7 dari 10 Ibu di Indonesia Alami Mom-Shaming, Pelaku Sering dari Keluarga

Media sosial tidak terlalu berpengaruh

Ada temuan yang cukup mencengangkan terkait tindakan mom-shaming kepada para ibu di Indonesia yang diwakili oleh 892 responden tersebut.

Ternyata, hanya sedikit ibu yang terpengaruh dengan mom-shaming di media sosial, yakni sekitar 6 persen.

Baca juga:

• Bolehkah Ibu Hamil Makan Pedas?
• Belanja Baju Bayi, Jangan Cuma Lihat dari Segi Harga!

Dengan kata lain, hipotesis tentang media sosial sebagai kontributor mom-shaming yang selama ini berkembang di masyarakat tidak sepenuhnya tepat.

"Karena, justru melalui studi ini, ditemukan bahwa keluarga yang menjadi aktor utama mom-shaming,"terang Ray.

Temuan lainnya

Temuan lainnya adalah ibu yang mengalami mom-shaming dua kali lebih besar berisiko terganggu pola pengasuhan anaknya.

Kemudian, ibu rumah tangga enam kali lebih berisiko mengalami mom-shaming. Selanjutya, hanya 11 persen ibu di Indonesia yang mendapatkan pertolongan tenaga konselor atau psikolog untuk mengatasi mom-shaming.

Lalu, 65 persen ibu yang mengalami mom-shaming merasa malu dan menarik diri dari interaksi sosial.

Baca juga:

• Alasan Ibu Hamil Tidak Boleh Pijat Oksitosin
• 57 Persen Ibu Alami Baby Blues Seusai Melahirkan

Adapun terkait tingginya prevalensi mom-shaming di Indonesia, HCC menyimpulkan, hal tersebut menandakan bahwa wilayah proteksi ibu terkesan kurang optimal karena keluarga yang justru menjadi pelaku.

Untuk memitigasinya, HCC menyarankan untuk mengoptimalkan edukasi dan narasi kritik pengasuhan menjadi berorientasi dukungan.

HCC juga mengingatkan pemerintah untuk meningkatkan cakupan tenaga konselor parenting, bahkan psikolog, di puskesmas agar lebih merata.

Jika memungkinkan, peran kader posyandu dan Tim Pendamping Keluarga ditingkatkan agar mereka memiliki kompetensi konselor pengasuhan.