Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Tak Memaafkan Orang yang Menyakiti Bukan Berarti Jahat

Kompas.com - 10/03/2024, 09:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Lantas bagaimana cara memaafkan seseorang yang pernah menyakiti kita?

Enright, Freedman, & Rique (1998) menyebutkan bahwa ada empat langkah dalam proses memaafkan. Berikut langkah-langkah yang akan kita hadapi:

Pertama, uncovering the phase. Fase ini terjadi saat mengalami kejadian yang menyakitkan, ketika kita sadar bahwa sedang mengalami hal yang menyakitkan atau ketidakadilan.

Pada saat ini, kita belajar menguraikan mana hal yang bisa kita terima dan tidak bisa diterima. Kita mungkin akan menghadapi subjek yang dikenal (orang tua, kerabat, atau atasan) dan juga yang tidak dikenal (pencurian, perampokan, atau oleh orang yang tidak dikenal).

Kedua, decision phase. Pada fase kedua ini, kita memahami dengan jelas apa yang dialami dan mendapat insight mengenai pentingnya memaafkan yang kemudian memutuskan untuk memaafkan.

Walaupun agama dan sosial seringkali memaksa atau memerintahkan kita untuk segera memaafkan, namun memaafkan adalah “pilihan bebas” karena terkadang orang yang “terperangkap tidak mau memaafkan” dan menjadi menderita.

Ketiga, work phase. Di fase ini, ketika kita mencoba memahami dan berempati pada orang yang sudah menyakiti kita, bisa dimulai dengan melihat orang yang menyakiti kita memakai cara pandang berbeda sebagai “seorang manusia”, bukan “manusia yang jahat”, kemudian melakukan pemaafan.

Secara psikologis, proses ini membutuhkan waktu dan tidak bisa dipaksakan. Beberapa orang yang mengalami tindakan kekerasan perlu usaha besar untuk sampai pada kesadaran bahwa berkurangnya kebencian terhadap pelaku akan mendekatkan dia pada pencapaian goal kesembuhannya.

Keempat, deepening phase. Pada fase terakhir ini, kita menemukan makna dari penderitaan yang sudah kita alami.

Kita juga mulai mengalami penurunan emosi negatif, perlahan melepaskan emosi negatif yang merasakan keengganan untuk memaafkan, kepahitan, kebencian, dan kemarahan, termasuk berani meminta maaf kepada yang pernah kita sakiti atau memberikan maaf kepada yang sudah menyakiti kita.

Perlu digaris bawahi bahwa setiap orangnya akan memiliki rentang waktu berbeda saat melewati setiap fasenya.

Tidak perlu terburu-buru untuk sampai tahap memaafkan, karena melewati emosi negatif dari rasa sakit hati tidak semudah yang dibayangkan.

Jadi perlahan saja teman-teman! Nikmati setiap prosesnya sehingga emosi negatif yang kalian rasakan bisa teratasi.

*Maryam Zahra, Mahasiswa Psikologi Universitas Tarumanagara
Meiske Y. Suparman M. Psi., Psikolog, Dosen Psikologi Universitas Tarumanagara

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com