Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
DR. dr. Tan Shot Yen, M.hum
Dokter

Dokter, ahli nutrisi, magister filsafat, dan penulis buku.

Promosi Kesehatan: Iklan Layanan Masyarakat yang Ketinggalan

Kompas.com - 21/08/2023, 08:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Mulai dari minum tablet tambah darah, obat cacing hingga vaksinasi.

Hampir tidak pernah secara terbuka kita sampaikan kemungkinan ‘perubahan kebiasaan’ yang bisa terjadi, seperti buang air kehitaman akibat sisa zat besi pada suplementasi, kemungkinan rasa mual, bahkan yang lebih dimungkinkan: Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).

KIPI dipahami awam lebih sebagai efek samping vaksinasi yang mengerikan. Padahal, KIPI bisa bersinggungan dengan berbagai hal, termasuk kejadian ko-insidental.

Saya bersyukur, ada ibu yang ikut memberi pengalamannya saat anak mengalami muntaber berat hingga perlu dirawat – yang tadinya dianggap KIPI, tapi setelah diusut bayi di usia 4 bulan itu sebelum vaksinasi diberi pisang oleh neneknya.

Begitu pula riwayat kejang demam yang muncul bersamaan dengan masa vaksinasi. Pelaporan KIPI diakui masih belum ditindaklanjuti sebagai urgensi – baik dari sisi pelapor maupun yang menerima laporan.

Biasanya, menjadi fokus perhatian setelah kejadiannya viral di media massa – dan apabila ini terjadi, sudah terlanjur menjadi isu gorengan yang amat renyah dengan aneka bumbu narasi yang memanfaatkan situasi.

Baca juga: Evaluasi Gaya Klinisi di Ranah Edukasi

Ketiga. Akses mengunduh informasi amat mudah dan begitu gampangnya aplikasi media sosial digunakan sebagai penyebar aneka penggalan berita, wawancara, hingga artikel jurnal kesehatan yang ‘dipelintir’.

Bahkan jika perlu dilengkapi dengan menyebut nama petinggi, profesor ini itu yang semakin menunjang pernyataannya.

KIPI (atau bukan KIPI) yang terjadi pasca tindakan vaksinasi, menyisakan trauma mengerikan – dengan proses yang amat sulit diterima orangtua yang sudah terlanjur marah, kecewa, dan amat ketakutan akan masa depan anaknya.

KIPI menjadi pekerjaan rumah besar bagi para ilmuwan untuk meluruskan fakta dengan data, serta studi berbasis bukti.

Sama seperti tudingan vaksinasi MMR sebagai penyebab autism, yang amat menggegerkan dunia.

Penuduhnya, Andre Wakefield meluncurkan teori peradangan pada usus, sehingga protein yang seharusnya tidak berada di aliran darah bisa masuk dan mengalir sampai ke otak, di mana protein ini menyebabkan gangguan perkembangan.

Namun, dokter Andrew tidak mampu saat diminta untuk mengulangi kembali penelitiannya agar didapat hasil yang valid, hingga akhirnya seorang jurnalis inggris, Brian Deer, membuka fakta-fakta pemalsuan dan kesalahan dalam penelitian itu.

Terungkap pula bahwa institusi yang menaungi dr. Andrew, Royal Free Hospital and Medical School, mendukung tindakan dokter tersebut agar mendapatkan keuntungan finansial dari hasil tuntutan kepada produsen vaksin, yang berdasar atas keluhan autisme pada anak yang menerima imunisasi MMR.

Walapun izin praktik dan kredensial akademik dokter Andrew sudah dicabut, publikasi awalnya di jurnal kedokteran bergengsi Lancet pada tahun 1998 sudah keburu beredar dan dikutip banyak orang sebagai pembenaran menolak vaksinasi.

Baca juga: Konten Media Sosial Penuh Sensasi, Miskin Esensi?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com