukul.
Ajari mereka reaksi lainnya ketika situasi membuat mereka marah misalnya dengan bicara lebih jelas atau menjauh dari lokasi.
Butuh waktu untuk mengajari balita soal ini namun hasilnya pasti akan memuaskan.
Cara ini bisa dilakukan untuk anak usia 1 atau 2 tahun ketika mereka memiliki dorongan untuk memukul.
Orangtua dapat memegang tangan yang mereka gunakan untuk memukul dan menunjukkan sentuhan lembut.
Baca juga: Anak Kerap Memukul, Bagaimana Mengatasinya?
Jika tidak mempan, cobalah mengalihkan mereka dari perilaku negatif dengan aktivitas lain.
Namun, penting untuk memastikan bahwa memukul tidak memberikan anak lebih banyak perhatian karena bisa jadi pembelajaran yang buruk.
Jika merasa anak sering memukul karena salah mengelola emosi, orantua dapat mencoba mengajarkan lebih banyak pilihan untuk mengekspresikan perasaannya.
Misalnya menjelaskan arti berbagai kata perasaan, dengan cara yang sesuai dengan usia anak.
Kenali perilaku anak sebelum mereka mulai mengangkat tangannya untuk memukul.
Baca juga: Bagaimana Mencegah Anak Menggunakan Kata Kasar?
Misalnya suara garaman, frustasi, merengek, menangis atau lainnya yang jadi pemicu khasnya.
Dengan mengidentifikasinya, kemungkinan besar orangtua akan dapat menghentikannya sebelum hal itu terjadi baik dengan obrolan atau tindakan pencegahan.
Sebaliknya, ada beberapa hal yang sebaiknya tidak dilakukan orangtua untuk menghadapi anak yang suka memukul.
Mencegah anak memukul dengan melakukan kekerasan yang sama tentu menjadi hal yang membingungkan.
Hindari perebutan kekuasaan yang melibatkan penggunaan kekuatan seperti memukul, mencubit atau tindakan kekerasan fisik lainnya.
Baca juga: Waspada, Memukul Anak Ganggu Perkembangan Otaknya
Respon seperti berteriak, membentak, dan bertindak dalam kemarahan hanya akan menjadi contoh buruk.
Baca juga: Alasan Membentak Anak Tidak Berguna, Orangtua Perlu Tahu
Meskipun situasinya bisa sangat membuat frustrasi, luangkan waktu sejenak untuk mengendalikan emosi kita sebelum mengajari anak.
Cara ini akan membantu mereka melihat orangtua sebagai figur otoritas yang mengendalikan tubuh, suara, kata-kata, dan ekspresi mereka.
Jadilah diri sendiri saat menangani perilaku anak kita.
Jangan biarkan perasaan malu, mom-shaming atau tekanan sosial menentukan sikap kita saat menghadapi buah hati.
Ketika kita mengubah reaksiberdasarkan lingkungan atau metode orang lain, cobalah mengevaluasi kembali nilai-nilai pengasuhan bersama pasangan.
Baca juga: Buat Orangtua, Ini Tips Praktik Mindfulness untuk Merawat Diri
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.