Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berapa Lama Perasaan Jatuh Cinta Bertahan Sebelum Memudar?

Kompas.com - 20/06/2024, 13:13 WIB
Wisnubrata

Editor

Sumber BestLife

KOMPAS.com - Kita semua tahu bahwa jatuh cinta adalah perasaan luar biasa yang membuat manusia menjadi "gila". Saat jatuh cinta, orang berperilaku berbeda dan bisa melakukan hal-hal yang ajaib karena perasaan memabukkan.

Namun, para ahli mengatakan bahwa "kegilaan dan perasaan menggebu-gebu" saat jatuh cinta, mungkin berumur lebih pendek dari yang kita perkirakan. 

Faktanya, penelitian menunjukkan bahwa setelah periode yang relatif singkat, sebagian besar hubungan akan menjadi biasa, beradaptasi, atau memudar, ketika percikan-percikan rasa itu mulai menghilang. 

Baca juga: Sulit Jatuh Cinta, Apakah Kamu Aromantik?

Kebanyakan pasangan berhenti "jatuh cinta" setelah enam bulan

Meskipun kita suka menganggap cinta sebagai masalah perasaan, sebagian besar pemicunya ada di otak. Jatuh cinta mungkin terasa intuitif, namun perasaan hangat dan kasmaran itu adalah hasil dari mekanisme yang lebih kompleks: misalnya, respons neurokimia dan hormonal terhadap faktor sosial, isyarat genetik, dan banyak lagi.

Menurut peneliti Harvard Katherine Wu, PhD, hormon dan kimia otak kita banyak berubah selama tahap awal ikatan suatu hubungan, yang secara kasar dapat dipecah menjadi tiga kategori —nafsu, ketertarikan, dan keterikatan. 

“Meskipun ada kesamaan pada masing-masing hormon, setiap jenis hormon mempunyai ciri khasnya sendiri,” jelas para ahli. Testosteron dan estrogen mendorong nafsu; dopamin, norepinefrin, dan serotonin menciptakan ketertarikan; dan oksitosin dan vasopresin memediasi keterikatan.

Baca juga: Berapa Lama Waktu yang Kita Perlukan untuk Jatuh Cinta?

Namun, sebuah studi tahun 2021 yang diterbitkan dalam jurnal Frontiers in Psychology menemukan bahwa setelah enam bulan, pasangan cenderung keluar dari tahap ikatan awal dan berkembang menjadi tahap ikatan lain. 

“Tahap awal cinta romantis yang ditandai dengan deg-degan dan harapan mungkin berbeda dari tahap selanjutnya yang ditandai dengan perasaan aman dan tenang,” jelas para peneliti. 

Tahap pertama, umumnya berlangsung kira-kira enam bulan pertama hubungan, digambarkan sebagai fase “jatuh cinta”. Tahap ini ditandai dengan semua karakteristik cinta romantis, khususnya, gairah romantis dan keintiman. 

Tahap kedua fase, yang konon berlangsung sekitar enam bulan hingga empat tahun, disebut sebagai 'cinta yang penuh gairah'. Selama masa ini, gairah tetap terjaga, namun komitmen dan keintiman meningkat. Fase ini diikuti fase cinta pendamping, di mana gairah mereda, dan komitmen serta keintiman mencapai puncaknya,” kata studi tersebut.

Jangan khawatir, masih ada ruang untuk romansa

Apakah fase akhir ini berarti hilangnya romansa? Para peneliti mengatakan bahwa tidak setiap hubungan akan mengikuti jalur yang sama. Banyak pasangan akan memperpanjang waktu yang mereka habiskan dalam dua fase pertama. 

“Pada beberapa individu, cinta romantis bisa bertahan bertahun-tahun, atau bahkan puluhan tahun,” tulis penulis studi Frontiers. 

Baca juga: Ketahui, 4 Efek Samping Jatuh Cinta pada Tubuh

"Dalam hubungan romantis yang bertahan lama, cinta romantis berfungsi untuk mengikat pasangan dengan menciptakan pemahaman, emosi, dan kebiasaan bersama yang menjadi ciri khas cinta pendamping dan ikatan pasangan jangka panjang. Transisi dari cinta romantis ke cinta pendamping terjadi secara bertahap dan kedua jenis cinta tersebut memiliki banyak karakteristik."

Dan tentu saja, hubungan dalam tahap "cinta persahabatan" masih bisa memiliki ciri-ciri romantis—terutama jika kalian berusaha menjaga agar cinta itu tetap menyala.

Tidak lagi "jatuh cinta" memiliki keuntungan tersendiri

Jatuh cinta bisa sangat bermanfaat, tetapi banyak orang juga menganggap periode awal suatu hubungan sebagai masa yang penuh dengan stres dan ketidakpastian. 

“Cinta sering kali disertai dengan kecemburuan, perilaku yang tidak menentu, dan irasionalitas, serta sejumlah emosi dan suasana hati yang kurang positif. Tampaknya kelompok hormon kita juga bertanggung jawab atas buruknya jatuh cinta,” tulis Wu.

Wu menyebut aliran hormon yang terkait dengan tahap awal cinta sebagai "pedang bermata dua" yang dapat menyebabkan kita mengambil keputusan yang buruk, mengabaikan komitmen sehari-hari, atau menyakiti orang lain. 

Dia menambahkan bahwa pengalaman jatuh cinta tidak berbeda dengan berbagai bentuk kecanduan. “Daerah yang sama yang menyala saat kita merasakan ketertarikan juga menyala saat pecandu narkoba mengonsumsi kokain dan saat kita makan makanan manis secara berlebihan,” tulis Wu. 

Baca juga: Bagaimana Jatuh Cinta Mengubah Kinerja Otak

Jatuh cinta bisa terasa seperti naik roller coaster yang memainkan perasaan kita. Dengan kata lain, memasuki tahap cinta yang lebih stabil dapat melegakan banyak orang.

Setelah periode jatuh cinta yang intens, banyak orang mengalami tahap kekecewaan ketika perasaan kuat itu mulai memudar. Namun, para ahli mengatakan bahwa hal ini juga dapat berperan penting dalam membantu membangun hubungan yang langgeng dengan pasangan.

“Alam menciptakan (fase ini) karena suatu alasan: ketika kamu kehilangan bahan kimia yang memberi euforia, kamu mulai melihat kenyataan,” Fred Nour, MD, ahli saraf dan penulis buku True Love: How to Use Science to Understanding Love. “Ini adalah fase evaluasi ulang. Jika kamu merasa telah membuat pilihan yang cukup baik… bertahanlah,” sarannya.

Daripada terus-terusan mengejar rasa jatuh cinta —yang bisa membentuk pola percintaan berulang yang cepat gagal dan berakhir— para ahli mengatakan kita lebih mungkin menemukan kebahagiaan abadi dengan menerima bahwa sebagian besar hubungan berkembang seiring berjalannya waktu. 

Dengan melakukan hal ini, kamu mungkin akan lebih menghargai hubunganmu dan menemukan cara baru untuk menjaga romansa tetap hidup.

Baca juga: 12 Hal yang Terjadi Ketika Benar-benar Jatuh Cinta

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com