Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Upaya Pelestarian Kebaya Indonesia Lewat Gaya Berpakaian Anak Muda

Kompas.com - 14/08/2023, 19:58 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bukan hanya sekadar busana, kebaya sebagai identitas budaya Indonesia wajib dilestarikan dari generasi ke generasi agar tidak punah atau hilang.

Hal itu pula yang mendorong pemerintah menetapkan tanggal 24 Juli sebagai peringatan Hari Kebaya Nasional yang tertuang dalam Keputusan Presiden RI (Keppres) Nomor 19 tahun 2023.

Menindaklanjuti keputusan ini, Tim Nasional Kebaya Indonesia berupaya untuk terus mengadakan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan kebaya seperti parade busana kebaya, pelatihan, hingga edukasi kepada generasi muda.

Menurut Ketua Tim Nasional Kebaya Indonesia, Lana T. Koentjoro, saat ini edukasi mengenai kebaya sudah banyak dilakukan di lingkungan sekolah maupun kampus.

Bahkan, anak-anak muda sekarang juga mulai terlihat memadukan kebaya dengan gaya personal mereka masing-masing yang tentunya lebih kekinian.

"Kalau kami lihat, kebaya sudah bisa dimodifikasi dengan gaya yang lebih kasual," terang Lana saat ditemui dalam acara konferensi pers Hari Kebaya Nasional di Jakarta Selatan, belum lama ini.

Misalnya, ia melanjutkan, kebaya bisa dipadupadankan bersama dengan celana jeans dan sepatu kets, tanpa harus dengan kain dan selop.

"Namun tentunya, pemakaian kebaya tetap perlu disesuaikan dengan acara atau kebutuhan. Kalau acaranya formal ya harus mengenakan kebaya sesuai dengan pakem," ungkapnya.

"Tapi secara garisnya, untuk mendorong anak-anak muda mau memakai kebaya ya itu bisa dimulai dari gaya berpakaiannya secara personal dulu," sambung Lana.

Baca juga: Merah Merona Kebaya Encim Iriana Jokowi di Istana Berkebaya

Perbedaan kebaya dan berkebaya

Sebelum mengenakan kebaya, anak-anak muda juga perlu mengetahui perbedaan antara "kebaya" dan "berkebaya".

Tim Riset dan Literasi Hari Kebaya Nasional, Nita Trismaya pun menjelaskan perbedaan keduanya.

"Sebenarnya dalam hal berpakaian kebaya itu ada dua pengertian. Yang pertama 'kebaya' dan 'berkebaya'," katanya.

"Kalau 'kebaya' itu hanya atasan kebaya. Sedangkan 'berkebaya' memakai atasan kebaya, lalu bawahannya memakai kain."

"Jadi kalah cuma kebaya ya bawahannya bisa pakai apa saja termasuk celana jeans, rok, atau kain. Tapi ketika sudah berkebaya, maka harus mengikuti aturan sesuai pakem," terang Nita.

Acara konferensi pers Hari Kebaya Nasional yang diselenggarakan oleh Tim Nasional Kebaya Indonesia di Jakarta Selatan, Rabu (9/8/2023)KOMPAS.com/Ryan Sara Pratiwi Acara konferensi pers Hari Kebaya Nasional yang diselenggarakan oleh Tim Nasional Kebaya Indonesia di Jakarta Selatan, Rabu (9/8/2023)
Ada pun pakem yang umumnya diikuti saat berkebaya tidak hanya mengenakan kebaya dan kain, melainkan juga wajib menggunakan sanggul dan selop.

"Zaman orang-orang dulu pakem berkebaya mungkin lebih kompleks lagi, karena juga harus memerhatikan model sanggulnya, bagaimana warna dan bahan kebaya, sampai kain dan selop," tutur Nita.

"Tetapi sekarang mengenakan kebaya sudah beralih lebih ke gaya personal. Namun balik lagi, penggunaan kebaya perlu disesuaikan dengan kebutuhan acara," ujarnya.

Sementara itu, Anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Putri Kus Wisnu Wardani menambahkan, tujuan presiden mengadakan acara Istana Berkebaya beberapa waktu lalu, salah satunya ingin meningkatkan kesadaran anak muda.

"Kami sengaja melibatkan anak-anak muda seperti putri Indonesia, lalu ada model-model muda itu untuk merepresentasikan bagaimana memakai kebaya secara modern," katanya.

"Bahwa melestarikan kebaya bisa dimulai secara sederhana hanya dengan memakai kebaya tanpa harus mengikuti pakem yang terlalu rumit."

"Karena ketika anak-anak muda dibebani dengan pakem, mereka malah akan semakin menjauh dan tidak ingin memakai kebaya sebagai gaya personal sehari-hari," terangnya.

Baca juga: 5 Fakta Penting Kebaya, Perempuan Indonesia Perlu Tahu

Memperjuangkan kebaya sebagai warisan budaya asli Indonesia

Selain mengedukasi generasi muda, Tim Nasional Kebaya Indonesia juga terus memperjuangkan kebaya sebagai warisan budaya asli Indonesia ke kancah internasional.

Pendiri Komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia, Rahmi Hidayanti mengatakan, meskipun Indonesia bergabung dengan empat negara lainnya dalam joint nominations ke UNESCO, namun tujuan pentingnya adalah tetap memperkenalkan Indonesia sebagai negara asal usul kebaya.

"Keempat negara tersebut memang berhak mendaftarkan selama mereka bisa membuktikan bahwa mereka sudah 20 tahun melestarikan budaya berkebaya," ungkap Rahmi.

"Apalagi kalau untuk negara Malaysia dan Singapura sudah lebih dari 20 tahun melestarikan budaya berkebaya, karena sebagian masyarakatnya juga berasal dari Indonesia," terangnya.

Menurut Rahmi, tugas penting masyarakat Indonesia adalah memperkenalkan ke dunia kalau asal usul kebaya itu berasal dari Indonesia.

"Berdasarkan kajian ilmiah yang ada, asal usul kebaya itu bermula dari sejarah masuknya Islam ke Indonesia," kata Rahmi.

"Jadi dulu perempuan di Indonesia kalau tidak pakai kemben ya bertelanjang dada. Ketika Islam masuk harus menutup aurat, dan waktu itu, yang disebut menutup aurat itu adalah bahu, dada, dan lengan."

"Makanya, selain pakai kemben, perempuan Indonesia juga pakai selendang untuk menutup bahu dan lengan."

"Dari situ, mulailah jahit menjahit kemben dan selendang yang kemudian menjadi busana kebaya."

"Lantas, orang-orang China dan Belanda ikut membuat busana kebaya sesuai dengan budaya mereka, yang awalnya terinspirasi dari Indonesia," imbuhnya.

Baca juga: Bersama 4 Negara ASEAN Lain, Indonesia Usulkan Kebaya Masuk UNESCO

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com