Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Solusi Putus Cinta: Belajar dari Kasus Fat Cat

Kompas.com - 19/06/2024, 14:24 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Berbagai emosi negatif yang dialami lebih lanjut dapat berpengaruh terhadap proses kognisi (persepsi/perhatian, ingatan, pemikiran, dan pengambilan keputusan).

Saat sedang mengalami emosi negatif, perhatian dan persepsi individu cenderung terfokus pada peristiwa atau pengalaman negatif serta informasi yang sejalan dengan suasana hati mereka.

Perhatian terhadap berbagai peristiwa/pengalaman negatif menimbulkan persepsi dan pemaknaan hidup tidak lagi berharga.

Dalam hal ini, terjadi distorsi kognitif yang menyebabkan pola pikir negatif. Fokus perhatian individu menjadi eksklusif pada aspek negatif dari situasi dan mengabaikan hal-hal positif.

Individu berpikir ekstrem, tanpa mengenali alternatif yang lebih positif; atau individu hanya terfokus pada kondisi dirinya saat ini, tidak sadar bahwa ada alternatif yang lebih baik.

Saat berada dalam kondisi mental yang sangat negatif, individu berpikir, "Saya mengalami peristiwa buruk, kehidupan saya akan berjalan dengan buruk", "Saya adalah orang yang gagal", “Saya tidak memiliki harapan terhadap masa depan.”

Individu takut bahwa peristiwa yang menimbulkan emosi negatif tersebut terulang kembali di kemudian hari. Individu hanya mengingat kegagalan dan melupakan semua pencapaiannya.

Individu berpikir pesimistis, merasa tidak berdaya, dan memandang bahwa hidup ini tidak lagi berharga. Individu pada akhirnya memiliki ide, mempertimbangkan, dan akhirnya mengambil keputusan untuk mengakhiri hidup.

Demikian adalah penjelasan bagaimana emosi negatif yang dialami dapat menyebabkan ide bunuh diri.

Penelitian oleh Ong dan Thompson (2019) mengingatkan kepada kita bahwa sangat penting memiliki strategi koping dan kemampuan melakukan regulasi emosi yang baik agar individu terhindar dari ide untuk melakukan bunuh diri.

Berkaitan dengan kasus Fat Cat, jika benar dugaan bahwa ia bunuh diri oleh karena putus cinta, maka Fat Cat mengalami ketidakmampuan dalam melakukan regulasi diri, khususnya regulasi emosi.

Ia mengalami berbagai emosi negatif yang dirasakan setelah putus cinta atau ditinggal oleh kekasihnya; dan ia tidak mampu mengelolanya.

Dengan memahami bahwa regulasi diri yang buruk dapat memicu timbulnya ide bunuh diri, sangat penting bagi yang memiliki pasangan ataupun yang berencana memiliki pasangan, untuk mampu melakukan regulasi diri (regulasi emosi).

Setidaknya terdapat dua cara untuk meningkatkan regulasi emosi, yaitu melatih mindfulness dan cognitive reappraisal.

Pertama dengan melakukan latihan mindfulness (Schulte?Frankenfeld & Trautwein, 2022). Mindfulness dapat dilatih dengan:

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com