Karin Modig menyebut, penelitian terbaru kali ini merupakan penelitian besar yang membandingkan profil biomarker yang diukur sepanjang hidup di antara orang-orang yang berusia sangat panjang, dan mereka yang berusia lebih pendek.
"Profil biomarker orang-orang yang hidup melewati usia 100 tahun lalu dibandingkan dengan profil dari mereka yang berusia lebih pendek," kata Karin Modig.
"Lalu, diselidiki hubungan antara profil dan peluang menjadi centenarian," sambung dia.
Dia menjelaskan, penelitian ini mencakup data dari 44.000 orang di Swedia yang menjalani pemeriksaan kesehatan pada usia 64-99 tahun -mereka adalah sampel dari apa yang disebut sebagai kelompok Amoris.
Para peserta ini kemudian diikuti melalui data register Swedia hingga 35 tahun.
Dari jumlah tersebut, 1.224 orang, atau 2,7 persen hidup hingga usia 100 tahun. Lalu, sebagian besar (85 persen) dari centenarian tersebut adalah perempuan.
Sebanyak 12 biomarker berbasis darah yang terkait dengan peradangan, metabolisme, fungsi hati dan ginjal, serta potensi malnutrisi dan anemia, disertakan.
Baca juga: Resep Umur Panjang Elaine LaLanne, Legenda Kebugaran AS Umur 97 Tahun
"Semua ini dikaitkan dengan penuaan atau kematian dalam penelitian sebelumnya," sebut Karin Modig.
Biomarker yang terkait dengan peradangan adalah asam urat - produk limbah dalam tubuh yang disebabkan oleh pencernaan makanan tertentu.
Juga dilihat penanda yang terkait dengan status dan fungsi metabolisme termasuk kolesterol total, dan glukosa.
Serta dilihat yang terkait dengan fungsi hati, seperti alanine aminotransferase (Alat), aspartate aminotransferase (Asat), albumin, gamma-glutamil transferase (GGT), alkali fosfatase (Alp) dan laktat dehidrogenase (LD).
Selain itu, juga dilakukan pemeriksaan terhadap kreatinin, yang terkait dengan fungsi ginjal, serta zat besi dan kapasitas pengikatan zat besi total (TIBC) yang terkait dengan anemia.
"Terakhir, juga diselidiki albumin, sebuah biomarker yang terkait dengan nutrisi," kata Karin Modig.