7 Perawatan Sederhana Hilangkan Jerawat Hormonal

1. Membersihkan dan merawat kulit wajah

Cuci wajah dengan pembersih yang lembut dua kali sehari untuk menjaga pori-pori tetap bersih dari kotoran, minyak, dan riasan.

Segera setelah dibersihkan, oleskan perawatan jerawat topikal. Dr Bowe menyarankan Aczone, gel antiinflamasi dan antibakteri dengan resep dokter.

Tidak seperti benzoil peroksida, yang dapat mengeringkan, Aczone mengandung dapsone, bahan yang lembut namun efektif.

2. Melembapkan wajah

Gunakan pelembap yang tidak akan memperburuk jerawat. Ini termasuk produk yang bebas minyak dan non-komedogenik, yang berarti produk tersebut diformulasikan untuk tidak menyumbat pori-pori.

Selain itu, oleskan pelembap hanya pada area yang cenderung kering.

3. Dapatkan bakteri baik

Konsumsi suplemen probiotik atau makan yogurt dengan kultur hidup dan aktif sekali sehari.

"Probiotik bekerja dengan membantu usus meredakan peradangan yang dapat memicu sejumlah masalah kulit, termasuk jerawat," kata Dr Bowe.

4. Melakukan peeling

Bicaralah dengan dokter kulit tentang serangkaian peeling atau pengelupasan kulit kimiawi.

Biasanya menggunakan asam alfa hidroksi dengan dosis yang lembut, perawatan ini akan mengelupas sel kulit mati yang lengket dan dapat menyumbat pori-pori.

Baca juga: 4 Rekomendasi Diet Bebas Jerawat, Jaga Kesehatan Kulit Lebih Optimal

5. Ubah pola makan

American Academy of Dermatology Association (AAD) menyarankan untuk menghindari susu, terutama susu skim, yang mungkin memiliki lebih banyak hormon penghasil jerawat.

Selain itu, membatasi asupan makanan dengan indeks glikemik tinggi seperti roti putih, nasi, dan pasta juga dapat mengurangi jerawat.

6. Lebih banyak bergerak

"Olahraga meningkatkan sirkulasi, yang dapat membantu mengurangi peradangan kulit," kata Dr Bowe.

Di samping itu, lebih banyak bergerak atau beraktivitas fisik juga dapat membuka pori-pori yang tersumbat.

7. Mengurangi stres

Berlatihlah metode pengurangan stres, seperti yoga, pijat, dan meditasi.

Menurut sebuah studi tahun 2017 di Clinical, Cosmetic and Investigational Dermatology, stres telah lama dikaitkan dengan timbulnya jerawat di usia dewasa.