Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membaca Djoko Pekik lewat Karyanya, Yuswantoro Adi: Bulan Purnama Mengajarkan Toleransi Antarumat

Kompas.com - 22/02/2024, 08:09 WIB
Anissa DW,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

Hal menarik dari lukisanBulan Purnama

Yuswantoro melanjutkan, terdapat dua hal menarik dari Djoko Pekik dan keanggotaannya di Lekra. Pertama, konsistensi alias keteguhan pelukis Djoko Pekik atas pilihan ekspresinya.

Menurutnya, Djoko Pekik setia dengan tema kerakyatan pada semua lukisannya, terutama dengan gaya lukis realism expressionistic yang kuat. Hal ini dapat terlihat dari brushstroke atau goresan kuas yang artistik.

“Karyanya tidak hanya berhasil membuat narasi yang meyakinkan, tetapi juga mampu mempertunjukkan jiwa pada obyek yang dilukisnya. Pak Pekik mampu menghidupkan mereka sebagai subyek,” tuturnya. 

Kedua, lukisan “Bulan Purnama” memiliki begitu banyak lapisan. Pada bagian latar belakang, kata dia, terdapat gambar Candi Borobudur dan gunung yang skalanya setara, lengkap dengan awan yang menari-nari. 

Baca juga: Djoko Pekik, Seniman di Balik Lukisan Berburu Celeng

Lapisan berikutnya berisi tiang lampu, penjor (rangkaian janur), bendera, dan aneka properti lain yang arahnya disesuaikan dengan arah gerakan asap di belakangnya. Kemudian, agar tidak monoton, gambar tersebut diimbangi dengan lampion (lampu kertas) yang terbang agak statis.

Dari lapisan tersebut hingga ke latar depan, berturut-turut nampak sekumpulan manusia yang sebagian besar tampak dari belakang dengan baju berbeda warna di tiap kelompoknya.

“Kemudian, ini sungguh wow! Lukisan itu ‘dikunci’ dengan penampakan bulan bulat penuh di pojok kanan atas. Lihatlah betapa kecerdasan visual yang dimiliki oleh pelukis idola sekaligus kawan baik saya ini,” ujar Yuswantoro. 

Dengan meletakkan gambar bulan di pinggir lukisan, imbuhnya, membuat komposisi lukisan menjadi unik sekaligus artistik. 

Baca juga: Kisah Djoko Pekik di Balik Lukisan Berburu Celeng Senilai Rp 1 Miliar

Yuswantoro menilai, secara “gambar”, lukisan “Bulan Purnama” telah memperlihatkan harmonisasi. Dengan begitu, dapat terbaca dengan jelas keharmonisan antarumat beragama yang menjadi gagasan, konsep, atau narasi utama lukisan tersebut. 

Keharmonisan itu, katanya, semakin lengkap dengan detail yang Djoko Pekik lukiskan secara ekspresif, bukan dengan dengan pendekatan realisme plastis. Hal ini justru mengajak orang-orang yang melihat menjadi penasaran dan mengamatinya secara saksama. 

“Ketika melihat dari dekat, kita akan menemukan hal baru yang belum didapatkan saat melihatnya secara sepintas,” imbuhnya. 

Terkait hal tersebut, Yuswantoro mengaku tidak bisa menjelaskannya secara terperinci. Sebab, setiap orang boleh punya interpretasi alias penafsiran yang berbeda sesuai dengan subyektivitas masing-masing. 

Baca juga: Kisah Maestro Lukis Djoko Pekik, Hidup Dikucilkan Masyarakat karena Eks Tapol

“Begitulah bentuk komunikasi paling jernih dalam menilai lukisan. Sedikit bocoran, Pak Pekik memang juara soal komunikasi lukisan macam ini. Setiap karyanya selalu punya daya gelitik yang luar biasa,” katanya. 

Sebagai informasi, lukisan “Bulan Purnama” terakhir dipamerkan oleh Talenta Organizer di Popup Gallery Talenta, Plaza Indonesia. 

Untuk mengetahui informasi lebih lanjut mengenai karya tersebut, Anda bisa mengirim email ke talentaorganizer@gmail.com atau mengunjungi Instagram @talenta_organizer. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com